Mohon tunggu...
Van Nder
Van Nder Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa pendidikan sejarah di salah satu universitas ternama di kota Malang. Memiliki minat besar dalam bidang sejarah, politik dan budaya. Tercatat aktif dalam kegiatan organisasi mahasiswa baik intra dan ekstra kampus.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pergerakan Nasional Bangsa Indonesia, Organisasi Politik

4 Januari 2011   05:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:59 45709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Organisasi di Bidang Politik


  1. Indische Partij


Didirikan pada 25 Desember 1912 oleh E. F. E. Douwes Dekker yang kemudian dikenal dengan nama Danudirdja Setyabuddhi. Sebelumnya dia juga telah mendirikan organisasi lain yang didirikannya tahun 1898 yaitu Indische Bond sebagai organisasi kaum indo dan eropa di Indonesia. Ketika melihat adanya diskriminasi kepada kaum indo dan sistem kolonial yang hanya menyengsarakan kaum indo maka dia mendirikan sebuah Partij: Indische Partij sebagai alat perangnya. Selain itu juga dalam karangannya yang berjudul Het Tijdschrift dan De Express yang didalamnya terdapat propaganda mengenai bahaya dari praktek sistem kolonial terhadap kaum indo dan bumiputra.

Sebagai persiapan pendirian Indische Partij hal yang dilakukan Douwes Dekker adalah melakukan beberapa pertemuan dengan tokoh-tokoh besar dan lembaga lainnya yang mendukung perjuangannya seperti dokter Tjipto Mangunkusumo, Suwardi Suryaningrat, Abdul Muis, Redaktur surat kabar Tjahaya Timoer dan beberapa tokoh serta redaktur surat kabar lainya. Yang kesemuanya mendukung berdirinya Indische Partij sebagai organisasi pelopor gerakan revolusioner berdasarkan pada konsepsi nasional yang luas. Hal ini terjadi karena Budi Utomo dan Sarekat Islam belum mampu menunjukkan gerak revolusionernya.

Setelah itu pada tanggal 25 Desember 1912 berdirilah Indische Partij yang bertujuan untuk membangun patriotisme semua Indiers terhadap tanah air yang telah memberi lapangan kehidupan kepada mereka, agar mereka mendapat dorongan untuk bekerjasama atas dasar persamaan ketatanegaraan untuk memajukan tanah air Hindia dan untuk mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka (E. F. E. Douwes Dekker, 1913:51-52).

Indische Partij berdiri sebagai suatu organisasi yang radikal dan merupakan partai politik pertama di Indonesia yang berdasarkan jiwa nasionalisme yang tinggi untuk mencapai kemerdekaan Indonesia sebagai national home bagi semua ketrurunan bumiputra, belanda, cina, arab, dan lain sebagainya, yang mengakui Hindia sebagai tanah air dan kebangsaanya. Inilah paham yang dahulu disebut Indisch Nationalisme yang pada hari kemudian menjadi paham dari Perhimpunan Indonesia dan PNI.

Pemerintah Hindia-Belanda akhirnya mengambil sikap tegas terhadap Indische Partij. Pada tanggal 4 Maret 1913 surat permohonan untuk mendapat pengakuan sebagai lembaga hokum ditolak oleh Gubernur Jenderal, dengan alasan bahwa Indische Partij merupakan partai yang berdasarkan politik dan mengancam keamanan publik. Selanjutnya pada tanggal 11 Maret 1913, audiensi yang diadakan oleh pihak pimpinan Indische Partij dengan Gubernur Jenderal dan diubahnya dua pasal dasar tetap saja tidak merubah keputusan pemerintah hindia-Belanda dan Indische Partij merupakan partai terlarang.

Pada saat peringatan ke-100 kemerdekaan Negeri Belanda dari penjajahan Perancis, di Bandung kemudian di bentuk suatu komite yang hendak bertujuan untuk mengirimkan telegram kepada Ratu Belanda yang isinya mengandung permintaan pencabutan pasal III R. R. (Reglement op het beleid der Regeering), dibentuknya majelis perwakilan rakyat sejati dan ketegasan adanya kebebasan berpendapat di daerah jajahan. Salah satu pemimpin dari komite ini adalah Suwardi Suryaningrat, menulis sebua risalah yang berjudul " als ik een nederlander was ...", yang isinya merupakan sindiran tajam atas ketidak adilan di daerah jajahan.

Karena tindakan dari komite ini maka Douwes Dekker,dr. Tjipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat dibuang ke Belanda sebagai hukuman. Setelah kepergian ketiga tokoh tersebut maka perlahan tapi pasti akhirnya Indische Partij mulai menurun, yang pada akhirnya berganti nama menjadi Partai Insulinde. Azas yang digunakan adalah mendidik suatu nasionalisme Hindia dengan memperkuat cita-cita persatuan bangsa.

Namun karena pengaruh yang kuat dari Partai sarekat Islam banyak tokoh yang mulai berganti haluan dan membuat Partai Insulinde menjadi lemah. Sejak kedatangan Douwes Dekker pada tahun 1918 dari pembuangan ternyata tetap saja tidak membawa pengaruh yang signifikan, pada akhirnya tahun 1919 berganti nama lagi menjadi National Indische Partij akan tetapi tidak memiliki pengaruh yang kuat yang kemudian hanya menjadi wadah perkumpulan para pelajar saja.


  1. Perhimpunan Indonesia


Perhimpunan Indonesia didirikan oleh orang-orang Indonesia yang tinggal di belanda pada tahun 1908, semulai bernama Indische Vereeniging. Beberapa tokoh pendirinya adalah Sutan Kasayangan dan R. N. Noto Suroto. Tujuan dibentuknya adalah sebagai bentuk untuk memajukan kepeningan bersama yang berasal dari orang-orang Indonesia yang tinggal di Belanda serta hubungan dengan Indonesia. Awalnya semua kegiatan hanya bersifat organisasi sosial saja namun pada akhirnya setelah berakhirnya Perang Dunia I timbul rasa persatuan dan sikap anti kolonialisme dan imperialisme terhadap penjajah dari para tokoh Indische Vereeniging. Terlebih lagi sejak presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson menyatakan bahwa setelah berakhirnya Perang Dunia I negara yang terjajah berhak untuk menentukan nasib dan kemerdekaan mereka sendiri.

Pada tahun 1922 berganti nama menjadi Indonesische Vereeneging dan pada tahun 1925 resmi memakai nama dalam bahasa Indonesia yaitu Perhimpunan Indonesia, dengan demiian maka sekarang bukan lagi organisasi sosial tetapi termasuk juga dalam bentuk partai politik. Azas yang dipakai adalah mengusahakan suatu pemerintahan untuk Indonesia yang bertanggung jawab hanya kepada rakyat Indonesia semata-mata, bahwa hal yang demikian itu hanya akan didapat dengan usaha orang Indonesia sendiri tanpa bantuan siapapun dan perpecahan harus dihindari gar segera terbentuk suatu bentuk yang diharapkan saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun