Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Capres 01 dan Serangan Kampanye Hitam

13 Maret 2019   14:24 Diperbarui: 13 Maret 2019   14:46 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri [Sumber Grafis: pngdownload.id]

Semua orang tahu bahwa kampanye hitam dapat merusak sendi-sendi demokrasi, sangat merugikan, dan jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Namun, kampanye hitam tetap saja hadir mewarnai perhelatan pilih-memilih di mana saja.

Sebagai negara berkembang dengan cuaca demokrasi yang gampang berubah, warga Indonesia juga tidak luput dari tabiat kampanya hitam. Ada-ada saja kabar buruk dan busuk yang disebar orang, kelompok, atau golongan tertentu untuk menyerang calon yang bukan dukungan orang, kelompok, atau golongan tersebut.

Terkait Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang hampir tiba di depan mata, satu demi satu kampanye hitam terkuak ke permukaan. Ajaibnya, rata-rata kampanye hitam itu tertuju kepada Paslon Capres-Cawapres 01.

Kampanye hitam terbaru yang masih hangat diperbincangkan adalah tersiarnya kabar tentang kondom bergambar Paslon 01. Kabar sedemikian jelas tergolong kampanye hitam, sebab jelas-jelas mustahil kondom seperti itu dicetak, diperbanyak, dan disebarkan sendiri oleh Paslon 01.

Jika kita selisik lebih teliti, gosip receh ini sebenarnya sejalin-setaut dengan kabar burung tentang dukungan kubu Pak Jokowi terhadap "hubungan bebas". Dengan kata lain, isu miring ini tidak muncul dengan tiba-tiba. Ibarat kata, asap tidak akan mengepul jika tidak ada api.

Kampanya Hitam Silih Berganti

Tidak dapat dimungkiri, kampanye hitam itu jelas dapat memengaruhi opini, pandangan, bahkan pilihan warga. Apabila dibiarkan kian merajalela, kalau dilawan justru makin menjadi-jadi. Di situ titik peliknya.

Kadang-kadang ada saja pihak yang mengembuskan kabar tidak sedap bahwa kampanye hitam itu disebarkan sendiri oleh Paslon 01. Tatkala bukti dan fakta terpampang nyata di depan mata, pihak tersebut dengan enteng berkelit.

Hanya saja, orang waras pasti memaklumi bahwa "cuci tangan" memang mudah dilakukan. Sebut satu contoh soal dugaan pemukulan terhadap salah seorang jurkam Paslon 02 yang ditengarai dilakukan oleh pendukung Paslon 01. Andai kata fakta tidak terkuak, kampanye hitam itu akan menggelinding dengan deras.

Sekarang mari kita coba menelaah sedikit kampanye hitam yang digencarkan untuk menyerang Paslon 01.

Butir-butir serangan kampanye hitam kepada Paslon 01 [Dokpri]
Butir-butir serangan kampanye hitam kepada Paslon 01 [Dokpri]
Pertama, Pak Jokowi anak seorang anggota atau simpatisan PKI. Kampanye hitam ini sebenarnya gosip lama yang terus digoreng. Anehnya, sekalipun terus digoreng, isu ini tidak kunjung gosong atau "mutung". Isu ini seperti ular yang rajin berganti kulit.

Kedua, ayah Pak Jokowi seorang Tionghoa. Kabar burung ajaibnya lekas dipercaya oleh banyak pendukung Paslon 02. Padahal, kadang mereka sendiri yang mencemooh wajah Pak Jokowi sebagai "tampang ndeso". Kalaupun kabar itu benar, apa salahnya jikalau Warga Negara Indonesia mencalonkan dan dicalonkan sebagai Capres? Selama memenuhi syarat, setiap WNI punya hak politik yang setara.

Ketiga, usia ibu Pak Jokowi terlalu muda. Ini juga kabar burung usang yang kembali "dinaikkan ke wajan dan digoreng". Lantaran salah seorang mantan pejabat datang bertamu ke rumah Ibunda Pak Jokowi, lantas isu ini kembali mencuat ke permukaan. Bahkan ada yang berkomentar di media sosial dengan nada sangat melepehkan dan melecehkan, yakni "Ibu yang disewa".

Keempat, jika Pak Jokowi terpilih maka PKI akan bangkit kembali. Lagi-lagi kampanye buruk yang tidak logis. Sebenarnya Pak Jokowi tidak punya kepentingan apa pun untuk "menyulut bara yang sudah padam", tetapi kubu sebelah seakan-akan lebih jago dibanding Tuhan sampai dapat memastikan kebangkitan PKI.

Itulah empat kampanye hitam yang menyerang garis keturunan Pak Jokowi, baik keturunan biologis maupun ideologis.

Hebatnya, kampanye hitam sedemikian kerap tersebar di kawasan yang oleh sekelompok orang dinamai "Kawasan Akal Sehat". Patut dicamkan, kawasan itu bukan hanya tenar di media sosial melainkan ada juga di daerah-daerah tertentu. Ini tergolong klaim sepihak, yakni menyatakan secara tersurat bahwa siapa saja yang di luar golongan mereka berarti bukan orang yang berakal sehat.

Selanjutnya, mari kita sigi kampanye hitam yang ditimpakan kepada Paslon 01 terkait pendukung asing. 

Pertama, lebih peduli pada Aseng. Tentu masih segar dalam ingatan kita tentang saham PT Freeport Indonesia yang berhasil diambil kembali. Upaya tersebut jelas merupakan bukti keberpihakan Pak Jokowi pada Ibu Pertiwi. Belum lagi Blok Mahakam yang sekarang sudah dikelola secara penuh oleh Pertamina.

Kedua, serbuan TKA dari Cina. Kabar miring ini sempat tersiar secara masif di Grup WA dan linikala media sosial. Memang benar bahwa ada tenaga kerja asing yang kini bekerja dalam wilayah kedaulatan NKRI, tetaapi bukan berarti tenaga kerja asli Indonesia dikesampingkan. Harus pula kita ingat bahwa negara kita juga termasuk pengirim tenaga kerja ke negara lain.

Ketiga, Pak Kiai bakal digantikan oleh BTP. Tudingan ini berada pada taraf dungu. Memilih Wakil Presiden ada prosedurnya, jelas tata caranya, dan terikat aturan. Tidak bisa seperti mengorek upil di lubang hidung atau melepas hajat di jamban.

Kampanye hitam mengenai keberpihakan kepada asing ini hampir setiap minggu menghiasi grup-grup obrolan di dunia maya. Lajunya pun tidak kalah gencar dibanding kampanye hitam tentang garis keturunan Pak Jokowi.

Kampanye hitam berikutnya adalah tuduhan terselubung sebagai musuh Islam. Tentu saja ini terselubung karena pihak penyebar kabar miring ini tidak bernyali juga untuk menyerang secara terang-terangan. Kalaupun dilakukan secara terbuka, paling-paling lewat media sosial. Berikut perincian isunya.

Pertama, azan akan dilarang. Sepertinya penebar gosip receh ini lupa bahwa pasangan Pak Jokowi adalah seorang kiai. Tidak masuk akal apabila seorang kiai manut begitu saja apabila nanti larangaan azan diberlakukan. Lagi pula, Pak Jokowi sendiri seorang muslim. Beliau pasti tahu pentingnya azan, jadi mustahil akan beliau larang.

Kedua, kriminalisasi ulama. Bagian ini termasuk kampanye hitam karena secara nyata menuding Paslon 01 sebagai pelaku pengkriminalan ulama. Pertanyaan sederhana yang bisa kita kemukakan: ulama mana yang sudah dikriminalkan oleh Pak Jokowi? Kita bisa temukan sendiri jawaban atas alasan mengapa seorang ulama "dipolisikan".

Ketiga, pelajaran agama dihapus. Ketakutan ini sungguh tidak masuk akal. Pelajaran agama sangat kita butuhkan, baik sebagai bekal menempuh hidup bermasyarakat maupun bernegara. Perkara hasilnya masih belum memuaskan, semisal banyaknya gejala "tahanan KPK yang mendadak berhijab atau berpeci", itu perkara berbeda.

Keempat, perkawinan sejenis. Tentu saja kampanye hitam ini mudah ditangkal atau disangkal. Undang-undang yang mengatur tentang seluk-beluk perkawinan merupakan hasil kerja sama antara eksekutif dan legislatif.

Begitulah sedikit dari banyak materi kampanye hitam yang digunakan pihak tertentu untuk menyerang Paslon 01. Namun, kampanye hitam yang paling gencar disebar adalah bagian ketiga, yakni tudingan sebagai musuh Islam.

Kampanye hitam pada bagian ini terkait dengan politik identitas. Lebih menukik lagi, terpaut dengan pengakuan merasa paling Islam atau paling merasa Islam. Sederhananya begini, mendukung Pak Jokowi berarti membela Paslon yang sangat berpotensi mengancam keselamatan Islam.

Alir kampanye hitam kepada Paslon 01 [Dokpri]
Alir kampanye hitam kepada Paslon 01 [Dokpri]
Umat yang Berakal Sakit

Sejatinya, Tuhan memang menerbitkan rasa takut di dalam dada manusia. Akan tetapi, rasa takut itu seharusnya semacam rambu-rambu saja agar kita lebih waspada dan tidak sembrono.

Lebih daripada itu, mestinya kita juga lebih berhati-hati sebelum ikut serta menyebar dan menebar kampanye hitam. Bukan apa-apa, kampanye hitam tiada berbeda dengan fitnah. Bukankah fitnah lebih kejam daripada membunuh?

Meski begitu, tulisan semacam ini tidak akan berbekas apa-apa. Pelaku kampanye hitam akan terus bertumbuh dan bertambah. Selalu ada lelaki-perempuan atau tua-muda yang merelakan dirinya menjadi penyebar kampanye hitam.

Tulisan ini juga tidak akan berpengaruh apa-apa, sebab yang membaca dan menyetujui isinya pasti berasal dari umat berakal sakit. [khrisna]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun