Mohon tunggu...
Agung Setiawan
Agung Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Pengurus Yayasan Mahakarya Bumi Nusantara

Pribadi yang ingin memaknai hidup dan membagikannya. Bersama Yayasan MBN memberi edukasi penulisan dan wawasan kebangsaan. "To love another person, is to see the face of God." http://fransalchemist.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Wisata Belitung: Sejujurnya, Keindahan Alamnya Biasa Saja

26 Juli 2017   17:06 Diperbarui: 8 Maret 2020   01:40 2998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di pulau yang disebut lengkuas karena lidah pribumi kepeleset menyebut "lighthouse" (Inggris = mercusuar), kami banyak menghabiskan untuk foto-foto. Gugusan batu granitnya sangat besar dan indah untuk dijadikan objek foto. Pantainya pun asyik untuk tempat bermain. Tentu tidak ketinggalan untuk naik ke mercusuar. Lalu kapan snorkelingnya?

Nah inilah aktivitas yang kami nantikan. Walau saya tidak bisa berenang tetapi saya sangat menikmati snorkeling, bahkan menyelam sebentar. Tentu keberanian ini tidak datang begitu saja. Ini adalah hasil traveling ke Pulau Pramuka dan Pulau Karimunjawa. Tidak jauh dari pulau ini ada spot-spot snorkeling yang menyuguhkan pemandangan bawah laut luar biasa.

"Byurrrrrrr..." Saatnya snorkeling. Sesekali memberi makan ikan dengan biskuit. Puncaknya saya memberanikan diri melepas pelampung untuk bisa menyelam. Pengalaman yang luar biasa di tengah hiruk pikuk wisatawan yang hari itu sangat ramai. Sampai-sampai kami harus hati-hati saat berenang karena posisi kapal cukup berdekatan satu sama lainnya.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Tidak terasa jam menunjukkan pukul 13.00. Perut sudah digunjang gempa lokal. Saatnya makan siang. Kami segera bertolak ke Pulau Kepayang. Pulau ini bisa disebut sebagai pulau restoran. Layaknya restoran, ada meja panjang berjajar lengkap dengan kursinya. Pelayan langsung menyediakan makanan laut, ada sop ikan, ikan bakar, udang asam manis, dan rajungan. Bagi yang kedinginan disediakan teh dan kopi panas, ambil sendiri sesuai selera. Bagi yang ingin mandi karena lepek habis snorkeling, disediakan banyak kamar mandi dengan air tawar yang segar.

Entah disengaja atau tidak, pulau ini dipersiapkan untuk bersantai. Setelah makan, kita bisa memilih untuk duduk di pinggir pantai di bawah pohon sambil menatap hamparan pasir putih, laut dan langit yang sangat membiru. Perut kenyang, mata dipuaskan dengan pemandangan, badan diterpa semilir angin di bawah rindang pohon kelapa. Pengalaman yang tidak terlupakan!

Puas bersantai setelah makan siang, perjalanan dilanjutkan ke Pulau Batu Berlayar. Disebut demikian karena gugusan batu granitnya menyerupai layar kapal. Nyaris berbentuk segitiga menjulang ke atas. Aktivitas di sini mejeng dan berfoto ria. Namun ada juga yang berenang, snorkeling dan menyelam. Airnya sangat jernih dengan pemandangan bawah laut yang indah. Tetapi areanya sangat terbatas, karena sedikit ke tengah dasarnya sangat dalam dan berbahaya bagi wisatawan.

Matahari tampak mulai turun. Senja akan menjemput. Kami memutuskan untuk menepi dan kembali ke mobil. Tujuan kami adalah Pantai Tanjung Tinggi yang berjarak kurang lebih 31 Km dari Kota Tanjung Pandan, Ibu Kota Kabupaten Belitung.

Tanjung Tinggi adalah pantai yang diapit oleh dua semenanjung, yaitu Tanjung Kelayang dan Tanjung Pendam. Nama tanjung tinggi diambil dari kata tanjung yang artinya semenanjung dan tinggi yang artinya pantai yang memiliki bebatuan yang tinggi. Pantai Tanjung Tinggi merupakan salah satu tempat wisata di Belitung. Pantai Tanjung Tinggi dikenal dengan sebutan Pantai Laskar Pelangi karena menjadi lokasi syuting Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi. 

Dari semua lokasi wisata yang kami kunjungi, Pantai Tanjung Tinggi menjadi lokasi paling ramai. Kami sampai tidak jadi berenang, karena pantai berasa "sesak." Wajar pantai ini menjadi favorit karena pantainya mudah dijangkau, pantainya bersih, airnya jernih dan tenang, gugusan batunya sangat indah dan tersebar luas, banyak spot foto yang menarik, ada permainan air seperti perahu dan balon, banyak penjual makanan dan kamar mandi bilas.

Zaman Jura dan Kapur
Setelah membahas destinasi wisata yang memiliki granit tertua yang masuk dalam Zaman Trias, kali ini giliran granit berumur Zaman Jura (Jurasic), sekirar 106 -- 245 juta tahun yang lalu. Batu di zaman ini tersebar di bagian selatan Belitung , yakni di Pantai Penyabong, Bukit Baginde, dan Pantai Klumpang. Batu-batu yang berasal dari periode Zaman Jura ini berwarna abu-abu hingga kehijauan. Jenis batu ini struktur butirannya kasar hingga sangat kasar, dan banyak ditemui xelonit, yaitu batuan lain yang masuk atau tertanam di dalam granit.

Sayang beribu sayang, kami tidak berkesempatan berkunjung ke salah satu warisan zaman Trias tersebut. Mendengarnya pun baru tulisan ini mulai disusun. Mestinya, baca dulu leterasi Belitung, baru pergi ke tujuan. Ini memang agak terbalik pola pikirnya, hehehe..

Kelompok terakhir, adalah granit yang paling muda yakni Zaman Kapur (Cretaceous), yang tersebar di timur laut Belitung. Lokasinya berada di Pantai Burung Mandi dan Gunung Bolong, sebagian di Gunung Batubesi dan Air Dengong. Warna batu ini umumnya lebih gelap karena lebih banyak kandungan mineral berwarna gelap felspar. Struktur butirannya sedang dan tidak kasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun