Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Duo Minions dan Tradisi Emas Bulu Tangkis

6 Agustus 2018   07:33 Diperbarui: 6 Agustus 2018   07:53 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: tribunnews.com

Kucatat matamu. Sepasang sajak yang sejuk. Tempat diksi berteduh dari terik makna yang merajuk. Beratapkan bulu-bulu lentik, teduh yang emignatik. Jelaga tak kalis melenting jadi alis, tempat orang-orang suci menjadikannya sajadah untuk berlama-lama rukuk di pelupukmu.

~ Adimas Immanuel, Selama Enam Jam Aku Memikirkan Hadiah bagi Kita yang Hanya Bertemu Enam Jam

Itulah petikan sajak Adimas Immanuel, penyajak muda dari Solo, yang bercerita tentang kekuatan kesetiaan dalam mengubah kekhawatiran menjadi kemenangan.

Kadang kita berjumpa peristiwa singkat yang berlangsung lama sepanjang hidup. Kita yang hanya bertemu enam jam, tabal Adimas. Namun, pertemuan selama enam jam itu melahirkan enam jam-enam jam lain yang sangat panjang.

Bulu tangkis baru dipertandingkan di Asian Games pada edisi 1962. Ketika itu Indonesia didaulat jadi tuan rumah. Hanya digelar beberapa hari, tidak berminggu-minggu apalagi berbulan-bulan, tetapi sejarah menggaungkannya hingga hari ini.

Kala itu ada enam medali emas diperebutkan, masing-masing untuk tunggal putra dan putri, ganda putra dan putri, serta beregu putra dan putri. Hasilnya menakjubkan. Luar biasa. Lima medali emas dikalungkan ke leher atlet-atlet bulu tangkis kita.

Indonesia meraup dua medali pada nomor tunggal putra. Emas diraih oleh Tan Joe Hock, sedangkan perunggu dipersembahkan oleh Ferry Sonneville. Lebih mengagumkan, tunggal putri menyapu bersih tiga medali. Minarni merengkuh medali emas, Corry Kawilarang merebut medali perak, sementara Happy Herowati merenggut perunggu.

Ganda putri Indonesia juga berjaya. Medali emas dipersembahkan oleh pasangan Minarni/Retno Kustijah dan medali perak lewat Corry Kawilarang/Happy Herowati. Dua medali emas lagi direngkuh Indonesia melalui nomor beregu putra dan putri.

Satu-satunya yang melayang cuma medali emas ganda putra yang disabet pasangan negara tetangga, Malaysia, lewat Tan Yee Khan/Ng Boon Bee. Indonesia harus puas dengan perak dan perunggu melalui pasangan Tan Joe Hock/Liem Tjian Kian dan Tutang D/Unang A.P.

Pesta olahraga multicabang itu hanya digelar beberapa hari, namun masih wangi hingga kini. Prestasi yang diukir Tan Joe Hock dkk. menahbiskan Indonesia sebagai salah satu raksasa di cabang bulu tangkis. Jejak Tan Joe Hock dan kolega tergurat di raung sejarah yang sejatinya, menurut Adimas, tempat orang-orang suci menjadikannya sajadah.

Tahun ini, Asian Games kembali digelar di Indonesia. Apakah sajadah yang dulu digelar para pendekar tepak bulu itu masih terbentang? Ya. Indonesia masih negara adikuasa di jagat tepak bulu. Para pendekar kita sangat diperhitungkan meraup medali emas. Mungkin tidak sebanyak lima medali emas pada 56 tahun silam, setidaknya dua atau tiga emas.

"Tunggal putra atau putri berat meraih medali emas karena masih didominasi Tiongkok, Korea, Jepang, atau Thailand."

~Alan Budikusuma, Legenda Bulu Tangkis Indonesia

Menakar Peluang Menakik Sejarah

Alan Budikusuma, peraih medali emas tunggal putra di Olimpiade Barcelona 1992, berkata blak-blakan. Apa adanya. Tidak berlebihan, tidak muluk-muluk. Memang peluang meraih emas di tunggal putra atau putri tertap terbuka, meskipun celahnya sangat sempit.

Beliau juga tidak meremehkan atau merendahkan tunggal putra dan putri. Bagaimanapun, dominasi Tiongkok di tunggal putra dan putri masih sangat kukuh. Belum lagi ancaman dari Korea, Jepang, dan Thailand. Nomor beregu juga begitu.

Bagaimana dengan sektor ganda? Pada Asian Games 2014, Greysia/Nitya sanggup meraup medali emas. Tahun ini, Greysia berpasangan dengan Apriyani Rahayu lantaran Nitya masih dikungkung cedera. Peluang mempertahankan emas ganda putri masih terbuka.

Kita juga punya ganda campuran yang cukup tangguh, yakni Tontowi/Lilyana. Kiprah mereka tidak perlu diragukan. Energi mereka pasti akan mengalir deras, bersatu dan berpadu, lalu semoga berakhir di podium seraya mengumandangkan Indonesia Raya.  

Dan, tentu saja kita berharap lebih pada duet maut yang mencetak sejarah baru selaku pasangan pengepul juara terbanyak selama setahun, yakni ganda putra Markus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo. Tahun ini, pasangan berjuluk duo minions itu sudah menyabet empat gelar. Termasuk juara Indonesia Open.

Jangankan rakyat Indonesia, Presiden Jokowi saja berharap supaya Duo Minions mati-matian merebut medali emas ganda putra di Asian Games 2018. Harapan itu disampaikan Pak Presiden di Istana Merdeka, Senin (2/4/2018), ketika menerima kedatangan mereka seusai menjuarai All England.

"Ini adalah motivasi buat kami untuk memberikan yang terbaik pada Asian Games. Kami menginginkan medali emas."

~ Kevin Sanjaya Sukomuljo, Pendekar Duo Minions

Duo Minions dan Hikayat Emas Ganda Putra

Kevin dan Marcus boleh mengacu pada sajak Adimas. Agar aku tak salah dalam hidangkan menu. Sebagai atlet yang sudah pontang-panting di rimba bulu tangkis, ketidakhadiran musuh bebuyutan dari Denmark bukanlah garansi niscaya meraih medali emas.

Masih ada pebulu tangkis dari Tiongkok, Malaysia, dan Jepang. Duo Minions pernah merasakan pahitnya kalah, jangan sampai salah strategi. Harus mengenal lawan hingga ke akar. Pendek kata, harus tahu beda yang jelas antara debu dan abu. Begitu ungkap Adimas lewat sajak yang sama.

Duo Minios harus cermat memilih lauk yang tak membuat alergi. Keduanya mesti mengulik hikayat kehebatan ganda putra dalam mendulang medali emas. Indonesia negara tersukses di sektor ganda putra Asian Games.

Rekor pendahulu Duo Minions sangat mentereng. Sejak Asian Games 1962, cabang bulu tangkis sudah dipertandingkan sebanyak 14 kali. Ganda putra Indonesia berhak atas tujuh medali emas, disusul Malaysia (4), kemudian Korea (2), lalu Tiongkok (1). Dengan kata lain, baru empat negara yang mampu mencicipi medali emas ganda putra.

Kejayaan Indonesia di sektor ganda putra bermula pada Asian Games 1974 di Teheran, Iran. Pasangan Tjun Tjun/Johan Wahyudi berhasil mengibarkan bendera Merah Putih di podium juara.

Riwayat juga mencatat nama Christian Hadinata dengan tinta emas. Sang maestro dua kali mencicipi gelar medali emas dengan pasangan berbeda. Emas pertama diraih Christian di Asian Games Bangkok 1978 saat berpasangan dengan Ade Tjandra. Empat tahun kemudian, Asian Games 1982, sang maestro berdampingan dengan Icuk Sugiarto di podium juara.

Kisah medali emas dengan pasangan berbeda bukan hanya dicatat oleh Christian Hadinata. Pada Asian Games Guangzhou 2010, Hendra merengkuh medali emas bersama Markis Kido. Empat tahun setelahnya di Asian Games Incheon 2014, Hendra bersisian dengan Mohammad Ahsan saat dikalungi medali emas.

Duo Minions pun mesti berguru pada kegemilangan Rexy Mainaky/Ricky Soebagdja. Betapa tidak, Rexy/Ricky berjaya dari turnamen ke turnamen. Malahan meraih medali emas di Olimpiade 1996 Athena. Pasangan itu pula yang mengakhiri puasa emas ganda putra kita di Asian Games. 

Pada Asian Games 1986, medali emas direbut pasangan Park Jo-boong/Kim Moon Soo (Korsel), sedangkan di Asian Games 1990 dimiliki oleh Li Yongbo/Tian Bingyi (Tiongkok). Rexy/Ricky menyabet emas ganda putra di Asian Games 1994 dan 1998.

Medali emas ganda putra jelas-jelas merupakan kado indah bagi bangsa tercinta apabila berhasil dipersembahkan oleh Duo Minions. Kebengalan Kevin dan ketenangan Marcus harus berpadu, mengalirkan energi dan mengalurkan cinta, kemudian dipuncaki dengan pengalungan medali emas dan pembahanaan lagu kebangsaan.

Duo Minions pasti hanya berjuang beberapa hari, tetapi namanya akan diabadikan sepanjang masa. Keduanya akan didaulat sebagai pahlawan. Atau, dalam sajak Adimas, kugadang-gadang jadi lakon sekaligus pakon. Keduanya berjuang di lapangan, rakyat mendoakan sepenuh cinta. 

Energi harapan menderas dari seantero Nusantara dan, demi Indonesia kita, semesta moga-moga mencukupinya dengan gelar juara. 

"Empat tahun lalu kami dapat dua medali emas, tahun ini setidaknya sama, kalau bisa lebih banyak lagi."

~ Susi Susanti, Legenda sekaligus Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI

Selamat Bertarung Calon Pahlawan

Kemilau bulu tangkis di Asian Games selalu terang benderang. Sudah 91 medali kita raup lewat tepak bulu yang terdiri atas 26 emas, 25 perak, dan 40 perunggu. Mumpung tuan rumah, mumpung pendukung bergelora, atlet-atlet bulu tangkis mesti menambah koleksi medali.

Kita tidak tahu siapa yang ditakdirkan berdiri di podium selaku juara. Persis gerunyam Adimas dalam penutup sajaknya. Dalam sebuah epos yang Sang Mahadalang pun tak yakin siapa sosok yang akan Ia menangkan. Namun, kita patut berharap pada Duo Minions. Harapan yang tidak menekan, tetapi memicu dan memacu adrenalin juara.

Selamat berjuang, Kevin. Kita baru berjaya di sektor ganda putra bulu tangkis Asian Games pada 1974 dan kita akan tetap jaya karenamu. Meski emosimu mengalir sederas arus sungai, kami tetap dan selalu mencintaimu. Doa kami menyertai lompatan dan lengkinganmu.

Selamat bertarung, Marcus. Ganda putra kita gagal mendulang emas pada Asian Games 1986 dan 1990. Kita tidak akan terpuruk seperti itu lagi karena kehadiranmu. Meski emosimu setenang air telaga, kami masih dan terus mencintaimu. Doa kami mengiringi terjangan dan teriakanmu.

Kandangrindu, 2018

Rujukan tulisan:

1. Sajak Selama Enam Jam Saya Memikirkan Hadiah bagi Kita yang Hanya Bertemu Enam Jam karya Adimas Immanuel. Dipetik dari kumpulan puisi Pelesir Mimpi (hlm. 30-31). Diterbitkan oleh Motion Publishing pada 2013.

2. Bulu Tangkis pada Asian Games 1962 

3. Harapan Emas di Asian Games 2018

4. Presiden dan Duo Minions

5. Kejayaan Ganda Putra

6. Komposisi Calon Juara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun