Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kaum Sofis: Kaum Guru Profesional di Yunani Kuno

20 Juli 2020   09:54 Diperbarui: 20 Juli 2020   23:28 6787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parthenon di Yunani. (Foto: karya Steve Swayne / flickr.com/photos/maleny_steve).

Itulah yang disebut sebagai kaum Sofis. Mereka adalah kumpulan para guru profesional di sepanjang tahun 500 SM, pada zaman Yunani kuno. Sudah sejak lebih dari 2000-an tahun, kaum Sofis selalu dicap negatif oleh semua orang di dunia. 

Meskipun sudah ada sedikit gerakan untuk merehabilitasi ajaran-ajaran kaum Sofis, tetapi upaya itu tidak mudah. Citra diri kaum Sofis memiliki pandangan yang sudah sesuai dengan kehidupan dan tingkat perkembangan pada masa mereka. Mereka yang disebut kaum Sofisme ialah para penganut filsafat Sofis yang ekstrem, tentu saja hal itu sangat negatif.

Pada masa jayanya mayoritas orang di masa Yunani kuno telah menganut paham Sofis. Meskipun Sokrates, Plato dan Aristoteles telah menolak kaum Sofisme, tapi mereka menggerakkan ajaran filsafatnya di atas dasar sikap dan pemikiran kaum Sofis. Sokrates, Plato dan Aristoteles membaharui beberapa ajaran kaum Sofis.

Penafsiran atas konteks ini berbeda presepsi dalam zaman ini. Kaum kapitalis bersaing dengan kaum sosialistis. Masing-masing memiliki presepsi berbeda tentang kaum Sofis. Para guru Sofis banyak menuntut pembayaran atas profesi mereka. Hal ini adalah sangat berbahaya. Mereka yang kaya dapat bersekolah sedangkan mereka yang miskin tidak bisa bersekolah, tapi memiliki kemampuan besar. Kaum miskin ini akan memprotes kaum Sofis.

Tambahan juga, para penganut Sofis tidak dihasilkan oleh sekolah-sekolah Sofis. Tetapi trend filsofis kaum Sofis ialah tetap terbuka. Mereka sepenuhnya adalah para guru profesional autodidak. Mereka memiliki kepandaian tertentu dalam agama kuno Yunani. Sepanjang abad ke-5 SM, para Sofisme berjaya dan abad ini menjadi puncak keberhasilan. Mereka menjadi pembela dan pendidik hanya untuk keluarga-keluarga kaya di Athena.

Pemunculan kaum Sofisme adalah sangat tepat sesuai dengan situasi Yunani kuno. Mereka adalah guru-guru yang tepat untuk menjawabi kebutuhan pada saat itu. Negara kota Athena baru mendapatkan bentuknya yang demokratis. Sehingga polis Athena bukan menjadi kepentingan sesepuh tetapi kepentingan umum. Polis telah punya aturan yang terang. Hukum yang terang harus mengatur masyarakat.

Warga Polis Athena menentukan UU. Kebaikan dan keadilan tergantung pada keputusan manusia. Tidak ada kebenaran objektif. Manusia adalah ukuran segalanya. Para Sofis berkolaborasi dengan kaum kaya. Dalam demokrasi Athena kuno, bukan banyak warga negara biasa yang menentukan UU, tetapi kaum kuat, kaya dan berkuasa.

Orang-orang kaya dan kuat selalu menang dalam demokrasi. Akibat orang-orang kuat menjadi penguasa ialah kesewenang-wenangan menjadi hukum dan sumber hukum utama, bukan logos tetapi kekuatan dan kekerasan.

Asal-Usul Kaum Sofis
Sofis berasal dari bahasa Yunani kuno sophista, adalah sekelompok orang dari Yunani kuno yang memiliki pengetahuan khusus dalam teori (matematika dan geometri) atau praktis (kerajinan, musik, puisi). Para Sofis adalah para ahli retorika yang mencari nafkah dengan memberikan pengetahuan mereka.

Mereka bekerja sekitar 450 SM-380 SM. Istilah Sofist awalnya disebut "semua orang yang terkenal dengan kebijaksanaan mereka'. Para Sofis meliputi: Pythagoras, Thales, Solon, Antisthenes, negarawan, tokoh budaya, penyair dan 'orang bijak' lainnya".

Pada abad ke-5, Sofis juga termasuk para guru profesional dan para ahli yang memberikan pengetahuan dan keterampilan mereka kepada orang lain.  Para Sofis tidak membentuk tren filosofis tertutup dan tidak ada sekolah Sofis. Mereka memiliki sikap yang tercerahkan terhadap agama. Mereka berasumsi bahwa para dewa tidak akan mengendalikan nasib manusia tanpa menyangkal keberadaan mereka. Kebenaran tidak akan tercapai. Tiap-tiap pendirian dibenarkan dengan retorika. Apabila orang banyak sudah setuju maka itu dianggap sudah benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun