Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Patung Dewa Hermes dan Otak Sangek

17 April 2019   01:28 Diperbarui: 19 April 2019   01:20 1391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Dewa Hermes di Harmoni | Foto: detiktravel/Kurnia

Maka dari itu, perlu disiapkan anggaran baru untuk pengadaan kain bagi patung-patung bugil. Mengapa? Karena patung telanjang bukan cuma patung Dewa Hermes. Patung Pancoran harus dipanjat lalu dipasangi kain. Patung Tani harus didandani supaya lebih santun. Begitu juga dengan patung-patung lain di seluruh penjuru Indonesia.

Harus ada pula anggaran pengadaan cat. Tidak boleh ada lukisan mesum di ruang-ruang publik. Termasuk di rumah pribadi. Itu bisa memantik kobar gairah. Itu berbahaya. Lukisan dan patung memang benda mati, tetapi otak sangek sanggup menghidupkannya.

Bukan hanya itu. Pemilik ternak kuda, kerbau, sapi, atau kambing harus mempersiapkan pakaian buat ternak-ternaknya. Benda mati saja dikasih kain, apalagi makhluk hidup. Singa dan macan tidak boleh telanjang. Begitu pula dengan pengelola kebun binatang.

Kita tidak boleh membiarkan patung (benda mati) dan hewan (makhluk hidup) mengancam keselamatan otak manusia. Upaya pemberian kain kepada patung Dewa Hermes harus dijadikan tonggak sejarah. Otak pembuat patung bugil juga harus direparasi. Begitu pula dengan otak para peternak.

Patut disayangkan mengapa ada pihak yang membuka kain penutup kemaluan sang patung. Seperti dilansir Tribunnews, entah siapa yang membuka kain tersebut pada Selasa (16/4/2019) kemarin. Mungkin si pemasang, mungkin roh Stolz.

Bingung, kan? [khrisna]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun