Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Penyair dan Api Neraka

13 Desember 2018   03:32 Diperbarui: 13 Desember 2018   16:05 2524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekarang mari kita uji lebih sederhana. Pernahkah kalian mendengar atau membaca kata "mawasan"? Saya yakin kalian akan menggeleng. Memang benar. Kata yang kerap kita dengar atau baca adalah "wawasan". Nah, dari kata itu muncullah wawasan wiyata mandala.

Kata "wawas" diserap dari bahasa Jawa yang berarti amati, tinjau, atau teliti. Jika kita merenung dalam-dalam untuk meninjau kesalahan dan mengamati kekurangan diri, itulah "wawas diri". Mungkin masih  ada orang yang ngeyel memakai "mawas diri". Biarkan saja. Barangkali orang itu tidak mau disebut manusia karena menyangka dirinya orang hutan. 

Ketiga, sendawa dan serdawa. Kedua kata itu getol sekali saya cuitkan di Twitter. Kadang kita keliru mengira bunyi yang keluar dari kerongkongan karena masuk angin atau kenyang sesudah makan disebut "sendawa". Padahal, kata yang tepat adalah "serdawa".

Apakah makna kata sendawa? Sendawa termasuk bahan kimia. Maknanya jauh panggang dari api, kan? Jelas, sebab sendawa biasa digunakan sebagai bahan campuran pembuatan mesiu. 

Jadi, orang yang mengeluarkan bunyi dari kerongkongan setelah makan tidak bisa disebut "sendawa". Sekali lagi, kata yang tepat adalah serdawa.

Keempat, petinju dan peninju. Mengapa keduanya tidak disamakan saja? Bukankah huruf /t/ harus lesap tatkala dibubuhi awalan "pe-"? Bukankah penakut tidak disebut petakut? Jawaban untuk pertanyaan ini agak panjang. Ingat, "agak panjang" bukan berarti benar-benar panjang.

Proses pembentukan kata turunan itu ada aturan mainnya. 

Ambil contoh kata "ajar". Kata ini termasuk lengkap proses pembentukan kata turunannya. Mari kita tilik. Ada dua proses pembentukan kata turunan dari kata dasar ajar, yakni (1) belajar, pelajar, dan pelajaran; (2) mengajar, pengajar, dan pengajaran.

Sekarang kita ulas kata peninju dan petinju. Kedua kata itu berasal dari rahim yang sama, yakni tinju. Proses pembentukan kata turunannya adalah (1) bertinju, petinju, dan pertinjuan; (2) meninju, peninju, dan peninjuan. 

Orang yang tiba-tiba marah dan menonjok orang lain disebut peninju karena sudah meninju. Adapun orang yang setiap hari rutin berlatih tinju dan menjadikan tinju sebagai profesi dinamai "petinju". Artinya, profesi yang digelutinya adalah "bertinju".

Sederhana, kan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun