Mohon tunggu...
Cuzzy Fitriyani
Cuzzy Fitriyani Mohon Tunggu... lainnya -

wanita sangat biasa ^_^

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Ketika Senapan Itu Meratakan Dada Mereka

10 November 2012   09:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:40 1313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13525376151220713673

Dalam lubang senapan, pada tebing sebuah bukit yang terjal, sejumlah pemuda pemberani terengah-engah. Merencanakan strategi baru dalam upaya mengusir para musuh negeri. Seharian mereka harus menghadapi penembakan di seberang sungai yang sangat hebat. Segerombolan kabut menemani tiap detak jantung mereka. Para tentara musuh menuangkan api tanpa ampun ke dalam parit. Beberapa pemuda jatuh, teriakan kesakitan terdengar dari yang terluka dan terbaring di sana. Kehausan tak tertahankan, mereka menyerukan air, memukul hati kawan-kawan mereka. "Air! Air ", Seru seorang pemuda yang telah tak berdaya. "Aku tidak tahan lagi, mereka membutuhkan air. Biarkan aku lari mencari air", teriak pemuda lainnya Tak lama setelah penembakan berhenti untuk sementara waktu. Pemuda itu melesat pergi, dan kembali dengan membawa air. Niatnya tidak hanya untuk memberikan air untuk rekan-rekannya, tetapi untuk menyelamatkan bendera dan untuk menyelamatkan kehormatan bangsa. Orang-orang yang terluka minum air dari pemuda itu. Ketika sang pemuda hendak mengambil air lagi di ujung sungai, tiba-tiba, "Berhenti dan menyerahlah," Suara itu datang dengan tegas. Pemuda tak bergeming, dengan lantang menjawab," "Demi tanah airku, aku tak takut mati !!!" Dan seratus senapan tanpa ampun meratakan dada pemuda itu. Sinar matahari menusuk matanya dengan silau. Seram kabut padat, menunjukkan semangat pemuda itu. Dengan bangga tetap berdiri dengan kepala menengadah dan benderanya digenggam di tangannya, sementara dadanya tak ubahnya air mancur darah yang mengalir deras. Tak lama, jasadnya tersungkur. [caption id="attachment_208533" align="alignleft" width="300" caption="(Ilustrasi/atjehpos.com)"][/caption] *** Teman-teman seperjuangannya masih meneriakan dengan kebanggaan dan keberanian menentang para musuh ibu Pertiwi. Sepanjang hari, yang terluka meneriakan, "Air air! Air!" Pada sore hari, pemuda yang tak kalah keberaniannya dari dusun sebelah berkata pada ayahnya yang telah renta dengan emosi yang sangat mendalam, "Bapak, sepanjang malam dan siang, saya mendengar orang-orang terluka di luar sana, meneriakan "Air, air !!!" "Biarkan saya pergi dan memberi air pada mereka. " "Nak, apakah kamu tidak tahu, bahwa kalau kamu melakukan itu, kamu akan mendapatkan peluru yang meratakan dadamu?". "Ya, Pak," kata sang pemuda. "Tetapi jika bapak membiarkan saya pergi, saya bersedia untuk bertahan." "Nak, bapak tidak mungkin membiarkanmu untuk mengambil risiko ini, namun semangat yang menggerakkanmu begitu mulia, bapak tidak bisa menolaknya, dan semoga Tuhan melindungimu.!" Jawabn pasti dari sang bapak. Benar saja, dalam menghadapi kematian yang hampir pasti, pemuda itu mendaki ke tebing, menyaksikan dengan cemas kejadian yang membuat darahnya mendidih. Segera dia turun, bergabung dengan yang lain. Di bawah tatapan penasaran dari musuhnya, dia pun terkena tembakan, ia jatuh ke tanah. Terluka, tak tersentuh, ia merasakan kesakitan yang teramat. Dia lemah mengangkat kepalanya mengimbangi tubuhnya yang terkulai dan berteriak, " Aku tidak takut mati ...!!! " "Doorrr", dan satu tembakan mengenai dadanya yang memaksanya tersungkur kembali. *** Tentunya untuk perbuatan mulia ini, para pemuda bangsa yang gugur layak mendapat kekaguman manusia dan para malaikat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun