Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Presidensi G20 Indonesia 2022 dan Peluang Investasi Hijau Berbasis Tradisional, Gotong Royong dan Berkelanjutan

20 Juli 2022   14:10 Diperbarui: 20 Juli 2022   14:11 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hutan Jati rimbun terlihat di Nenuk, Belu-Prov. NTT (Sumber foto: Dokumen pribadi)

Sesungguhnya investasi hijau adalah tindakan yang praktis dan berguna dalam jangka waktu lama dan tetap berkesinambungan. Investasi hijau harus menyangkut tindakan kita sehari-hari sebagai masyarakat terhadap lahan pertanian kita, baik yang sudah,  sedang,  maupun yang akan kita tanami. Persoalan investasi hijau mengangkut berapa banyak luas lahan yang kita miliki perorangan atau kelompok warga, dan apakah hasilnya nanti berkonstribusi langsung pada perekonomian ?

Dalam konteks ini, investasi hijau harus berasal dari kelompok kerja rakyat. Rakyat yang bersatu membentuk kekuatan nasional. Bagi seorang warga, investasi hijau adalah rasionalisasi lahan-lahan pertanian untuk tanaman-tanaman jangka panjang yang hasilnya berwujud kayu dan komoditi untuk pasaran global.

Jika dahulu kayu dan komoditi dihasilkan oleh hutan-hutan alamiah, sekarang masyarakat harus membuat hutan homogen sendiri dan masyarakat harus menanam dan membuat hutan sendiri,  merawat dan menjaganya.  Masyarakat harus membuat hutan buatan sendiri dengan menanam berbagai pohon yang dapat laku di pasaran global. 

Lima (5) Pohon untuk Investasi Hijau

Saya menawarkan 5 pohon untuk investasi hijau yang layak dipilih, yaitu: mahoni, jati, kelapa, kakao dan  karet. Lima (5) jenis pohon tersebut para sudah akrab dengan warga dan sudah secara nyata memberikan hasil berlimpah di pasaran global. Selain itu, 5 pohon tersebut mendukung penghijauan, wisata dan kelestarian lingkungan hidup.

Kayu Mahoni (Sumber foto: courtina.id)
Kayu Mahoni (Sumber foto: courtina.id)


1. Mahoni

Mahoni bersama jati adalah 2 jenis kayu mulia dan sudah menjadi pilihan utama di pasaran Eropa dan AS. Dari penanaman hingga panen (periode rotasi), pohon mahoni diperkirakan membutuhkan waktu sekitar 12 tahun . Dengan diameter batang lebih dari 30 cm, pohon Mahoni sudah bisa dipanena. Batang Mahoni seperti itu berisi sekitar setengah meter kubik kayu yang dapat digunakan. Bibit mahoni yang ditanam pada awalnya berharga sekitar Rp 50.000 dan hasil panen setiap pohonnya mencapai Rp 800.000 sampai dengan Rp 1.200.000 untuk setiap log tegantung ukuran diameter, kadang-kadang kayu Mahoni dijual dalam bentuk papan atau balok dan laku keras di pasaran AS dan Eropa.

Hutan Jati rimbun terlihat di Nenuk, Belu-Prov. NTT (Sumber foto: Dokumen pribadi)
Hutan Jati rimbun terlihat di Nenuk, Belu-Prov. NTT (Sumber foto: Dokumen pribadi)

2. Jati

Pohon Jati adalah penghasil kayu pilihan pertama di dunia. Jangka waktu rotasi kayu Jati ditetapkan selama 15 tahun. Bibit Jati sedikit lebih mahal karena membutuhkan lebih banyak perawatan di tahun-tahun awal sampai dengan 3 tahun. Semua pohon sebaiknya dikelola oleh petani. Kayu Jati memiliki harga berbeda pada setiap tingkat tergantung pada ukurannya saja. Harga kayu Jati semua kelas sama, yaitu: Rp 2.300.00/batang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun