Lokasi Monumen Seroja ini mudah dicapai melalui jalan umum Kupang-Atambua. Ketika mobil memasuki kawasan Salore, Desa Naitimu, Belu segera tampak jelas Monumen itu. Dari jauh patung prajurid TNI tampak jelas sedang mengangkat senjata ke udara, tanda kemenangan. Monumen Seroja di Salore dibangun pada bulan Juni tahun 1990 dan diresmikan pada 17 Agustus 1990 oleh Bupati KDH II Belu, Nusa Tenggara Timur.
Monumen Seroja sudah berusia 24 tahun sejak diresmikan oleh Bupati Belu Kol (Inf). Ignasius Sumantri pada 17 Agustus 1990. Sebagaimana disaksikan penulis pada Jumat, 27 Juni 2014, tampak bangunan monumen bersejarah itu telah dicoret-coret oleh orang-orang iseng. Secara keseluruhan bangunan Monumen Seroja di Salore terdiri atas sebuah patung prajurid TNI yang sedang memegang senjata. Tampaknya prajurid itu mengekspresikan kemenangan setelah bertempur melawan fretelin. Operasi Seroja merupakan operasi gabungan angkatan darat, angkatan laut dan anggkatan udara RI untuk merebut Tim-Tim dari kekuasaan fretelin yang berhaluan komunis. Operasi Seroja merupakan bagian operasi akibat perang dingin antara blog barat dan blog Timur.
Mengapa monumen Seroja ini dibangun di Salore, Desa Naitimu, Belu? Jawabannya ialah karena sejak tahun 1975, Halilulik menjadi tempat eksodus besar-besaran arus pengungsian dari wilayah Timorleste ke Indonesia. Para pengungsi itu ada yang merupakan tangkapan perang, rakyat biasa atau tahanan politik yang ditangkap TNI dari hutan-hutan dan gunung-gunung Timorleste. Kondisi mereka sangat memprihatinkan. Kebanyakan mereka sakit, terluka, kurus, badan kurang terurus/kotor, pakaian kurang bagus, ketakutan, tidak mampu berbahasa Indonesia, dll.
Mereka dibawa atau diangkut oleh pasukan TNI dalam truk-truk lalu ditampung di tenda-tenda dan tangsi polisi di dekat Poliklinik Halilulik. Ada kelompok pengungsi yang tinggal bersama pasukan TNI atau pasukan polisi di barak-barak TNI dan polisi di Halilulik. Para perawat dan para suster SSpS dari Poliklinik Halilulik berusaha untuk mengajarkan mereka tata cara mandi, berpakaian yang rapih, makan-minum teratur, tidur teratur, membaca dan menulis serta berhitung.
Pada masa operasi Seroja, sangat mudah menemukan kelompok pasukan TNI bersenjata di pasar atau di barak. Para pemuda Indonesia diberi latihan militer untuk menjadi Hansip dan TBO. Operasi Seroja rupanya melibatkan berbagai unsur baik TNI, Organisasi Sosial, Menwa, Pramuka, rohaniwan/i, dll. Monumen Seroja terdiri atas: Prasasti sejarah, relief kekuatan angkatan darat, relief kekuatan angkatan laut dan relief kekuatan angkatan udara Indonesia, serta sebuah patung prajurid TNI yang sedang mengangkat tangan sambil memegang senjata pada puncak monumen Seroja tanda kemenangan dalam sebuah pertempuran dalam operasi Seroja di Tim-Tim.
Dari antara para pengungsi Tim-Tim hingga tahun 1979-an, nama Rafu Letok sangat terkenal ketika itu. Rafu Letok merupakan salah seorang pemimpin fretelin wanita yang berhasil ditangkap TNI dalam sebuah pertempuran di sebuah hutan Tim-Tim. Rafu Letok ikut dibawa ke Halilulik. Wanita itu tampak kurus, kotor, berambut panjang dan menjadi tontonan warga Indonesia. Pasukan TNI berceritera bahwa Rafu Letok ditangkap melalui perjuangan keras karena dia memiliki ajimat yang katanya kebal peluru. Rafu Letok sempat memperdaya TNI sebelum berhasil ditangkap dan dibawa ke Halilulik. Wanita fretelin itu tampak lumayan cantik setelah mandi dan berdandan. Tidak jelas nasibnya setelah dia ditemukan TNI, namun rupanya Rafu Letok diberikan identitas baru dan diperisteri oleh seseorang. Entah benar atau tidak berita ini, namun katanya dia diperisteri seorang anggota TNI. Lihatlah gambar-gambar monumen Seroja di bawah ini: