Mohon tunggu...
Yusuf Cahyono
Yusuf Cahyono Mohon Tunggu... Freelancer - Suka menulis danembaca

.Hidup Harus Berkontribusi...

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Bermedia Sosial Jangan Sampai Larut..

24 September 2014   17:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:42 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk meramaikan group di mediasosial saya getol menanyakan beberapa teman yang memilikipiranti itu.Dan baru kali ini saya merasa tersandarkan oleh jawabannya.Dia mengatakan belum cukup kuat untuk menahan godaan dari jejaring sosial tersebut. Khawatir anak terabaikan dan jsutru mengurusi orang lain.Satu hal yang mungkin saya alami, danbarangkali sudah menjadi budaya yang tak disadari. Mengacuhkan anak demi kesenangan sendiri yang mengatasnamakan pertemanan. Jawaban itu sungguh mengena.Apakah saya termasuk orang yang teah lalai dan abai untuk memperhatikan anak dan memilih untuk menuruti syahwat bercengkerama di media sosial itu?

Masih menurutnya.Bahwa ia merasa masih kurang waktunya untuk anak anaknya tercinta. Sepulang kantor waktu sangat sedikit sekali untuk menemani mereka. Hanya sekejab rasanya. Medapati orangtuanyadengan girang main. Lalu tak lama usai belajar dan menonton televisi mereka sudah terlelap. Begitu berulang setiap harinya. Lalu pantaskan waktu yang sedikit itu kembali dipangkas untuk melayani koneksi teman teman yang lebih banyak mengobrol hal yang remeh temeh? Mengenang masa lalu yang sungguh tak mungkin dikunjungi kembali? Ini jelas penganiyayaan psikologis anak, ketika kehadiran orang tua tercabut oleh benda mungil yang bercahaya itu. Tidak! Saya cinta keluarga, dan mohon maaf untuk sekarang dan mungkin selanjutnya saya akan bertahan untuk kesetiaan ini pada keluarga. Jawabnya penuh tenaga.

Jawaban itu seperti menelanjangiku untuk kembali berkaca.Sungguh berapa banyak jam yang terbuang untuk obrolan yangtak penting itu? Bukankah silahturohmi sudah cukup dengan berbalas pesan pendek jika dibutukan? Media sosial yang lebih yang banyak memberikan fasilitas itu sungguh menghanyutkan oranh untuk getolbertegur sapa.Cenderung adiktif untuk terus dan terus menikmatibersay hello setiap saat.

Hah... inikah model orang tua untuk melahirkan anak anak yang berkecukupan kasih sayang dan perhatian? Jangan jangan generasi kedepan sudah jarang menikmati kehadiran orang tua sebagaimana dahulu. Bagaimana tidak?Dimana dan kapanpunbersama buah hati selalu ada benda yang terpegang untuk bermedia sosial ? tak sepenuh hati dan raga kita menghadirkan diri buat anak anak, separuhnya telah terbeli dengan kesenangan sendiri.

Kita butuh benda benda ajaib yang menghubungkan yang jauh itu, namun segeralah untuk menjinakkannya. Jangan biarkan barang itu liar hingga menjadi benalu yang menghapus kedekatan dan kebersamaan. Dibutuhkan sikap tegas terhadapnya.Boleh ia menjadi pemandu disaat kita butuh informasi atau melanggengkan silahturohmi karena keterbatasan waktu dan tempat, tapiyang lebih berharga dari diri kita harus diutamakan.Kepada pasangan, kepada anak atau kerabat dekatkitayang satu ruang dan waktu.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun