Mohon tunggu...
Wahyu Triyani
Wahyu Triyani Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Happy Wife, Happy Mom, Blogger, and Author

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kartini di Mata Saya

22 April 2013   12:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:48 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ini hanya opini dari saya,, Anda boleh setuju,, boleh tidak....

KARTINI di mata saya........
Saya mungkin bukanlah muslimah yang baik dan benar, namun saya setidaknya ingin menjadi seorang isteri yang baik untuk suami saya dan seorang ibu yang mampu mendidik anak-anak saya kelak.
Saya acungi jempol untuk perjuangan ibu Kartini, hingga wanita-wanita Indonesia dapat menikmati dunia pendidikan. Yaw,... sebagai seorang wanita, kita dituntut pandai karena kelak akan mendidik anak-anaknya. Dan walaupun sebagai ibu rumah tangga, wanita wajib berpendidikan tinggi. Agama saya pun menganjurkan, agar kita tiada henti mencari ilmu.
Namun, emansipasi wanita bukan berart wanita harus meninggalkan kodratnya sebagai seorang wanita, meninggalkan tugasnya sebagai 'pelayan' rumah tangganya hingga membiarkan anak-anak diasuh pembantu hanya untuk mementingkan kariernya. Atau, ada juga, suami disuruh mengurus anak dan rumah, siisteri malah yang bekerja, alasannya, pendidikan isteri lebih tinggi atau penghasilan si isteri lebih banyak.

kenapa Kartini lebih dikenal daripada pahlawan wanita lainnya??
Menulis.
Dengan tulisan, hidup kita akan kekal.
Mungkin, apa yang ditulis Kartini hanyalah ide-idenya saja, namun karena ide-idenya itu ditulis, maka orang-orang mampu membacanya dan merealisasikan pemikirannya walaupun Beliau telah wafat.
Padahal, sebelum Kartini ada pahlawan wanita yang justeru telah mewujudnyatakan gagasannya, mungkin karena Beliau tidak menulis, hingga tak ada generasi penerus yang meneruskan perjuangannya.

Itu hanya opini dari saya, emansipasi boleh, tapi kodrat wanita tetap saja tidak mampu berkedudukan sama dengan kaum adam.
Dan profesi ibu rumah tangga, bukanlah profesi yang kuno atau rendah karena hanya meminta pada suaminya. Sesungguhnya, bukanlah hal yang mudah berperan sebagai ibu rumah tangga.
Jujur, sebagai seorang wanita, saya mempunyai mimpi dan masih berharap meneruskan pendidikan saya ke jenjang yang lebih tinggi. Namun, berkedudukan sebagai seorang isteri, ego itu harus tidak lebih tinggi dari izin sang suami. Karena surga seorang isteri ada pada suaminya. Dan kesuksesan seorang isteri, diukur dari sebagaimana dia mampu mengendalikan keluarganya disamping imamnya.

Witri Prasetyo Aji :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun