Pukul lima pagi lewat dua puluh satu menit. Kereta komuter Prameks meninggalkan Stasiun Lempuyangan Yogyakarta. Roda-roda besinya segera berputar menggilas ruas demi ruas rel menuju ke timur.
Embun masih lumayan tebal membuat basah sebagian kaca pintu dan jendela. Sementara tubuh sedikit menggigil mengingat Desember selalu lebih dingin dibanding bulan-bulan sebelumnya.
Minggu pagi itu kereta Prameks tidak terlalu penuh dibanding biasanya. Setidaknya di kereta gerbong 5 semua penumpang mendampat tempat duduk. Bahkan, sepertinya ada dua atau tiga tempat duduk yang menganggur di tengah sana.Â
Itu adalah perjalanan kesekian kalinya saya ke Solo, kota tetangga Yogyakarta yang bagi saya menyediakan sebagian kenyamanan yang agak langka ditemui atau dinikmati di Jogja.Â
Saat timbunan rasa jenuh mulai bertumpuk disebabkan oleh hiruk pikuknya Jogja, Solo menyediakan penetralnya. Oleh karenanya saya antusias jika bepergian ke kotanya Presiden Jokowi ini. Bahkan jika hanya singgah beberapa jam, itu tidak menjadi masalah.
Bagi saya Solo menyediakan definisi "piknik tipis-tipis" atau "liburan santuy". Selain jaraknya yang dekat dan mudah dicapai pulang-pergi dalam sehari, Solo memberi kita  ruang dan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman rekreasi yang beragam dalam satu lingkar kawasan yang mudah diakses.
Kegiatan hari bebas kendaraan di Solo lebih berkualitas dari kegiatan serupa di Jogja. Sebab utamanya karena lokasi dan tempatnya yang sangat memadai. CFD Solo membentang lebih dari 3 km di kawasan citywalk Slamet Riyadi dan Ngarsopuro serta sekitarnya.Â
Kawasan tersebut meliputi area yang nyaman bagi pejalan kaki, jalan raya yang lebar, serta deretan tempat menarik di kanan dan kirinya. Sebutlah Museum Keris, Museum Radya Pustaka, Pasar Triwindu, Pura Mangkunegaran, Benteng Vastenburg, dan Pasar Gede. Tempat-tempat tersebut mudah diakses dengan pertama-tama menyusuri citywalk Slamet Riyadi dan Ngarsopuro.Â
Melangkah sedikit lebih jauh kitapun bisa sampai di Kraton Surakarta dan Pasar Klewer. Oleh karena itu, banyak pengalaman yang bisa didapatkan hanya dengan menyusuri citywalk Slamet Riyadi. Citywalk, ruang publik, dan kawasan pedestrian yang lumayan komplet dan nyaman seperti ini belum dimiliki Jogja.Â