Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Semoga Dian Kita Terus Bernyala

18 Juni 2017   22:58 Diperbarui: 18 Juni 2017   23:30 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semoga Dian kita terus memancarkan terang yang berguna (Foto: republika.co.id)

Oleh karena baru keluar dari ruang panti asuhan, saya merasa bahwa saya sedang berjuang bersama kerinduan puluhan anak-anak yatim piatu di panti-panti asuhan untuk mendapatkan kebutuhan hidup dan jaminan hidup yang layak. Wajah-wajah mereka terus terbayang dalam benakku. Wajah lemah mereka terus memohon belaskasihan masih tetap terbayang dalam benakku. Saya hanya berbisik dalam hati, kalau saya punya banyak uang, saya akan terus mengunjungi anak-anak itu untuk berbagi kebahagiaan dengan mereka. Bila saya memiliki cukup dana, saya bertekad untuk terus memberikan bantuan bagi mereka yag miskina dan menderita di manapun saya berada.

Tentu yang paling utama Tuhan tuntut selama waktu-waktu ini dari saya ialah penyerahan diri saya seutuhnya kepada kehendak Tuhan. Apakah yang Tuhan mau dan kehendaki itulah yang harus terjadi. Saya harus menyerahkan semua keputusan kepada kehendak Tuhan sendiri. Dengan penuh penyerahan diri sebagai makhluk yang lemah, miskin dan tak berdaya, saya membiarkan kehendak Tuhanlah yang berbicara dan memutuskan segala-galanya. Penyerahan diriku kepada Tuhan itu harus total, seluruhnya, seutuhnya dan tak terbagi-bagi. Biar Kristuslah yang menjadi segala-galanya dalam kehidupanku. Biar Kristuslah yang memiliki semua yang saya rencanakan, termasuk memiliki masa depanku. Ternyata cinta yang fundamental ialah cinta yang harus membunuh keegosian kita sendiri dan kesombongan kita sendiri. Cinta fundamental harus membuat kita seperti dian yang sedang menyala, ia menyala untuk menerangi gulitanya kegelapan hidup dari hasil membakar dirinya sendiri.

Ya dengan membakar dirinya sendiri, lilin memberi terang bagi manusia dan bagi alam, bukan saja memberi terang secara fisik, namun lilin memberikan terangnya secara rohani untuk mampu menghantarkan manusia yang sedang berdoa dan bersemedi mencari dan bertemu dengan Tuhan dalam keheningan yang syahdu. Marilah kita belajar dari lilin yang sedang menyala untuk menemukan cinta fundamental itu dalam hidup kita menuju kehidupan bersama Tuhan. Semoga Dian kita terus menyala dalam perkanjangan kita mengarungi bahtera kehidupan kita masing-masing!


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun