Mohon tunggu...
Yudi Irawan
Yudi Irawan Mohon Tunggu... Administrasi - Bukan Seorang Penulis

Seseorang yang baru saja belajar menulis di usia senja :-)

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Catatan 42 Hari Seorang Haji Mandiri (Mekkah Al Mukarromah Hari-17)

28 September 2019   09:19 Diperbarui: 28 September 2019   10:10 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Kebetulan sekali hari ini adalah hari Jumat. Dan saya tidak ingin mengulagi kesalahan dengan datang terlambat keMasjidil Haram. Jadilah tepat jam 9 pagi saya sudah merangkak menuju Masjidil Haram.

Dengan diantar bus sholawat, saya tiba di masjid sebelum 9.30 pagi. Alhamdulillah, saya bisa berada disatu tempat yang ber-AC dan berkarpet. Saya habiskan waktu disana hanya dengan sholat dan membaca Al Quran. Sesekali saya diajak bicara oleh orang asing, jamaah dari Afrika, Mesir dan Tunisia. Kebanyakan dari mereka merasa takjub akan banyaknya jumlah jamaah hajiIndonesia yang mereka temukan dimana-dimana.

Dan seperti yang pernah sayaceritakan sebelumnya (lihat catatan harike sepuluh), kaum wanita masih tampak banyak memenuhi beberapa sudut Masjidil Haram untuk ikut dalam ibadah Sholat Jumat ini. Rata-rata dari mereka kebanyakan sudah berada disana bahkan sejak pagi. Atau bahkan tidak pulang selepas ba'da Subuh. Adapun jamaah wanita dari Indonesia biasanya berangkat pagi-pagi dari hotel dengan menggunakan bus sholawat. Dan rata-rata mereka berangkat secara berombongan. Bagi semua jamaah yang nanti mau sholat jumat (baik ikwan maupun akhwat), siapin cemilan ya agar jika lapar melanda bisa segera mengganjal perut secukupnya. Jangan bawa makanan berat (seperti nasi dan lauk pauknya), karena selain akan diusir, juga akan menyulitkan kita jika nanti harus buang air. Maklum deh, WC jauh. Dan begitu kita bisa keluar, belum tentu kita bisa masuk lagi.

Saya singkat saja ya ceritanya. Selepas sholat Jumat, saya segera keluar Masjidil Haram untuk kembali ke hotel karena perut sudah lapar juga. Tapi ternyata ini malah salah. Terminal Ajyad, tempat dimana Jamaah Indonesia dari Jawa Barat menunggu bus sholawat nomor 11 yang akan mengantar kembali ke hotel di Misfalah, sudah penuh sesak. Jamaah sudah penuh dan berdesak-desakan di beberapa pintu pagar yang tertutup. Mereka belum diperbolehkan masuk agar terminal nanti tidak penuh. Ditambah lagi bus sholawat belum banyak yang tiba. Mulailah sekecil kekacauan muncul. Beberapa orang yang tidak sabar mulai berteriak-teriak agar minta pintu gerbang dibuka. Sementara yang lainnya lagi tidak cukup sabar untuk mengantri sehingga mencari jalan pintas dan memotong antrian agar semakin dekat dengan pintu masuk ke terminal. Belum lagi panas yang saat itu menyengat. Semakin menambah tingkat emosi jamaah. Ada yang sudah mulai memukul-mukul pagar. Pokoknya riuh. Dan ketika salah satu bus masuk, tanpa sabar mereka mencegatnya padahal bukan tempatnya berhenti (harusnya bus berhenti dekat pintu masuk). Sebagian jamaah yang sudah berhasil "mendobrak" pintu pagar, berlarian kearah pintu masuk bus di ujung terminal. Tujuannya segera menyetop bus untuk segera membiarkan mereka masuk. Saya tiba-tiba ingat adik-adik STM yang menghadang bus atau truk untuk dipakai tawuran, hehehehe...

Saya lebih memilih untuk bersabar sehingga baru bisa masuk sekitar dua jam kemudian. Hikmah sabar adalah, saya bisa masuk bus tanpa berdesak-desakan dan dapat duduk dengan tenang. Di dalam bus pun tidak ada jamaah yang berdiri karena sudah disapu oleh bus yang ada sebelumnya. Dan sayapun tiba di hotel jam setengah 3 sore untuk langsung menikmati makan siang.

Catatan dan tips: Jika selepas sholat jumat, jangan langsung pulang. Lebihbaik menunggu di dalam masjid. Pilih yang ber AC. Atau kalau mau keluar cobamengunjungi tempat-tempat yang ada disekitar masjid yang juga ber AC untuksekedar melihat-lihat. Ini agar tidak harus kepanasan menunggu bus di terminalyang memang sedang ditunggu banyak jamaah untuk pulang.

Hari ini, badai debu kembali melanda Mekkah. Dari balik jendala hotel di lantai dua, saya melihat bagaimana debu-debu yang sedikit terlihat pekat itu menyelimuti udara di Misfalah saat itu. Ditambah lagi angin yang bertiup cukup kencang yang ikut menerbangkan debu pasir itu kesana kemari. Beberapa orang yang ada diluar tampak menutup hidung, mata dan muka mereka agar tidak sampai kemasukan debu. Pakaian-pakaian mereka seperti layang-layang yang hendak diterbangkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun