Mohon tunggu...
F.W. Hakim
F.W. Hakim Mohon Tunggu... Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar dari China: Raih HDI Tinggi Lewat Revolusi Pendidikan

2 Mei 2025   21:00 Diperbarui: 2 Mei 2025   20:56 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Digitalisasi pendidikan menjadi kunci peningkatan kualitas SDM di era global. Sumber: Grok AI (02/05/2025)


Sumber:

Latansa, M. I., & Sassi, K. (2025). Upaya Sistem Pendidikan di China dalam Meningkatkan Human Development Index. J-CEKI Jurnal Cendekia Ilmiah, 4–4(2), 1828–1830. https://www.researchgate.net/publication/388413106


Pendidikan sebagai Fondasi Pembangunan Manusia

Pendidikan tidak sekadar tentang mencerdaskan individu, tapi juga menjadi kunci utama dalam meningkatkan kualitas pembangunan manusia suatu negara. Dalam beberapa dekade terakhir, China telah membuktikan bahwa reformasi sistem pendidikan yang komprehensif mampu mendorong peningkatan Human Development Index (HDI) secara signifikan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Iqbal Latansa dan Komarudin Sassi dalam Jurnal Cendekia Ilmiah (Februari 2025), China berhasil meningkatkan HDI melalui pendekatan yang terstruktur dan terintegrasi. Penelitian berjudul "Upaya Sistem Pendidikan di China dalam Meningkatkan Human Development Index" ini menyoroti bagaimana kebijakan pendidikan China menjadi katalisator pembangunan manusia yang berkelanjutan.

"Salah satu tujuan utama dari kebijakan pendidikan China adalah mengatasi disparitas pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan, serta meningkatkan tingkat melek huruf di seluruh negeri," ungkap penelitian tersebut.

Wajib Belajar: Kunci Sukses China

Salah satu pilar utama keberhasilan China adalah penerapan kebijakan Wajib Belajar Sembilan Tahun. Kebijakan ini telah berhasil meningkatkan angka partisipasi pendidikan dasar mendekati 100% dan meningkatkan rata-rata lama sekolah menjadi 9,5 tahun secara nasional.

"Dengan memastikan bahwa setiap anak menyelesaikan setidaknya sembilan tahun pendidikan formal, pemerintah China tidak hanya meningkatkan angka literasi, tetapi juga memperkuat kemampuan masyarakat untuk berkontribusi pada pembangunan ekonomi dan sosial," jelas penelitian tersebut.

Selain itu, China juga melakukan modernisasi kurikulum yang berfokus pada keterampilan abad ke-21 seperti literasi digital, problem-solving, dan berpikir kritis. Pendekatan ini membekali peserta didik dalam menghadapi tantangan global dan meningkatkan daya saing mereka.

Potret Pendidikan Indonesia: Tantangan dan Peluang

Menariknya, Indonesia sebenarnya telah menerapkan program serupa. Program Wajib Belajar 9 Tahun telah dicanangkan sejak 2 Mei 1984 di era Presiden Soeharto. Namun, setelah 41 tahun berlalu, capaian rata-rata lama sekolah penduduk Indonesia baru mencapai 9,22 tahun pada 2024.

Data Badan Pusat Statistik yang disampaikan Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam rapat dengan Komisi X DPR pada Maret 2025 menunjukkan disparitas yang masih tinggi. "Untuk DKI Jakarta yang paling tinggi, rata-rata lama sekolahnya adalah 11,5 tahun, artinya ini SMA belum lulus," kata Amalia. Sementara di Papua Pegunungan, angkanya hanya 5,1 tahun, bahkan belum lulus SD.

Indonesia juga tengah berupaya melakukan digitalisasi pendidikan melalui Kurikulum Merdeka. Pengenalan teknologi digitalisasi di sekolah mencakup penggunaan perangkat digital, platform pembelajaran online, sistem manajemen sekolah, pustaka digital, dan evaluasi berbasis digital.

Bisakah Indonesia Meniru Keberhasilan China?

Indonesia memiliki peluang besar untuk meniru kesuksesan China dengan beberapa penyesuaian. Pertama, perlu adanya komitmen kuat untuk mengatasi disparitas pendidikan antarwilayah. Kedua, modernisasi kurikulum perlu difokuskan pada keterampilan yang relevan dengan kebutuhan masa depan, termasuk literasi digital dan berpikir kritis.

Selain itu, peningkatan kualitas guru dan infrastruktur pendidikan menjadi prasyarat penting. Investasi pada pengembangan universitas unggulan juga diperlukan untuk mendorong inovasi dan penelitian.

"Reformasi pendidikan yang terfokus pada pembangunan manusia tidak hanya meningkatkan dimensi pendidikan dan peningkatan HDI tetapi juga kesejahteraan masyarakat," tegas penelitian tersebut.

Yang menarik, angka harapan lama sekolah anak Indonesia mencapai 13,21 tahun (setara tahun pertama perguruan tinggi), bahkan di Yogyakarta mencapai level lulus D3. Ini menunjukkan tingginya aspirasi masyarakat Indonesia terhadap pendidikan yang perlu didukung dengan kebijakan tepat.

Dengan mengadaptasi strategi yang telah berhasil diterapkan China dan menyesuaikannya dengan konteks lokal, Indonesia berpeluang melakukan lompatan besar dalam meningkatkan HDI dan membentuk generasi yang siap menghadapi tantangan global.


Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun