Mohon tunggu...
Muhammad Asep Zaelani
Muhammad Asep Zaelani Mohon Tunggu... Relawan - Pekerja Sosial Perusahaan, NU dan Gusdurian

Hanya manusia biasa

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dari Junk Food Menuju Health Food

11 September 2012   06:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:38 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada saat liburan lebaran kemarin kami sekeluarga jalan-jalan ke Kota Sukabumi, setelah puas dan cuape banget mutar-muter, akhirnya kami mampir di salah satu restoran cepat saji (fast food) yang ada disana untuk makan siang. Sebagai wong udik alias ndeso sekali-sekali pengen juga mencicipi masakan wong kota yang katanya uenak, bergengsi dan makanan laris yang disukai oleh bule-bule Amerika. Walaupun para akhli gizi banyak yang mengingatkan dan menyatakan kalau makanan yang disajikan oleh restoran cepat saji tersebut termasuk kedalam katagori Junk Food, tetap saja lidah ini selalu ketagihan untuk mencicipinya lagi dan lagi. Kata salah seorang temanku kita ini tidak hanya pernah dijajah secara fisik dan masih dijajah secara ekonomi, untuk sekedar menentukan rasa enakpun LIDAH ini dijajah oleh makanan mereka…ha3

Junk Food sendiri merupakan sebuah istilah untuk mendeskripsikan suatu makanan yang tidak sehat atau memiliki sedikit kandungan nutrisi tetapi memiliki kandungan lemak yang sangat besar. Disamping itu ciri lain dari makanan junk food, biasanya mengandung kadar garam, gula dan lemak tak jenuh yang tinggi namun kandungan serat, protein, vitamin dan mineral yang sebenarnya dibutuhkan tubuh kita justru sangat minim. Makanan dan minuman yang tersedia di restoran cepat cepat saji seperti humburger, kentang goreng, fried chicken, pizza, minuman cola dan donat termasuk kedalam katagori junk food.

Makanan Junk Food memang sudah begitu akrab dengan keseharian kita. Seperti sebuah wabah penyakit yang sangat susah untuk dihentikan, gejalanya terus menyebar keberbagai kalangan, melintasi sekat-sekat usia, pekerjaan, status sosial, pendidikan, suku bangsa bahkan sudah lintas agama dan keyakinan. Salah satu buktinya, pernah suatu ketika saya bertemu dengan salah seorang ustadz dari Bandung yang terkenal sangat fanatik dan anti barat di Bandara Soekarno Hatta, beliau beserta jamaah umrohnya kedapatan sedang makan berjamaah di salah satu restoran cepat saji asal Amerika.

Pertanyaannya kenapa makanan junk food bisa begitu digemari oleh semua kalangan walaupun hampir semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan dari mengkonsumsinya? Ada beberapa alasan dibawah ini yang mungkin bisa menjelaskannya :

Alasan pertama mengenai rasa, perusahaan Junk food memang terkenal sangat kreatif dalam menciptakan berbagai rasa yang uenak tenan, maknyos, mamamia lezatos dan sangat memanjakan lidah. Walaupun kita gak pernah tahu resep apa yang menjadi rahasia dapur mereka sehingga bisa menciptakan rasa seperti itu. Konon menurut beberapa sumber, selain bumbu dapur yang biasa dipakai untuk memasak, mereka menambahkan berbagai zat aditif sebagai penguat rasa dan mempercantik tampilan.

Alasan kedua strategi marketing yang kuat, didukung dengan pemilihan tempat yang strategis, suasana yang dibuat sangat nyaman, pegawai yang berpakaian rapih disertai senyum dan pelayanan yang ramah dan biasanya disediakan juga space tempat bermain anak-anak, menjadi alasan yang kuat bagi setiap keluarga untuk mampir kesana. Disamping itu dengan dana promosi yang besar, mereka bisa dengan leluasa membuat berbagai iklan kreatif yang didesain sedemikian rupa agar bisa mempengaruhi alam bawah sadar kita. Ditambah jaringan distribusi store yang hampir merata, membuat setiap orang bisa dengan mudah menemukannya diseluruh kota di Indonesia.

Alasan ketiga perubahan gaya hidup, generasi keluarga muda di perkotaan yang punya kecenderungan antara suami istrinya sama-sama bekerja diluar rumah, ikut merubah ke pola hidup yang dianggap lebih mudah, instant, cepat, praktis dan murah, termasuk dalam urusan konsumsi makanan atau minuman. Alasan sibuk dengan pekerjaan dan tidak punya waktu untuk berbelanja kepasar, apalagi harus direpotkan memasak dirumah lebih baik membeli makan yang siap saji tinggal mampir atau tinggal tunggu saja dikantor or dirumah makanan akan diantar melalui layanan delivery order. Belum lagi gaya hidup anak-anak muda yang suka kongkow, nongkrong dan rumpis, yang menjadikan restoran/kedai cepat saji sebagai tempat berkumpul genknya.

Akhirnya memang sangat sulit untuk menghindari jebakan Junk Food, terutama dengan situasi seperti sekarang ini. Namun kembali kepada kesadaran masing-masing, mau atau tidak untuk mulai menghindarinya dan kembali kepada pola hidup yang lebih sehat. Perlu diingat bahwa makanan atau minuman yang alami akan lebih baik dan sehat dibandingkan dengan makanan yang telah dimodifikasi dengan berbagai bumbu-bumbu kimia dan dibungkus dengan plastik atau kaleng. Mungkin dampak yang akan ditimbulkan dari mengkonsumi Junk Food tidak akan langsung terasa oleh kita sekarang, karena memang dampaknya baru akan terakumulasi untuk kesehatan dalam jangka panjang.

Mari kita mulai gerakan Save Our Family from Junk Food dengan mencintai dan mebiasakan diri untuk memasak dirumah dengan menu-menu yang lebih menyehatkan.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun