Jika saya boleh memilih, saya tetap ingin menjalani hidup dengannya meski di hari-hari kemarin saya sering terluka dan menangis dengan keadaan yang ada. Tapi apalah daya, keadaan itu tidak mampu menjadikan satu saya dan dirinya.
Seperti saat ini saya duduk mematung di sebuah halte. Hanya jari yang bergerak untuk menulis huruf demi huruf. Saya ingin menulis huruf ejaan namanya dengan huruf kapital yang sangat besar tapi...
Yang saya dapati hanya kebisingan lalu lintas Ibu Kota yang begitu berisik mengusik gendang telinga. Hmmm... Mas, saya betul-betul merindukan mas. Apa mas merasakan hal yang sama? Apa mas juga tahu sekarang saya di mana?
Detik ini sebenarnya saya berada tidak begitu jauh dari kantor mas... Semisal pulang bersama seperti waktu itu pun sangat bisa tapi mas memilih diam, tidak memberi kabar... Menjawab pesan saya saat saya meminta maaf seusai lebaran pun tidak.
Mas, jika saya boleh memilih mas yang harus tetap tinggal dengan saya. Jika boleh memilih mas yang ingin saya jadikan imam dunia-akhirat saya.
Mas, jika saya boleh memilih detik ini saya ingin bersama mas... Entah itu bercanda tawa, berbicara atau apapun.
Mas, saya ingin jika saya boleh memilih...