Mohon tunggu...
Trisno  Mais
Trisno Mais Mohon Tunggu... Penulis - Skeptis terhadap kekuasaan

Warga Negara Indonesia (WNI)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Paskah Jangan Dijadikan Momen Seremonial

16 April 2017   05:48 Diperbarui: 16 April 2017   16:00 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Umat Nasrani seyogyanya perlu tahu dan mengerti mengapa Yesus yang tak berdosa itu disalibkan. Bahwasanya penyaliban adalah wujud cinta kasih-Nya terhadap umat yang 'terlanjur' berdosa. Dia menanggung semua beban manusia. Pengorbanan tanpa meminta balasan.

Ketika Yesus memikul salib-Nya, Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota. Dan di situ Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah.

Selepas dari kematianNya, umat nasrani terus melakukan penghormatan akan karya kemengannya yang berhasil mengeluarkan dari lumpur dosa.

Paskah merupakan perayaan Kristen yang paling penting. Peristiwa Paskah adalah dasar, titik tolak, dan pusat iman Kristen. Keempat Injil dan seluruh kitab Perjanjian Baru mencatat terjadinya peristiwa Paskah, yaitu hari Kebangkitan Yesus dari kubur. Rasul Paulus menuliskan, "Andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sia jugalah kepercayaan kamu." (1Kor.15:14).

Nah pada kesempatan ini saya melihat makna paskah dari beberapa pandangan. Pertama Paskah dalam konteks Perjanjian Lama: Paskah atau "Passover" atau "Pesakh" (Ibrani) atau "Pascha" (Yunani) adalah perayaan pembebasan bangsa Israel dari tanah Mesir, di mana pada saat itu diadakan upacara "roti tidak beragi" dan "persembahan anak sulung" dengan "upacara korban domba paskah", dan merupakan perintah Tuhan agar dikenang oleh Musa dan bani Israel ( Kel 12:14,17,21).

Di waktu umat Allah merayakan Paskah dalam berbagai lambang, karena seperti yang dinyatakan dalam Kolose 2:17 dan Ibrani 10:1, hari raya pada masa Perjanjian Lama adalah bayangan dari apa yang akan datang, dan wujudnya adalah Kristus. Pada masa kini, Gereja Tuhan di seluruh dunia merayakan Paskah dalam arti yang sesungguhnya dan sempurna yaitu Kristus Anak Domba Paskah (1 Kor 5:7-8).

Nah jika dalam konteks Perjanjian Baru: penekanan lebih pada menunjukkan kasih, anugerah, dan kuasa Allah yang meluputkan umat milik-Nya dari kutuk dan maut, membebaskan orang percaya dari perbudakan dosa serta memberikan kepastian kebangkitan kekal di akhir zaman, melalui kebangkitan Kristus.

Peristiwa penyaliban, kematian dan kebangkitan Kristus bukan saja hanya upacara perjamuan makan "Roti tidak Beragi" yang diadakan pada hari Jumat malam kemudian menjadi "Upacara Perjamuan Malam" yang dilakukan oleh Yesus dan rasulnya. Upacara perjamuan itu kemudian dijadikan peringatan "jumat agung". Namun upacara makan roti perjamuan itu menyiapkan penebusan Yesus, dimana Ia menjadi "Dombah Paskah" disalibkan (Yoh.20:1,19,26; Kis.20:1; Kor.16:2;Wah.1:10). Kemudian perayaan mingguan mengenang kebangkitan Yesus. Inilah yang membuktikan dengan jelas bahwa peristiwa kebangkitan Yesus terjadi dalam sejarah, dalam ruang dan waktu, sebab dalam perayaan "Sabat" yang begitu ketat diikuti oleh umat yahudi dalam praktik umat kristiani (terutama Yahudi Kristen) telah bergeser menjadi "Hari Tuhan" yaitu kenangan akan hari kebangkitan.

Makna paskah senantiasa jangan dipandang secara parsial; sermoni -bisa - bermakna kebiasaan yang dilakukan secara rutinatas, hal -hal yang sifatnya tidak membawa pada makna sesungguhnya.

Dengan kebangkitan Sang Penebus, kehidupan umat pilihan (Israel konteks kekristenan) harusnya lebih pada pendewasaan rohani, Tuhan tidak dijadikan dan dihadirkan dalam ruang -ruang pergumulan, namun jauh dari itu, Dia adalah objek yang tidak bisa lepas dalam aspek kehidupan (apa pun itu). Sehingga keniscayaan kelak tetap bagianmu.

Selamat merefleksikan makna paskah. Semoga kita menjadi pribadi yang luar biasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun