Bosnia & Herzegovina, yang karena memiliki penduduk yang plural, merupakan ujian berat bagi Tito. Orang Serbia menuntut penggabungan wilayah Bosnia ke Serbia karena penduduk Serbia yang hampir mencapai setengah dari total penduduk Bosnia pada masa itu. Akan tetapi Tito menolaknya. Dia tidak ingin membuat Serbia menjadi kuat seperti sebelumnya. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk memecah belah orang Serbia.
Wilayah Serbia diperkecil dengan membentuk dua republik federal (yaitu Montenegro, dan Makedonia) serta dua provinsi otonom (Vojvodina dan Kosovo). Tito, sebagai seorang Kroasia-Bosnia, memutuskan bahwa wilayah Bosnia & Herzegovina harus menjadi sebuah republik federal. Dengan demikian, orang Serbia dapat diimbangi oleh gabungan Muslim-Kroasia di wilayah tersebut.
Dalam menghadapi ketidakpuasan etnis Serbia atas keputusan tersebut, rezim Tito memakai tangan besi untuk menghadapinya. Cara tersebut memang efektif tetapi hanya untuk sementara waktu. Karena ketika Tito meninggal dunia pada tahun 1980, pertikaian antar etnik dan agama kembali meletus.
Konflik Bosnia & Herzegovina
Setelah runtuhnya Uni Soviet, pada tahun 1991 Yugoslavia mulai terpecah belah. Pada bulan Juni Slovenia dan Kroasia memproklamasikan kemerdekaan. Menghadapi situasi ini, tentara Federal Yugoslavia (terutama beranggotakan orang Serbia) melakukan intervensi. Akan tetapi perang di Slovenia hanya berlangsung 7 hari karena penduduk di sana nyaris homogen sehingga tidak ada kepentingan warga Serbia yang terancam.Â
Dibandingkan dengan Slovenia yang memiliki penduduk homogen, perang di Kroasia berlangsung sengit dan lama serta kejam karena ingatan sejarah Perang Dunia II maupun besarnya komunitas Serbia di wilayah tersebut. Sedangkan ketika Republik Makedonia, negara bagian termiskin, memerdekakan diri, tentara Federal diam saja.
Menyusul kemerdekaan yang diraih oleh Kroasia dan Slovenia, pada bulan Maret 1992 Bosnia & Herzegovina menyatakan kemerdekaannya melalui referendum yang diikuti oleh masyarakat Muslim Bosnia dan Kroasia Bosnia. Namun hal ini ditentang oleh penduduk Serbia yang ingin menguasai seluruh wilayah Bosnia & Herzegovina.
Di bawah pimpinan Radovan Karadzic, orang Serbia Bosnia memproklamasikan berdirinya Republik Srpska. Dengan bantuan pasukan federal dibawah pimpinan Jenderal Ratko Mladic, orang Serbia Bosnia berhasil menguasai 70 persen wilayah negeri tersebut. Dalam konflik ini, etnis Serbia yang mayoritas berusaha melenyapkan etnis Muslim Bosnia dan Kroasia Bosnia. Pada saat itu terjadilah pembantaian terbesar dalam sejarah yang jumlah korbannya hanya kalah oleh Perang Dunia melalui tragedi Genosida Srebrenica.
Genosida Srebrenica adalah kejadian pembantaian sekitar 8372 lelaki dan remaja etnis Muslim Bosnia selama 5 hari pada Juli 1995 di daerah Srebrenica, Bosnia & Herzegovina. Tragedi ini merupakan kejadian pertama yang ditetapkan sebagai genosida secara hukum, dan dianggap sebagai kejadian paling menakutkan dan kontroversial dalam sejarah Eropa modern pasca Perang Dunia II. Pembunuhan, penyiksaan, dan pemerkosaan yang dilakukan oleh etnis Serbia terhadap Muslim Bosnia kemudian menyebabkan pemimpin-pemimpin Serbia ditetapkan sebagai penjahat perang oleh PBB.
Konflik di Bosnia & Herzegovina baru berakhir setelah NATO berhasil memaksakan perdamaian di antara ketiga kelompok yang bertikai melalui Perjanjian Dayton pada tahun 1995. Kini masyarakat Bosnia & Herzegovina telah menghirup perdamaian, dan pihak-pihak yang berselisih berusaha untuk membangun rasa saling percaya. Walaupun tidak bisa dipungkiri, menumbuhkan kepercayaan setelah konflik panjang selama puluhan tahun bukanlah pekerjaan mudah, dan itulah yang terjadi pada pemerintahan Bosnia & Herzegovina sekarang.
Potensi Perpecahan dan Konflik di Indonesia