Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Kata Serupa Belum Tentu Semakna

8 November 2018   13:53 Diperbarui: 20 Maret 2019   11:44 2928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis yang rajin menggali dan mengolah kosakata pasti terpangah mendapati kenyataan alangkah kayanya bahasa Indonesia. Namun, kekayaan itu justru jebakan bagi penulis yang tidak cermat atau kurang teliti menyaring kata.

Kita harus menyadari bahwa beberapa kata dalam bahasa Indonesia sekilas tampak serupa, tetapi belum tentu semakna. Andaikan semakna pun, belum tentu posisinya dapat dipertukarkan. Oleh karena itu, butuh kecerdasan memilih kata dan kecermatan menempatkannya ke dalam kalimat supaya gurih atau renyah dibaca.

Mengapa demikian? Karena setiap kata punya makna dan fungsi masing-masing. 

Tidak percaya? Mari kita ulik satu per satu. Kita mulai dari kata suka dan sering. Dalam kehidupan sehari-hari, kita kerap mendengar orang yang mempertukarkan kata suka dan sering. Ketika melihat bawahannya telat, seorang atasan sontak berteriak: Mengapa kamu suka terlambat? Penempatan kata suka dalam kalimat tersebut sebenarnya keliru. Mestinya: Mengapa kamu sering terlambat?

Sebuah pepatah mengingatkan kita bahwa alah bisa karena biasa. Lantaran terbiasa, segelintir penulis akhirnya terpengaruh ragam cakapan. Dia suka memarahi ibunya. Narasi demikian dapat membahayakan keselamatan makna kalimat. Benarkah si tokoh dalam cerita suka memarahi ibunya? Jangan-jangan hanya sering. Kalau memang suka, ya, tidak masalah.

Kata berikutnya adalah sudah dan telah. Sekilas terlihat kata ini semakna, padahal ada perbedaannya. Sekadar contoh: Sudahlah! Kata sudah pada contoh tersebut tidak dapat ditukar dengan kata telahlah. Mengapa? Karena posisi kata telah tidak dapat berdiri sendiri dalam kalimat. Itu berbeda dengan kata sudah. Selain itu, kata sudah dapat diikuti oleh partikel -lah atau -kah, sesuatu yang tidak berlaku pada kata telah.

Contoh lain adalah lawan kata dari kedua kata tersebut. Kata sudah berantonim dengan kata akan, sedangkan lawan kata telah adalah belum. Jadi, sudah menikah berantonim dengan akan menikah dan telah menikah berlawanan artinya dengan belum menikah. Hal ini terkait fungsi sudah sebagai "pengurai keadaan berlangsungnya sesuatu", sedangkan telah sebagai "penjelas peristiwa berlangsungnya sesuatu".

Supaya lebih terperinci, silakan tilik infografis berikut.

Sumber grafis: kisspng.com (Dokumentasi Pribadi)
Sumber grafis: kisspng.com (Dokumentasi Pribadi)
Adapun sekilas contoh pemakaiannya dapat dilongok dalam infografis berikut.

Sumber grafis: kisspng.com (Dokumentasi Pribadi)
Sumber grafis: kisspng.com (Dokumentasi Pribadi)
Kata berikutnya adalah "juara" dan "pemenang". Jika dibaca sepintas, kedua kata itu seolah-olah dapat dipertukarkan. Namun jika diamati secara saksama, perbedaannya terlihat terang benderang.

Sekarang simak contoh kalimat berikut.

(1) Samuel juara matematika di sekolahnya.

(2) Willy pemenang I undian berhadiah itu.

Kata "juara" pada kalimat (1) berarti "jagoan matematika", "yang terbaik dalam pelajaran matematika", atau "ahli matematika". Di samping itu, "juara" juga dapat digunakan untuk menyebut orang atau regu yang memenangi pertandingan terakhir.

(3) Willy juara I undian berhadiah itu.

Sekalipun "juara" berarti pemenang atau yang mendapat kemenangan, tetapi tidak berarti dapat dipertukarkan begitu saja dengan "pemenang" seperti pada contoh (3), lantaran "juara" tidak bisa kita pakai untuk menyebut 'orang yang menang undian'.

Kata "pemenang" dalam kalimat (2) berarti "orang yang menang" atau "orang yang mendapatkan". Dengan demikian, kita dapat merangkai kalimat "Kevin/Markus 'pemenang' Kejuaraan Dunia Bulutangkis".

Sungguhpun pemenang dapat dipakai untuk menyebut orang atau regu yang memenangi pertandingan atau perlombaan, tetapi tidak dapat digunakan untuk menyebut orang yang ahli atau jagoan. Jadi, kita tidak dapat menukar kata "juara" dalam kalimat (1) menjadi "pemenang" pada contoh berikut.

(4) Samuel pemenang matematika di sekolahnya.

Sekarang kita tilik perbedaan antara "tetapi" dan "namun". Banyak di antara kita yang menyangka kedua kata tersebut sefungsi atau dapat dipertukarkan. Padahal, kedua kata itu berbeda fungsinya.

Kita ambil satu perbedaan yang mencolok saja. Kata "tetapi" berfungsi untuk menggabungkan klausa dengan klausa dalam satu kalimat, sementara "namun" berfungsi untuk kalimat dengan kalimat. Sederhananya, "tetapi" untuk intrakalimat dan "namun" untuk antarkalimat.

Simak contoh berikut.

(5) Ranggan memang mencintaimu, tetapi dia sering melukai hatimu.

(6) Alinea memang sudah meninggalkanmu. Namun, dia masih sering menyebut namamu.

Kata "tetapi" dalam kalimat (5) tidak bisa ditukar dengan "namun". Sebaliknya, "tetapi" juga tidak bisa menggantikan "namun" pada kalimat (6). Kalaupun kita memaksa diri tetap mempertukarkan kedua kata itu, maka kita harus mengubah komposisi kalimatnya.

(7) Ranggan memang mencintaimu. Namun, dia sering melukai hatimu.

(8) Alinea memang sudah meninggalkanmu, tetapi dia masih sering menyebut namamu.

Biarpun demikian, kita bisa menggunakan "tetapi" sebagai penghubung antarkalimat. Dengan catatan, kata "akan" harus mendahului "tetapi". Begini contohnya.

(9) Alinea memang sudah meninggalkanmu. Akan tetapi, dia masih sering menyebut namamu.

Pendek kata, kita mesti waspada saat memilah atau memilih kata. Banyak kata yang terlihat serupa padahal berbeda makna dan fungsinya.

Sebagai bahan tilikan, silakan cermati infografis di bawah ini.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Pada infografis di atas tercantum pula perbedaan kata lolos dan lulus, serta hampir dan nyaris. Terkait kemampuan membedakan penggunaan kata sebenarnya gampang. Itu pekerjaan enteng. Kuncinya cuma dua, yakni rajin membuka kamus dan getol mengasah kepekaan gramatikal. Kepekaan gramatikal itu dapat ditemukan apabila kita rajin membaca dan menulis. 

O ya, teman-teman penulis pasti sering memakai kata "mengambil" untuk menggambarkan aksi 'memegang sesuatu lalu diangkat, dibawa, digunakan, atau disimpan'. Kata itu punya 145 variasi. Artinya, kita bisa memilih 145 kata yang semakna dengan "mengambil". Alangkah!

Coba kita sigi perbedaan beberapa kata, yakni meruntih, meruntun, merodok, merunjang, mencekut, menjimpit, mencakus, dan mencecah. Kedelapan kata tersebut sama-sama bermakna "mengambil", tetapi fungsinya berbeda.

Makna "meruntih" adalah 'mengambil biji jagung dengan cara membuka kulitnya dan melepaskan biji dari tongkolnya', sedangkan "meruntun" berarti 'mengambil buah atau sesuatu di tempat tertentu dengan cara menarik sekuat-kuatnya'.

Adapun "merodok" berarti 'mengambil sesuatu dengan cara menjolokkan barang yang panjang ke depan dan ke atas', sedangkan "merunjang" berarti 'mengambil dengan cara mencocok atau menjolok sesuatu yang berada di dalam lubang'.

Jika kita mengambil sesuatu dengan menggunakan jari juga terlihat mirip. Dengan kata lain, serupa tetapi tidak semakna. Kalau kita mengambil sesuatu dengan memakai lima jari dengan cara dikatupkan maka kata yang pas adalah "mencekut", sedangkan bila menggunakan jari telunjuk dan jempol saja disebut "menjimpit".

Sikap atau perangai di meja makan pun dapat kita bedakan. Kelakuan orang yang suka mengambil makanan sedikit-sedikit untuk dicicipi sebelum jamuan dimulai disebut "mencekus", sedangkan orang yang mengambil sambal sedikit-sedikit dalam sebuah jamuan makan disebut "mencecah".

Delapan kata tersebut serumpun, tampak benar kemiripannya, tetapi terang benar perbedaan kegunaannya saat kita terakan ke dalam kalimat.

Sekarang, bayangkan masih ada 137 kata varian "mengambil". Di mana kalian dapat menemukan varian kata tersebut? Jelas jawaban saya ringkas: di kamus. Namun, supaya kalian tidak letih menguli satu demi satu kata, silakan baca novel terbaru saya: Kita, Kata, dan Cinta.

Manakala kita hendak menggunakan diksi yang tepat untuk menerangkan peristiwa tokoh yang "mencampakkan atau mengabaikan" tokoh lain dalam sebuah cerita, banyak pilihan kata yang tersedia. Kita harus pandai-pandai memilah kata yang sesuai dengan makna yang ingin kita taja.

Jika si tokoh yang mengabaikan pergi begitu saja tanpa menoleh lagi, kata "membelakangi" bisa kita pilih. Kalau si tokoh yang mencampakkan pergi setelah meremehkan atau melecehkan, kita dapat memilih kata "mencapak" atau "mencupai".

Jangan lupa, masih ada kata "mendiamkan" sebagai alternatif untuk menjelaskan sikap tokoh yang sudah abai, tidak peduli, atau malah tidak ingin bicara sepatah kata pun. Tatkala sudah tiada lagi jalan atau cara berbaikan, kata "melanyak" dapat kita cantumkan sebagai pengurai perangai.

Selain itu, masih ada melatakan, memicakan, mencuaikan, dan menghalai-balaikan. Total 61 kata atau gabungan kata yang serumpun dengan "mengabaikan". 

Berapa kata yang selama ini teman-teman gunakan ketika menganggit cerita, menggubah esai, atau menulis opini?

Meski sebegitu banyak variasi kata, janganlah "mencampakkan" begitu saja orang yang pernah mencintai atau menyayangi kalian. Tanpa gara-gara main lepas, tanpa alasan main campak. Persis peribahasa "habis manis sepah dibuang". Apalagi kalau sedang sayang-sayangnya. Aih!

Jika sudah demikian, boleh jadi sikap "mengabaikan tanpa alasan" itu akan terlihat hanya serupa cinta atau seolah-olah cinta atau pura-pura cinta belaka. Seseorang pernah mengatakan bahwa perilaku cinta kadang lebih bermakna 'melukai tanpa sengaja' daripada 'dengan sengaja membahagiakan'.

Sudahlah, kalian tidak usah mempertanyakan siapa yang menyatakan pendapat nyeleneh dan nyelekit itu. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun