Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Filsuf Thomas Hobbes, Kiamat Zombie dan Krisis Covid-19

9 Juni 2021   17:54 Diperbarui: 10 Juni 2021   13:29 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu karakter Zombie. (Gambar: vecteesy.com).

     

     Pemahaman tentang pandemi Covid-19 tidak dimengerti hanya sepintas saja. Karakter zombie sebagai budaya populer di barat harus diikutsertakan sehingga alur pemahaman tentang pandemi Covid-19 kuat berakar pada literatur-literatur dan film-film menyangkut karakter zombie     Dalam semua kondisi, para warga di benua Asia berjuang untuk hidup. Perjuangan untuk meraih hidup adalah pragmatis dan tidak butuh imaginatif. 

     Ketakutan terbesar pada manusia adalah ketakutan terhadap kematian. Sumber ketakutan besar ini mendorong manusia melakukan banyak hal yang dianggap sebagai dosa. Dosa adalah potret keburukan dalam pergulatan adegan-adegan horor dalam film zombie.

     Padahal di barat, gagasan pandemi Covid-19 terbangun dari prespektif filsafat tentang malapetaka virus zombie. Orang meyakini bahwa gagasan filsuf Thomas Hobbes masih menjiwai malapetaka  virus zombie di film-film horor.

     Di film-film horor tentang virus zombie, semangat filsuf Thomas Hobbes masih begitu kuat dianut manusia menjelang abad 21 ini. Pengandaian untuk masa depan: Jika semua virus yang telah dirilis seperti: ebola, zika, HIV/AIDS, flu burung/babi, virus Sars, dan sekarang virus Corona berada di sekitar kita, apa yang terjadi dengan manusia dan apa tindakan negara menghadapi masalah ini?

     Filsuf Thomas Hobbes berpendapat bahwa untuk memperjuangkan hak hidupnya sendiri, termasuk demi mendapatkan obat, manusia harus saling berperang. Dalam kondisi primitif ini muncul bellum omnium contra omnes (perang semua orang melawan semua orang).

     Hobbes memiliki pandangan pesimis terhadap manusia. Situasi primitif ditandai kecurigaan dan keangkuhan saling menyerang (homo homini lupus). Perang itu kemudian menyadarkan manusia terhadap salah satu ketakutan besar, yakni: ancaman kepunahan manusia. Dalam hal ini Hobbes membela abolutisme negara berdasarkan kontrak-kontrak sosial.

     Ketakutan akan kepunahannya sendiri telah menyertai umat manusia sejak keberadaannya. Di masa lalu yang kita takuti adalah kekuatan alam atau murka Tuhan. Hari ini manusia sendiri menciptakan masa depan yang tidak bisa lagi dia hentikan dan mengancam nasib spesiesnya sendiri.

     Virus zombie telah menjadi simbol ketakutan terhadap kiamat buatan manusia yang disebut petaka zombie. Siapakah di antara kita yang tidak mendapati diri untuk memikirkan apa yang harus dilakukan ketika kehidupan manusia terancam zombie? Fantasi kiamat zombie telah menggantikan keberadaan banyak fantasi hari kiamat dan telah dengan kuat memantapkan dirinya dalam budaya sehari-hari manusia.

     Dalam film 28 Days Later (2002), setelah terinfeksi, virus mengubah manusia menjadi binatang buas yang mengamuk. Hanya dalam 28 hari, Kepulauan Inggris dibiarkan dengan lanskap yang dihuni zombie dengan populasi manusia yang berkurang.

     Asal-usul zombie tetap menjadi misteri di banyak film dan serial horor. Para penyintas kebanyakan berspekulasi tentang asal-usul virus zombie dan pada akhirnya menyalahkan percobaan virus yang gagal oleh militer atau perusahaan bioteknologi.

     Kiamat zombie adalah cerminan masyarakat kita. Film zombie dan film akhir zaman lainnya adalah refleksi dari apa yang terjadi ketika yang tak terbayangkan terjadi. Ketika koeksistensi sosial serta peradaban manusia secara keseluruhan runtuh. Ketika sistem nilai dan norma tradisional kita dipertanyakan dan korban bencana harus bernegosiasi ulang. Hal yang benar-benar ditunjukkan oleh film zombie yang bagus adalah seberapa rusaknya kita sebenarnya.

     Pandemi Covid-19 mengancam kita jatuh kembali ke keadaan alami Hobbesian - semua melawan semua. Ketika tatanan sosial runtuh, wajah manusia yang sebenarnya muncul ketika ia tidak lagi merasa terikat oleh aturan dan hukum.

     Pandemi Covid-19 berpuncak pada hilangnya kendali negara atas para warganya. Polisi-polisi jarang terlihat menunaikan tugasnya di depan umum. Jika ada petugas polisi di depan umumpun, polisi tidak lagi mau menjaga ketertiban hukum, melainkan berjuang untuk kelangsungan hidupnya sendiri.

     Kita mengalami pemandangan serupa, tetapi kurang drastis. Pada sekitar bulan Maret 2020 di Indonesia, otoritas negara merasa agak kehilangan kepercayaan menghadapi jumlah orang yang terinfeksi yang semakin tinggi.

     Wabah zombie berpotensi untuk menghancurkan segala bentuk komunitas sosial. Orang lain dianggap sebagai ancaman permanen. Film zombie menunjukkan cara yang bermasalah dalam berurusan dengan orang lain, baik teman, pasangan atau keluarga dekat. Satu gigitan saja membuat seseorang akan dikeluarkan dari komunitas tempat dia berasal.

     Selama pandemi Covid-19, berurusan dengan orang lain adalah sangat bermasalah. Setelah terinfeksi, Anda juga dapat menulari orang lain. Ketakutan terhadap infeksi virus Covid-19 mengidap banyak orang. Kondisi ini telah menyebabkan kasus orang yang terinfeksi terpinggirkan dan distigmatisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun