Mohon tunggu...
1atptpdewi nurcahyaningsih
1atptpdewi nurcahyaningsih Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa semester 1 jurusan pertanian dengan program study Teknologi Produksi Tanaman Pangan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Sticky Trap Merupakan Solusi Pengendalian Kutu Kebul Pada Tanaman Edamame

4 Oktober 2025   22:55 Diperbarui: 4 Oktober 2025   22:55 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Edamame (Glycine max Merr.) adalah tanaman yang berasal dari China dan telah dibudidayakan sejak 2500 SM, perdagangan antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman edamame tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Indonesia, India, Australia, Jepang, Amerika, dan Korea. Edamame baru dipasarkan di Jepang di Engishiki pada tahun 972 sesudah masehi. Edamame memiliki rata-rata produksi 3,5 ton/ha lebih tinggi dari pada produksi tanaman kedelai biasa yang memiliki rata-rata produksi 1,7­ sampai 3,2 ton/ha dengan harga jual yang lebih tinggi dari harga kedelai biasa maka perlu dilakukan pengembangan terhadap tanaman potensial ini. Permintaan ekspor dari negara Jepang sebesar 100.000 ton/tahun dan Amerika sebesar 7.000 ton/tahun merupakan prospek pasar yang sangat menguntungkan bagi pembudidaya tanaman edamame. Indonesia saat ini hanya dapat memenuhi 3 % dari kebutuhan pasar Jepang, sedangkan sisanya dipenuhi oleh Taiwan dan Cina. Tanaman Edamame merupakan tanaman semak rendah, bertubuh tegak, berdaun lebat, dengan beragam morfologi. Tinggi tanaman berkisar antara 30 cm sampai lebih dari 50 cm, dapat bercabang sedikit atau banyak tergantung kultivar lingkungan hidupnya. Edamame merupakan tanaman anggota famili fabaceae. Edamame memiliki karakter yang sama dengan kedelai biasa, yaitu terdiri dari satu batang tegak, dengan tinggi 60 sampai 150 cm. Kulit luar batang dan polong memiliki bulu-bulu halus berwarna coklat. Helai daun edamame berbentuk bulat telur trifoliate (berdaun tiga), berukuran 6 sampai 15 cm. bunga tanaman Edamame berwarna putih yang muncul pada umur 35 HST. Kulit polong berwarna hijau, polong berukuran 5,5 sampai 6,5 cm. Polong berisi 2 sampai 4 biji. Biji berdiameter antara 5 sampai 11 mm dengan rasa yang manis, renyah, tidak lengu, dan bertekstur halus. Edamame memiliki kadar Trypisin Inhibito yang lebih rendah dan lebih menyehatkan. Edamame di panen saat umur tanaman masih muda. Edamame juga memiliki serat, nutrisi dan kaya kalsium. Kandungan proteinnya 16%, hampir dua kali lipat dibandingkan dengan kandungan protein pada kacang buncis.

Penyebab turunnya produksi kedelai Edamame salah satunya adalah kehadiran hama penting di pertanaman kedelai Edamame. Hama yang sering menyerang tanaman kedelai edamame adalah ulat penggerek polong (Etiela zinckela), kepik hijau, kutu daun (Aphis glycine), Empoasca sp., Chrysodeixis chalcites, Melanagromyza sp., Bemicia tabaci, dan lain lain. Hama penting yang sangat meresahkan petani pembudidaya tanaman Edamame adalah kutu kebul (Bemicia tabaci). Kutu Kebul (Bemisia tabaci) merupakan hama polifag yang dapat menyerang lebih dari satu tanaman. Tanaman yang dapat menjadi inang utama kutu kebul tercatat sekitar 67 famili yang terdiri atas 600 spesies tanaman. Famili dari tanaman tersebut antara lain yaitu dari famili Brassicacea, Fabaceae, Asteraceae, Cucurbitacea, Malvaceae, Euphorbiaceae, dan Solanaceae. Kutu kebul (Bemisia tabaci) merupakan hama yang banyak ditemukan di hampir seluruh pertanaman yang ada di daerah tropis. Hama ini selain menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan tanaman juga merupakan vektor dari virus gemini yang dapat menyebabkan penyakit kriting kuning pada tanaman cabai. Ciri dari morfologi B. tabaci adalah tubuh imago berwarna kuning, sayap tertutup oleh tepung berwarna putih, panjang tubuh 1-1,5 mm. Telur yang baru diletakkan berwarna kekuning-kuningan dan biasanya tertutup oleh lilin, setelah 24 jam, warna telur akan berubah menjadi coklat. telur berbentuk elips dengan panjang sekitar 0,2-0,3 mm. Telur biasanya diletakkan di permukaan bawah daun. Stadia telur tergantung pada keadaan lingkungan, terutama suhu. Suhu dari 26-32oC masa inkubasi berlansung selama 4-6 hari, sedangkan pada suhu 18-22oC masa inkubasi meningkat menjadi 10-16 hari. Serangga betina lebih menyukai daun yang telah terinfeksi virus mosaik kuning sebagai tempat untuk meletakkan telurnya daripada daun sehat. Rata-rata banyaknya telur yang diletakkan pada daun yang terserang virus adalah 77 butir, sedangkan pada daun sehat hanya 14 butir. Nimfa instar satu berbentuk bulat panjang, berwarna hijau cerah, dengan panjang tubuhnya 0,22 mm dan lebar 0,13 mm. Nimfa instar dua berwarna hijau gelap dengan panjang tubuhnya 0,28 mm, lebar 0,17 mm, antena sangat pendek, dan tungkainya tereduksi. Pupanya berbentuk bulat panjang, di bagian toraks agak melebar, cembung, dan abdomen tampak jelas. Terdapat satu pasang seta kauda (cauda setae) pada ujung anal. Vasiform orifice terdapat di daerah sebelum ujung posterior puparium, berbentuk segitiga, dan ukurannya lebih panjang dari panjang alur kaudal (caudal furrow). Operkulumnya (operculum) hampir separuh bagian menutupi bagian vasiform orifice. Lama hidup imago betina sekitar enam hari, tetapi mampu hingga 60 hari pada kondisi tertentu. Umumnya imago lama hidup jantan lebih pendek yaitu antar 9-17 hari. Kopulasi berlangsung kurang lebih dua jam setelah serangga menjadi dewasa, yang dapat terjadi pada saat siang dan malam hari.

Foto gambar Kutu Kebul
Foto gambar Kutu Kebul

Gejala serangan Bemisia tabaci Genn. berupa bercak nekrotik dan klorosis pada daun, yang disebabkan oleh rusaknya sel-sel dan jaringan daun akibat serangan nimfa dan serangga dewasa. Serangan kutu kebul dalam keadaan populasi tinggi dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Embun madu yang dikeluarkannya dapat menimbulkan serangan jamur jelaga yang berwarna hitam, menyerang pada berbagai stadia tanaman. Kerusakan yang diakibatkannya adalah kerusakan secara langsung akibat dari cairan sel daun dihisap oleh hama, daun menjadi klorosis dan gugur, tanaman menjadi kerdil sehingga mengurangi pertumbuhan dan hasil. Kerusakan secara tidak langsung, embun madu yang dikeluarkan oleh hama dapat menimbulkan serangan jamur jelaga yang berwarna hitam dapat mengurangi laju proses fotosintesis. Hama ini juga menjadi vektor dari virus kuning sehingga apabila kutu kebul telah membawa virus tersebut maka apabila dia menyerap cairan daun tanaman, cabai tersebut akan terkenak penyakit kuning.

Foto daun edamame terserang Gemini Virus 
Foto daun edamame terserang Gemini Virus 

Pengendalian yang biasa digunakan untuk mengendalikan hama- hama ini adalah menggunakan pengendalian secara kimiawi yaitu menggunakan insektisida sintetik yang penggunaannya dalam jumlah yang besar (diatas konsentrasi yang dianjurkan) yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan seperti kerusakan kesuburan tanah, matinya musuh alami, dan serangga-serangga berguna lain yang bukan hama sasaran (merusak bioekologi) dan lain-lain. Pengendalian yang dianjurkan oleh pemerintah adalah pengendalian hama yang menggunakan konsep pengendalian hama terpadu (PHT), hal itu didukung pula dengan dikeluarkannya PP No. 6 tahun 1995 yang antara lain menetapkan bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan melalui sistem PHT. Pasal 19 juga menyatakan bahwa penggunaan pestisida sintetik dalam rangka pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan alternatif terakhir dan dampak yang ditimbulkan harus ditekan seminimal mungkin. Perangkap yang  digunakan untuk memantau dan mengendalikan hama adalah sticky trapping. Sticky traps merupakan perangkap warna  yang dapat menarik serangga dan menjeratnya karena telah diolesi dengan lem. Sticky traps mampu menurunkan populasi kutu kebul pada pertanaman cabai sampai 53%.

Foto Yellow Sticky Trap
Foto Yellow Sticky Trap

Warna sticky trap sangat mempengaruhi jenis hama yang dapat terperangkap dalam Sicky traps yang dipasang, hal ini dikarenakan serangga hanya peka terhadap warna dengan panjang gelombang cahaya antara 254 – 600 nm. kebanyakan serangga memberikan respon terhadap warna dengan panjang gelombang cahaya 300-400 nm.  Warna biru dan hijau dapat di gunakan untuk menarik trips yang menyerang bunga dan daun. Warna kuning dapat digunakan untuk menarik hama yang menyerang daun muda dan buah karena hama menganggap perangkap berwarna kuning tersebut adalah daun muda dan buah-buahan yang sudah masak. yellow sticky trap merupakan Jebakan yang didasari sifat serangga yang menyukai warna kuning mencolok. Sebab warna itu mirip warna kelopak bunga yang sedang mekar sempurna. Permukaannya dilumuri lem sehingga serangga yang hinggap akan merekat sampai akhirnya mati. Umumnya serangga yang dapat terjebak adalah hama golongan apid, kutu, dan tungau yang kemudian dijadikan indikator populasi hama sekitar. Warna biru juga bisa di gunakan untuk menarik trips yang menyerang bunga dan daun yang sudah tua. Hama daun lebih suka daun yang masih muda. Bagi mereka kertas/apapun yang berwarna biru terlihat seperti kumpulan daun-daun muda.  populasi B. tabaci yang paling banyak terperangkap pada sticky trap adalah pada perangkap warna kuning. 

Faktor kedua yang mempengaruhi efektifitas penggunaan sticky traps untuk mengendalikan hama Bemicia tabaci adalah ketinggian pemasangan sticky traps. Ketinggian pemasangan Sticky trap sangat berpengaruh terhadap jenis hama yang terperangkap dalam sticky traps, hal ini dikarenakan setiap jenis serangga memiliki kemampuan terbang yang berbeda-beda sehingga ketinggian pemasangan sticky traps akan menentukan jenis hama yang terperangkap didalamnya. pemasangan sticky traps dengan ketinggian 157,5 – 182 cm efektif untuk memperangkap B. tabaci sebanyak 60%. 

populasi hama yang terperangkap pada sticky traps memiliki jumlah yang berbeda antara waktu yang satu dengan yang lainnya. Pagi hari adalah waktu pengamatan yang paling efektif untuk mengamati populasi B. tabaci yang terperangkap di sticky trap, hal ini dikarenakan pada pagi hari B. tabaci aktif terbang dan mencari inang baru. Siang hari masih banyak B. tabaci yang terperangkap meskipun tidak sebanyak pada pagi hari, hal ini dikarenakan terbawa angin serta pantulan warna kedaun yang mengundang B. tabaci untuk datang mendekat dan terperangkap pada sticky trap. Jumlah B. tabaci yang terperangkap paling sedikit adalah pada sore hari, hal ini dikarenakan faktor cuaca berupa hujan yang sering turun pada sore hari. Hujan deras  dapat menyebabkan populasi B. tabaci menjadi lebih sedikit. Faktor lain yang menyebabkan sedikitnya jumlah B. tabaci yang terperangkap adalah berkurangnya sinar matahari sehingga B. tabaci lebih banyak yang bersembunyi dibawah daun. Intensitas serangan B. tabaci tertinggi terjadi pada saat tanaman berumur 45 hari setelah tanam (HST). Pada awal pengamatan yaitu pada 11 (HST) sampai dengan 23 (HST) tidak terjadi serangan B. tabaci yang disebabkan oleh pada awal musim tanam masih terjadi hujan lebat yang berpengaruh terhadap intensitas serangan hama ini. intensitas serangan B. tabaci  dan insidensi penyakit virus yang dibawanya pada musim hujan rendah, hal ini dikarenakan perkembangbiakan B. tabaci  yang terhambat oleh keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. Pada musim hujan suhu menjadi turun sehingga fase inkubasi telur  dan nimfa B. tabaci terganggu. Faktor ini juga mempengaruhi umur dari hama tersebut. Serangan B. tabaci mulai terlihat saat tanaman berumur 20 HST sampai 32 HST dan terus meningkat sampai panen. Faktor lain yang menyebabkan semakin  meningkatnya serangan B. tabaci adalah  komoditas tanaman di sekitar lahan edamame yang merupakan inang dari B. tabaci, seperti tanaman timun, tomat, terong dan lain lain.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun