Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kisah Cassano Si Peter Pan

26 Juli 2017   16:03 Diperbarui: 26 Juli 2017   22:03 978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Muda, berbakat, tapi temperamental, itulah gambaran karakter Antonio Cassano saat memulai karir sepak bolanya di Bari, klub kota asalnya, pada tahun 1999 saat masih berusia 17 tahun. Bakat besar Cassano makin diakui di Italia, setelah sukses meraih gelar Pemain Muda Terbaik Italia tahun 2001. Pada tahun yang sama, ia pindah ke AS Roma, yang menebusnya dengan ongkos 30 juta euro. Harga yang tergolong fantastis, untuk ukuran pemain yang kala itu masih berusia 19 tahun.

Di Roma, Cassano memulai karirnya dengan awalan bagus, setelah memenangi Piala Super Italia tahun 2001. Tapi, ia masih harus bersabar untuk tampil sebagai pemain inti, sambil beradaptasi dengan klub barunya. Maklum, saat itu lini depan AS Roma sedang diisi trio Fransesco Totti, Gabriel Batistuta, dan Vincenzo Montella. Selain itu Si Serigala juga dilatih pelatih jenius Fabio Capello.

Kesempatan Cassano menjadi  pemain reguler Si Serigala baru datang di tahun keduanya, menyusul performa Gabriel Batistuta yang menurun. Menariknya, Cassano langsung menampilkan dua sisi kepribadian miliknya; berbakat tapi bermasalah.

Dari segi bakat, Fanantonio sukses membuktikan diri, dengan mencetak total 14 gol dari 43 laga, dan meraih penghargaan Pemain Muda Terbaik Italia tahun 2003. Secara tim, ia turut berkontribusi membawa Roma menjadi finalis Coppa Italia 2003. Tapi, pada saat yang sama, ia juga kerap bolos latihan, dan bersitegang dengan pelatih Fabio Capello. Di lapangan, Cassano juga sempat dikartu merah wasit, pada laga final Coppa Italia 2003 melawan AC Milan, akibat melakukan protes terlalu keras.

Performa Cassano makin meningkat di tahun keduanya sebagai pemain reguler, yakni pada musim 2003-2004. Pemain berjuluk Peter Pan ini sukses mencetak total 18 gol dari 39 laga. Meski kalah dari AC Milan, Roma tetap lolos ke fase grup Liga Champions, setelah finis di posisi dua Serie A.

Tapi, kepergian Fabio Capello, dan instabilitas performa Roma setelahnya, membuat AS Roma sampai 4 kali berganti pelatih. Tercatat, pada musim 2004-2005, Roma dilatih Cesare Prandelli, Luigi Del Neri, Rudi Voeller, dan Bruno Conti. Secara personal, performa Cassano juga anjlok, ia hanya mencetak 11 gol dari 42 laga. Pada separuh musim 2005-2006, keengganannya memperpanjang kontrak, dan konfliknya dengan Fransesco Totti, membuat situasi menjadi rumit. Alhasil, pada bursa transfer musim dingin 2006 Cassano dijual murah ke Real Madrid (Spanyol) seharga 5 juta euro.

Di Real Madrid, alih-alih bersinar, Cassano justru akrab dengan masalah kelebihan berat badan, cedera, dan indisipliner. Akibatnya, Cassano tidak masuk timnas Italia di Piala Dunia 2006. Meski turut meraih gelar La Liga 2006/2007, karirnya di Real Madrid benar-benar sebuah mimpi buruk. Total, ia hanya mencetak 4 gol dari 29 laga bersama Si Putih. Real Madrid lalu mengirimnya ke Sampdoria tahun 2007, dan melepasnya secara permanen ke Il Samp tahun berikutnya.

Di Sampdoria inilah, Cassano akhirnya benar-benar bersinar. Duetnya dengan Giampaolo Pazzini menjadi motor kesuksesan Il Samp menembus papan atas Serie A, dan menembus final Coppa Italia 2009, sebelum akhirnya kalah adu penalti dari Lazio. Tapi; kebersamaannya dengan Sampdoria berakhir tidak menyenangkan. Ia sempat dibekukan dari tim akibat sikap indisiplinernya, sebelum akhirnya dilepas ke AC Milan awal 2011. Ironisnya, Sampdoria terdegradasi, saat Cassano meraih Scudetto bersama Milan di akhir musim 2010-2011.

Sayangnya, meski meraih Scudetto dan Piala Super Italia tahun 2011, karir Cassano di Milan kurang berkembang. Karena, ia sempat absen panjang akibat terkena serangan stroke ringan. Untungnya, setelah pulih Cassano mampu tampil bagus, dan dipanggil memperkuat timnas Italia di ajang Euro 2012.

Di Euro 2012, Cassano berduet dengan Mario Balotelli, penyerang yang berkarakter sama sepertinya; berbakat tapi bengal. Meski sempat diragukan, duet penyerang bengal ini sama-sama mampu mencetak 3 gol, dan membawa Italia ke partai puncak. Inilah performa terbaik Cassano bersama timnas Italia. Total, Cassano memperkuat timnas Italia sebanyak 39 kali dan mencetak 10 gol, dalam kurun waktu 2003-2014. Selain tampil di Euro 2012, Cassano juga sempat ambil bagian di Euro 2004, Euro 2008, dan Piala Dunia 2014.

Setelah Euro 2012, karir Cassano justru memasuki masa suram. Kritiknya terhadap penjualan Thiago Silva dan Zlatan Ibrahimovic ke PSG, membuat manajemen AC Milan gerah. Alhasil, ia dilepas ke Inter Milan, sebagai bagian dari paket transfer tukar tambah Giampaolo Pazzini, dari arah sebaliknya. Meski awalnya cukup sukses di Inter, performa jeblok Si Ular pada musim 2012-2013, dan konflik Cassano dengan manajer tim membuat Cassano dilepas ke Parma.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun