Mohon tunggu...
Utari Yahya
Utari Yahya Mohon Tunggu... -

seorang ibu, seorang guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dilema Permasalahan Siswa

11 Oktober 2017   02:51 Diperbarui: 11 Oktober 2017   03:12 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
antifreesexmovement.wordpress.com

"Bu, tolong dicek siswanya tuh, kenapa telat terus"

"Bu, tuh ada siswa yang sudah 3 hari tidak masuk" atau

"Bu, ibu wali kelas si Fulanah kan? Tolong dicek deh, kayaknya dia begini", sambil meniru gaya ibu hamil.

Nah lho. Apakah semua permasalahan ditangani oleh guru? iya. Termasuk permasalahan terakhir? hmmmmm bisa jadi.

Diantara semua permasalahan siswa, yang terakhir adalah yang paling sulit saya tangani. Ingin mengorek informasi dari yang bersangkutan bukanlah solusi terbaik, didiamkan juga bukanlah pilihan yang tepat. Tapi saya memilih mendiamkan. Ada banyak pertimbangan kenapa saya harus mendiamkan masalah sebesar ini.

1. First point, Saya tidak tahu langkah apa yang akan saya ambil apabila saya tahu siswa tersebut benar-benar hamil. Tapi saya yakin dia hamil, karena melihat perubahan bentuk tubuhnya. 

2. Bisa jadi saya akan minta dia menikah, bagaimana seandaianya dia masih ingin sekolah sehingga dia menutupi kasusnya dan melahirkan diam-diam? Karena ini sangat dilematis, apalagi kalau sang gadis berada di kelas XII dan sebentar lagi lulus. Bagaimana jika sang laki-laki nya tidak bertanggung jawab? Karena pasangan yang tidak menikah, kehamilan pada perempuanpun tak tampak seperti ibu hamil pada umumnya.

3. Dan tidak mungkin saya meminta dia untuk menggugurkannya.

4. Saya biarkan masalah ini berllau, kalaupun dia menikah, ini adalah pilihannya dan dia tahu konsekuensi yang dia pilih, yaitu Drop out dari sekolah. Bukan pihak sekolah yang men DO, tetapi dia sendiri yang men DO kan diri sendiri. Dan saya berharap ini terjadi.

5. Apakah saya tidak peka dengan problema seperti ini? Jangan tanya berapa kali kami menasehati siswa kami untuk menjaga diri mereka. mulai dari bahasa terhalus, hingga bahasa ala-ala pelajaran seksologi pada remaja. Mulai dari nasihat seorang ibu kepada anak, sampai menyampaikan contoh ibu-ibu rumah tangga, masalah broken home karena menikah terlalu muda (dalam keadaan terpaksa, red). Dan ini resiko besar akan berulang ke generasinya akan datang. Ibarat lingkaran setan.

Mungkin banyak yang akan menyalahkan gurunya yang tidak bertindak cepat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun