Mohon tunggu...
Fikram Akbar
Fikram Akbar Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa D4 Keuangan dan Perbankan Syariah PNJ

Seseorang yang senang melakukan kegiatan bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sudah Disakiti tapi Tetap Bertahan, Mungkinkah Stockholm Syndrome?

25 Januari 2022   23:16 Diperbarui: 25 Januari 2022   23:22 1637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Cinta merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia guna menjalani kehidupannya secara baik. Dengan cinta, kita bisa mengikat antar seseorang dengan sebuah ikatan yang dinamakan "hubungan". Namun, pernahkah kamu melihat hubungan seseorang berjalan sangat toxic dan menyebabkan salah seorang diantara mereka menjadi korban dan memilih tetap bertahan dengan orang yang menyakitinya?. Hubungan tersebut mirip dengan stockholm syndrome. Lantas, apakah stockholm syndrome itu?.

Dilansir dari Alodokter, sindrom stockholm adalah gangguan psikologis pada korban penyanderaan yang membuat mereka merasa simpati atau bahkan muncul rasa kasih sayang terhadap pelaku. Sindrom ini pertama kali muncul di Stockholm, Swedia pada tahun 1973. 

Pada saat itu, terjadi penyanderaan di sebuah bank selama 6 hari. Namun, para sandera tidak membenci pelaku, justru yang terjadi sebaliknya, mereka mengumpulkan dana untuk membela pelaku. Tentunya, tindakan korban membuat bingung masyarakat kala itu. Lantas, bagaimana proses sindrom ini dimulai dalam sebuah hubungan?

Proses sindrom dalam hubungan dimulai ketika kamu memiliki pasangan posesif yang mengisolasi dirimu. Kamu dilarang oleh pasanganmu untuk berinteraksi dengan dunia sosial yang kamu genggam. Selanjutnya, kamu akan merasa bahwa dirimulah satu-satunya wadah berkomunikasi dan dapat mengerti pasangan. Pada tahap ini, biasanya intimidasi dari pasangan sudah mulai timbul. Setelah menganiaya kamu, pasangan akan meminta maaf dan mengakui bahwa dia tidak bisa membiarkan dirimu pergi.

Fase berikutnya, kamu mulai merasa empati terhadap pasangan dan selalu memaklumi setiap intimidasi yang dibuatnya. Kamu merasa tidak sanggup melepas dia karena anggapan pasanganmu sedang tidak baik-baik saja, sehingga perlu ditemani dan dibimbing menjadi lebih baik. Namun, yang terjadi adalah sebaliknya. 

Kamu terjerumus dalam lingkungan stockholm syndrome. Pada fase ini pula kamu sulit untuk menerima nasihat dari orang lain dan menganggap mereka hanya bisa menghakimi tanpa tau keadaan di dalam hubungan. 

Untuk itu, jika kamu masuk dalam hubungan seperti itu, segeralah sadarkan diri kamu dan mulai renungkan manfaat apa yang kamu terima dalam hubungan tersebut serta jangan ragu untuk meninggalkan pasangan karena dia akan menjadi penghambat untuk perkembangan kamu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun