Selamat Malam,
“Setahun Kemarin” aku masih ingat ketika “Menanti” kehadiranmu di ujung jalan itu untuk “Kencan Pertama”. Saat itu aku sengaja menyiapkan kejutan. Tiket konser KAHITNA kado ulang tahunmu ku sembunyikan di dalam saku kemejaku. Aku merasa gugup. Tapi untunglah malam itu ada bulan yang menyabit langit. Jadi aku tak sendirian menunggumu satu jam, dua jam, tiga jam hingga 4 jam kemudian ku lihat kau sedang berdua dengannya, di pelukannya dan kau genggam tangannya.
Pernahkah kita alami begitu lama menyimpan hati untuk seseorang lalu mengungkapkannya namun kenyataannya parah seperti “Cinta Sendiri” ?. Atau saat kita terus berharap “Jadi Saja” meskipun sudah tiga empat kali mengungkapkan rasa dan ujung ceritanya tetap saja sebatas “Hampir Jadi”. Entah apa karena terlalu confident, merasa bangga atau tak sadar diri.
Malam ini aku mengerti kalau cinta ternyata hanya menguras perasaan. Cinta selalu memiliki cara untuk mempermainkan hati, mulai dari yang menyenangkan hingga permainan yang mengenaskan. Misalnya saat melangkah ke rumahmu senyum yang indah bertebaran. Tapi saat tiba di ujung jalan mendung yang ku dapat. “Betapa sakit terlukai kata tidak yang kau ucapkan”.
Untungnya naas itu tak hanya menjadi milik satu orang saja. Ada banyak orang yang juga menjadi korban perasaan serupa.
Ada yang semasa sekolah mulai mengenal cinta lewat sebuah pertemuan tak sengaja. Saat ada seorang siswi manis berwajah “Cantik” yang baru pindah dari sekolah lamanya, sosoknya begitu menggetarkan jiwa. Bagi yang merasakannya pasti berkata “kuyakini mata hatiku tak akan pernah salah”. Sementara yang lainnya merasa “semenjak hari itu hati ini miliknya”. Sayangnya rasa itu hanya bisa ia pendam sendiri. Tak ada keberanian untuk menyapa lebih dulu kecuali hanya mampu mencuri pandang. Padahal tanda-tanda baik mungkin ada. Hingga akhirnya yang lain datang dan lebih berani merebut hati, ia lantas gigit jari, hanya bisa menulis “Cerita Cinta” itu dalam buku harian yang berjudul “Andai Dia Tahu”.
Kontroversi Hati di atas masih mending. Setidaknya dengan mengingat Andai Dia Tahu masih ada senyum mengembang. Senyum ketika ingat surat yang kita selipkan di buku pelajarannya terbaca. Senyum ketika pertemuan pertama kali di bawah pohon di depan sekolah terjadi. Tapi bagaimana jika kontroversi hati melibatkan orang ketiga?. Bukan hanya dua orang tapi ada “Aku, Dirimu, Dirinya”.
Cinta segitiga memang terdengar menarik dan manis karena tak biasa. Ada pertarungan hati yang menantang untuk dimenangkan. Di antara Aku, Dirimu, Dirinya adalah ajang pembuktian “dia atau daku kasih dapatkan cintamu..”. Tapi percayalah cinta segitiga itu tidak pernah membanggakan. Menanti kepastiaannya seperti mengharapkan “mentari terbit di utara”. Menjalaninya pun seperti “cinta pada bayangan”. Ujungnya pun seringkali menyisakan trauma yang mempertakut orang untuk “Merenda Kasih” yang baru.
Kontroversi hati Aku, Dirimu, Dirinya mungkin masih dianggap tak seberapa karena banyak orang yang ternyata sengaja merenda kasih dengan banyak hati. Entah apa yang dicari, mungkin hobi.
Kontroversi Hati juga kerap terjadi ketika seseorang di masa lalu datang kembali. Ia mungkin hanya bagian dari sejarah yang sudah. Tapi bagaimana jika ia lebih dari sekedar sejarah. Bagaimana jika yang datang lagi adalah Mantan Terindah?. Kedatangannya kadang sanggup mengobrak-abrik rencana. Apalagi jika ia membawa harapan “ingin bertemu dan mengulang jalin cinta”. Kontroversi Hati yang berat dan membuat pemilik hati bimbang antara “terus melangkah atau pergi saja”
Lalu bagaimana rasanya jatuh cinta salah waktu?. Sejak saat pertama melihat senyumnya kita merasa dialah “Soulmate”. Apalagi saat harapan seolah berbalas lewat senyuman indah yang dia berikan. Dan di saat keyakinan kita melambung tinggi seolah dia belahan jiwa, semuanya tiba-tiba terjun bebas. Ia sudah dimiliki. Lebih parah lagi ia “menjauh pergi dan meninggalkan cerita”. Kita jadi seperti korban tabrak lari. Tapi meskipun demikian, meski konspirasi cinta mengkudeta kebahagian kita, “tak ada yang harus kita sesali, semua indah yang pernah kita alami...”
Cinta memang selalu berhasil menyebabkan labil perasaan. Cinta yang membutuhkan apresiasi seringkali dikudeta oleh kenyataan pahit. Cinta juga tak pernah gagal melahirkan kontroversi hati, karena basically cinta itu sebuah konspirasi antara kenyataan dan mimpi.
*bacalah sambil memutar lagu-lagu KAHITNA untuk merasakan syair-syair yang bertanda petik.