Namanya Viktor, lelaki usia 60-an itu berprofesi sebagai petani tradisional di desa Naitimu. Ia sudah sekitar 40 tahun bekerja sebagai petani desa. Ladangnya selalu berpindah-pindah karena ia adalah penggarap lahan orang lain. Viktor termasuk petani yang tidak memikirkan untuk menanam tanaman jangka panjang. Ia selalu menanam tanaman jangka pendek di Belu-NTT. Sehari-harian dia berada di ladang.Â
Viktor tiap hari bertani kacang, jagung, singkong dan lombok. Ia tidak kaya, tetapi hidupnya berkecukupan. Selalu ada sedikit uang untuk dirinya bersama  dengan isteri dan 2 anaknya. Saya bertemu dengan Viktor di tengah kebun kacang hijaunya yang tidak seberapa luas.
Dari Viktor, saya mengetahui bahwa seorang petani di NTT yang menanam tanaman umur pendek tidak pernah menjadi kaya karena hasil panen di pasaran sering tidak menentu. "Lima tahun lalu, harga 1 kg lombok merah masih laku dengan Rp 75 ribuan, dibeli pengecer yang datang  langsung di kebun. Sekarang hanya terjual Rp 5 ribuan di pasar", katanya dengan  wajah muram
Viktor tidak menemukan solusi terhadap harga jual komuditi umur pendeknya. Harga jual komuditi berada di luar jangkauan petani macam Viktor. "Tetapi masih baik, saya bekerja juga sebagai tukang bangunan. Bulan lalu, saya menerima Rp 15 juta dari hasil saya bersama teman-teman membangun gedung sekolah baru SDK Halilulik-Belu-NTT", ceritera Viktor dengan bangga.
Viktor termasuk petani yang menanam tanaman jangka pendek saja. Saya mencoba untuk mengalihkan pandangannya ke tanaman kelapa. Tetapi ia tidak punya prospek menanam kelapa. "Terlalu lama 1 pohon kelapa dipanen. Kelapa termasuk tanaman jangka panjang, esok-esok kalau saya sudah mati, orang lain yang nikmati. Lebih baik saya tanam tanaman yang dapat saya panen satu dua tahun saja", katanya.Â
Masalah berikut adalah masalah kepemilikan lahan. "Saya hanya meminjam lahan ini untuk menanam kacang, jagung dan sayur. Saya bukan memiliki lahan ini", lanjut Viktor.Â
Investasi hijau di tataran petani menimbulkan masalah pada lahan. Petani tidak rela lahannya ditanami tanaman jangka panjang. Mereka butuh makan hari ini. Jika demikian, petani memang diciptakan untuk tidak kaya, tetapi mereka selalu punya uang sedikit dari investasi di kebun. Â
Ketika investasi hijau digaungkan oleh banyak kalangan dalam kaitannya dengan Presidensi G20 Indonesia 2022, mata semua kita mestinya tertuju kepada para petani kita. Para petani kita adalah para pakar investasi hijau paling asli. Jenis-jenis tanaman apa yang cocok untuk investasi hijau, petani tradisional kita adalah pakarnya.Â
Investasi hijau bukan seumpama makanan siap saji, tetapi ia butuh waktu panjang. Bukan butuh waktu 2 atau 3 tahun, tetapi butuh waktu di atas 10 tahun. Meskipun butuh waktu lama, karena tumbuhan bertumbuh pelan, di bidang investasi hijaulah banyak uang bisa disimpan dengan aman.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI