Mohon tunggu...
Yons Achmad
Yons Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat Komunikasi

Yons Achmad.Kolumnis dan Pengamat komunikasi. CEO Komunikasyik.com.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menyetankan Habib Rizieq Lewat Media, Percuma!

18 Mei 2017   19:22 Diperbarui: 18 Mei 2017   19:57 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Siapa tokoh muslim Indonesia yang dikenal dengan nahi munkarnya? Jawabnya adalah Muhammad Rizeq Shihab atau dikenal dengan Habib Rizieq. Berantas kemaksiatan seperti minuman keras, prostitusi, perjudian dll menjadi kegiatan kesehariannya bersama Front Pembela Islam (FPI). Di pilkada DKI 2017 , berhasil menggerakkan jutaan orang untuk melawan kembalinya Ahok, penguasa zalim tukang gusur dan anti rakyat kecil. Karena dinilai terlalu dalam masuk pusaran politik dan dinilai membahayakan, maka segala cara dilakukan untuk menyingkirkannya.

Awalnya, dengan isu anti pancasila. Sayangnya gagal total. Kenapa? Ternyata dia lebih paham tentang pancasila daripada orang-orang yang menuduhnya anti pancasila. Hal ini wajar karena soal pancasila telah ia pelajari dengan serius. Bahkan tesis kuliah masternya tentang pancasila. Judulnya “Pengaruh Pancasila Terhadap Penerapan Syariah Islam di Indonesia”. Kalah argumen, maka dimunculkanlah percakapan lewat Whatsapp yang dinilai berkonten pornografi. Maka, bak penjahat, diburulah sang Habib dengan isu yang banyak dinilai rekayasa itu.

Soal tuduhan percakapan yang dinilai mesum itu, Habib sendiri sudah melakukan klarifikasi di media. Untuk membantah tudingan dan settingan pihak yang tak bertanggung jawab, Habib Rizieq menyatakan sikap mubahalah. Mubahalah (malediction, imprecation) berasal dari kata bahlah atau buhlah yang bermakna kutukan atau melaknat. Mubahalah menurut istilah adalah dua pihak yang saling memohon dan berdoa kepada Allah supaya Allah melaknat dan membinasakan pihak yang batil atau menyalahi pihak kebenaran.

Peristiwa mubahalah pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw terhadap pendeta Kristen dari Najran pada tahun ke-9 Hijriah, sebagaimana disebutkan dalam Qs. Ali Imron (3): 61; “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya la’nat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” (VOA-Islam/17/5/2017).

Masalahnya sekarang, ketika banyak orang justru menghujat Habib, lalu kenapa hal ini bisa terjadi? Jawabnya adalah racun media sekuler. Ya, sadar atau tidak sadar, saya kira, orang yang mulai ramai-ramai bahkan dengan bangga menghujat Habib Rizieq telah kena pengaruh penggiringan opini. Tujuannya penggiringan opini itu jelas, melakukan demonisasi alias menyetankan Habib Rizieq sebagai tokoh yang amoral. Singkat kata, melakukan pembunuhan kharakter pada tokoh kita kali ini.

Sayangnya, bagi pembaca media yang masih waras akalnya, penggiringan opini ini sepertinya tak akan berhasil. Apalagi, saat ini, bagi umat Islam, kepolisian dinilai sangat berpihak kepada penguasa yang merasa terganggu oleh perlawanan-perlawanan politik arus bawah kalangan aktivis Islam. Pertanyaan sederhana muncul? Kenapa pihak kepolisian tidak mengusut pemilik situs pengunggah percakapan tersebut? Dengan gagalnya menjawab pertanyaan kecil ini saja, sangat mudah bagi publik untuk meragukan kebenaran kasus ini, dengan kata lain ada kemungkinan kasus ini hanya sebatas rekayasa belaka.

Artinya dari segi penggiringan opini, gagal total. Apalagi kalau hukum kelak membuktikan bahwa ternyata memang kasus ini rekayasa belaka. Jadi, upaya menyingkirkan Habib Rizieq dari kancah media maupun politik menjadi sia-sia belaka.

Saya kira, dari pada media-media sekuler pembebek penguasa sibuk beritakan kasus privat yang tidak jelas, mending beritakan apa yang telah dilakukan rezim Jokowi ini. Banyak masyarakat yang berteriak harga-harga mahal, listrik naik, cari pekerjaan susah, daya beli menurun yang buat banyak suami istri berantem sendiri dll. Media harus beritakan urusan publik semacam ini, bukan malah sibuk beritakan urusan (maaf) rekayasa selangkangan. [yons achmad/pengamat media]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun