Mohon tunggu...
erlinahendratama
erlinahendratama Mohon Tunggu... UIN Raden Mas Said Surakarta

pelajar/mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Petualangan Mengenali Potensi Diri Melalui Gaya Belajar Siswa Sekolah Dasar

7 Juni 2025   14:20 Diperbarui: 7 Juni 2025   14:19 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Apa itu Gaya Belajar? Bagaimana cara kita mengetahui gaya belajar yang sesuai dengan potensi diri kita?

Setiap anak memiliki potensi unik yang dapat berkembang secara optimal jika didukung oleh metode pembelajaran yang sesuai, namun mereka pastinya memiliki cara tersendiri dalam memahami setiap pembelajaran yang dihadapi. Dalam dunia pendidikan dasar mengenali gaya belajar anak menjadi kunci penting dalam mengidentifikasi dan mengembangkan potensi diri mereka yang sesungguhnya. Petualangan ini tidak sekedar soal menuntaskan kurikulum, tetapi bagaimana peserta didik dapat mengenali dirinya melalui gaya belajar, yang mencakup preferensi visual, auditori, dan kinestetik, sehingga mempengaruhi cara peserta didik menyerap dan mengolah informasi. Seperti hal nya kegiatan bimbingan pribadi sosial yang saya lakukan dengan pendekatan asesmen diagnostik non-kognitif ini menjadi langkah awal untuk menemukan dan mendukung perkembangan potensi diri anak secara maksimal.

Mengenali Pentingnya Apa Itu Gaya Belajar?

Kesesuaian antara gaya belajar anak dengan metode pengajaran menjadi kunci keberhasilan akademik. Ketika materi disampaikan sesuai dengan cara belajarnya, pemahaman akan terbangun secara alami (Supit et al., 2023). Gaya belajar merupakan cara individu dalam menerima, mengalah, dan menyimpang informasi. Secara umum ada 3 tipe gaya belajar yang kita ketahui yaitu :

Gaya belajar visual, anak dengan gaya belajar ini cenderung lebih mudah memahami dan  menyerap informasi melalui gambar, diagram, dan visualisasi. Siswa yang memiliki pendekatan belajar berbasis visual biasanya mengandalkan kemampuan penglihatan mereka. Mereka lebih efektif dalam mengingat informasi yang terlihat dibandingkan yang terdengar, lebih senang membaca sendiri daripada mendengar orang lain membacakan, dan merupakan pembaca yang tangkas serta cepat. Meskipun mereka seringkali bisa memahami prinsip dengan baik, mereka sering menghadapi kesulitan saat harus menemukan kata-kata yang tepat untuk diungkapkan sehingga perlu bantuan orang lain untuk mengulang kembali informasi (kecuali saat menulis). Kekuatan utama mereka terletak pada keterampilan membaca, ejaan, dan mengingat materi pelajaran dengan baik, termasuk detail-detail visual, warna, dan wajah individu (meskipun biasanya mereka lupa nama). Namun, pendekatan belajar ini mempunyai beberapa kekurangan, seperti kesulitan berkonsentrasi di tempat yang bising atau ramai, ketergantungan pada alat bantu visual seperti gambar atau grafik untuk memahami penjelasan dari pengajar, serta mudah teralihkan perhatiannya oleh tampilan visual yang tidak menarik atau berkualitas buruk.

Gaya belajar auditori, anak dengan gaya belajar ini biasanya lebih efektif belajar melalui penjelasan, diskusi, atau audio. Anak yang memiliki gaya belajar auditori memiliki ciri seperti menggunakan pendengaran mereka dalam proses pembelajaran. Mereka sering kali suka berbicara sendiri saat menyelesaikan tugas, lebih mudah mengingat informasi yang mereka dengar daripada yang mereka lihat, dan biasanya membaca dengan suara terbuka, menyalin gerakan bibir, atau berbicara saat mengkaji teks. Menerima penjelasan dari pengajar secara langsung atau melalui rekaman audio seringkali lebih membantu bagi mereka daripada hanya membaca buku teks. Secara umum, mereka juga lebih mahir mengeja kata dengan lisan dibandingkan dengan menulisnya. Keunggulan dari gaya belajar ini terletak pada kemampuan mereka untuk cepat meniru ucapan orang lain (hal ini membuat mereka cepat menguasai bahasa asing atau dialek baru), penguasaan tata bahasa yang baik, serta keterampilan dalam mempresentasikan karya dengan cara yang meyakinkan dan variasi intonasi suara yang baik. Mereka biasanya lebih sukses dalam mata pelajaran yang banyak melibatkan diskusi dan mendengarkan. Meski demikian, mereka juga memiliki kelemahan, seperti kesulitan dalam mengingat informasi yang dibaca dengan tenang (untuk mengatasi hal ini, mereka perlu membacanya dengan keras atau merekam suara mereka sendiri) dan mudah terganggu oleh suara atau kebisingan di sekitar. Lingkungan belajar yang paling cocok untuk mereka membutuhkan suasana yang cukup tenang karena gangguan suara dapat sangat mengganggu fokus mereka. Mereka juga mungkin menghadapi tantangan dalam memahami diagram yang rumit jika tidak ada penjelasan yang menyertainya.

Gaya belajar kinestetik, gaya belajar anak dengan tipe ini belajar melalui gerakan, praktik langsung, aktivitas fisik, dan pengalaman yang nyata. Siswa yang memiliki pendekatan belajar kinestetik mengandalkan interaksi fisik dan pengalaman secara langsung. Untuk mereka, proses belajar akan sangat efisien jika melibatkan aktivitas praktis, pembuatan model, atau praktik langsung. Keadaan yang berantakan tidak mudah mengganggu fokus mereka, dan mereka lebih mampu mengingat melalui pengalaman dan observasi, belajar secara efektif dengan memanipulasi benda dan terlibat dalam aktivitas nyata. Karakteristik utama mencakup sebuah kecenderungan untuk menyukai permainan yang aktif, menggunakan jari untuk menunjuk saat membaca, dan sering kali merasa perlu bergerak (seperti berjalan atau menggerakkan tubuh) untuk membantu proses berpikir. Kelebihan paling signifikan dari gaya belajar ini adalah kemampuan koordinasi mata dan tangan yang sangat terampil (yang menjadikan mereka ahli dalam kerajinan atau pekerjaan teknis), keterampilan dalam bidang olahraga atau aktivitas fisik lainnya, serta kebiasaan menjaga kerapihan. Di sisi lain, kelemahannya adalah kesulitan untuk tetap duduk diam dalam waktu yang lama saat mendengarkan penjelasan, karena lingkungan pembelajaran yang kaku dapat membatasi mereka, berpotensi membawa rasa cemas dan frustrasi, sehingga mereka memerlukan waktu untuk beristirahat dan meregangkan tubuh. Selain itu, kemampuan mereka dalam mengeja kata-kata dan memahami konsep geografi atau gagasan lain yang bersifat sangat abstrak sering kali kurang tanpa pengalaman yang jelas.

Mengenali gaya belajar tentunya akan sangat membantu anak dalam menentukan pendekatan belajar yang efektif, serta meningkatkan motivasi dan hasi belajar siswa (Putri et al., 2021). Studi yang dilakukan oleh Hilman, Akmal, dan Nugraha (2023) menunjukkan bahwa evaluasi non-kognitif mampu mengidentifikasi ciri-ciri gaya belajar murid yang sebelumnya tidak terungkap. Dengan menggunakan metode ini, pendidik dapat menciptakan proses pembelajaran yang bervariasi dan mengakomodasi kebutuhan para siswa. Melalui asesmen non-kognitif berupa angket, anak diajak untuk berefleksi tentang aktifitas belajar yang mereka sukai. Proses ini tidak hanya memberikan data kepada pembimbing, tetapi juga menyadarkan anak tentang bagaimana mereka belajar selama ini.

Bimbingan Pribadi Sosial Sebagai Sarana Penemuan Diri

Layanan bimbingan pribadi sosial di sekolah dasar memainkan peran penting dalam menumbuhkan kesadaran diri siswa sejak dini. Kegiatan yang dilakukan secara klasikal dengan memanfaatkan media interaktif seperti video dan gambar, membuat pembelajaran terasa menyenangkan dan tidak membosankan. Dalam kegiatan praktikum ini, siswa diberi ruang untuk mengekspresikan pendapat dan pengalaman belajar mereka. Salah satunya adalah seperti kegiatan observasi yang saya lakukan pada dua anak usia sekolah dasar yang duduk dibangku kelas 5. Sebelum saya melakukan observasi, saya memberikan angket berupa pertanyaan yang menyangkut dengan aspek gaya belajar. Berdasarkan hasil pengerjaan angket tersebut telah dibuktikan bahwa tipe gaya belajar yang dimiliki kedua anak itu adalah gaya belajar visual, dimana mereka akan cenderung mengingat informasi yang telah dilihat. Maka dari itu, saya memberikan pemahaman kepada mereka tentang "Apa itu gaya belajar? dan Apa itu gaya belajar efektif yang sesuai dengan mereka?".

Setelah mengetahui hasil angket, saya membuat pembelajaran yang berhubungan dengan gaya belajar mereka yaitu gaya belajar visual. Saya menyiapkan presentasi menggunakan powerpoint yang menarik, dan juga memberikan beberapa kuis serta mengajak mereka melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukan. Mereka terlihat sangat antusias mengikuti kegiatan observasi ini, dan juga mereka jadi mengerti gaya belajar mereka. Sehingga, mereka dapat belajar dengan efektif dan mendapatkan hasil yang maksimal jika menggunakan gaya belajar yang sesuai dengan mereka. Preferensi belajar terkait erat dengan karakter sesroang, yang secara mendasar dibentuk oleh pendidikan dan pengalaman formatif mereka selama masa muda. Kapasitas pelajar untuk menyerap informasi dipengaruhi oleh seberapa baik gaya belajar pilihan mereka selaras dengan teknik pengajaran yang digunakan. Akibatnya, keselarasan antara pendekatan pengajaran guru dan preferensi belajar siswa merupakan elemen penting yang saling memperkuat dan berdampak signifikan pada efektivitas pengalaman pendidikan (Sari, 2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun