Mohon tunggu...
Yosafati Gulo
Yosafati Gulo Mohon Tunggu... profesional -

Terobsesi untuk terus memaknai hidup dengan belajar dan berbagi kepada sesama melalui tulisan. Arsip tulisan lain dapat dibaca di http://www.yosafatigulo.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Lupakan Ahok, Ingat Saja Anies!

22 Februari 2017   17:09 Diperbarui: 23 Februari 2017   18:28 1245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan dan Habib Rizieq (https://www.beritadumay.com/)

Kendati Ahok-Djarot sudah menang ada Pilgub putaran pertama, tidak berarti ia akan menjadi Gubernur DKI periode 2017-2022. Segudang hambatan telah terbentang di depan. Jika hanya mengandalkan pisau hukum untuk menebas semua hambatan, hampir bisa dipastikan gagal total. Pasalnya, yang dihadapi Ahok-Djarot sudah bercampur baur tak karuan antara hukum, politik, dan primordialisme. Jadi, bukan hanya berhadapan dengan Anies-Sandi sebagaimana mestinya pada putaran kedua, 19 April 2017. Tetapi, juga dengan Ketua KPU DKI, Sumarsono, pengagum Rizieq, FPI, GNPF-MUI, dan konco-konco mereka.

Ahok sendiri tengah berhadapan dengan serangkaian persidangan yang dipaksa menjadi penista agama dan ulama gara-gara mengatakan ”Jangan mau dibohongi pak Almaidah 51”. Belum lagi desakan bertubi-tubi lawan-lawan politik agar ia diberhentikan sementara dari jabatan Gubernur DKI. Gelombang serangan ini, menyusul aksi bertubi-tubi bertajuk Aksi Bela Islam jilid I, II, III tahun lalu dan aksi 21 Februari 2017 sudah pasti menyita energi Ahok. Jangankan untuk memenangkan Pilgub putaran kedua, pekerjaannya sebagai Gubernur pun tidak bisa maksimal.

Kasihan Lulung

Yang lebih penting lagi, kalau Ahok menang di Pilgub DKI, kasihan Abraham Lunggana (Lulung), Ketua DPRD DKI. Pasalnya, Lulung telah memasikan kekalahan Ahok sebelum putaran pertama. Jika menang, Lulung telah berjanji akan memotong kedua kuping dan juga hidungnya.

Saya sendiri belum tahu apakah kuping dan hidungnya sudah dipotong gara-gara kemenangan Ahok-Djarot di putaran pertama. Kalau belum, mungkin ia masih menunggu hasil Putaran kedua. Tapi di sini justru bisa muncul masalah besar. Kalau Ahok kembali menang, adakah yang tega melihat Lulung berdarah-darah karena memotong sendiri kuping dan hidungnya? Bagaimana ia bisa hidup normal tanpa kuping dan hidung? Bagaimana ia bisa memimpin rapat-ralat di DPRD DKI tanpa kuping dan hidung? Suaranya pasti tidak jelas dan sulit ditangkap. Lebih parah lagi, bagaimana ia mencegah berbagai macam debu dan bakteri yang berlomba masuk ke dalam paru-parunya setiap ia menghirup udara?

Atas dasar ini, saya menganjurkan agar tidak lagi memikirkan kemenangan Ahok. Anggap saja Ahok kalah dan Anies akan lenggang kangkung menuju kursi DKI-1. Dengan begitu, gelombang penihilan kerja Ahok dan serangan terhadap pribadinya oleh siapa saja, tak terkecuali para pendukung Anies-Sandi dijamin berkurang. Kuping dan hidung Lulung pun selamat.

Pekerjaan Anies Ringan?

Pemikiran dan energi selanjutnya, tinggal diarahkan ke Anies. Pekerjaan Anies pun lebih ringan. Ia tinggal memenuhi janjinya menormalisasi sungai tanpa menggusur, membahagiakan rakyat miskin tanpa harus memindahkan mereka dari rumah kumuh ke rusunawa, merealisasikan sistem transportasi terintegrasi yang dengan sekali bayar dan murah siapa pun bisa menyusuri kota Jakarta tanpa biaya tambahan, walaupun gonta ganti kendaraan, serta membagun rumah bagi rakyat miskin tanpa uang muka.

Bagi yang menganggur tidak perlu repot lamar kerja ke mana-mana. Program Ok Oce unggulan Anies-Sandi dijamin akan jadi solusi. Rakyat tak perlu jadi buruh. Dengan program Ok Oce, rakyat akan menjadi tuan atas dirinya sendiri. Tinggal siapkan data diri, lalu bergegeas mendaftarkan diri di kelurahan masing-masing setelah Anies-Sandi dilantik.

Tentu pekerjaan selanjutnya bagi Anies-Sandi adalah memenuhi janji kepada Habib Rizieq, FPI, GNPF MUI yang telah mati-matian mendukungnya dengan berbagai upaya untuk menyingkirkan kompetitor. Pada putaran pertama, mereka sudah rela meninggalkan Agus-Sylvi. Di putaran kedua, tinggal Ahok-Djarot. Sudah tentu tidak ada makan siang gratis. Oleh sebab itu, Anies perlu mulai memikirkan imbalan yang setimpal dengan usaha yang mereka lakukan.

Melihat gelagat FPI, utamanya Habib Rizieq, Bachtiar Nasir, dan Munarman tentu saja imbalan yang tersebut tidak sekedar materi. Mereka tidak terlalu butuh itu. Mereka sudah kaya. Jabatan juga tidak. Masing-masing mereka sudah punya jabatan mulia dalam FPI. Yang mereka perlukan adalah Indonesia, NKRI, menurut versi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun