Mohon tunggu...
Mustyana Tya
Mustyana Tya Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis, jurnalis dan linguis

Seorang pejalan yang punya kesempatan dan cerita

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sendiri Menyusuri Jejak Para Wali

14 Agustus 2017   13:38 Diperbarui: 16 Agustus 2017   22:32 1125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan ke Cirebon kali ini membawa misi khusus dari kantor menyambut bulan suci Ramadan. Ya, saya ditugaskan mengulik kehidupan pada wali di tanah Cirebon. Pagi benar saya sudah standby di stasiun Gambir menuju Cirebon dengan menggunakan Cirebon Ekspress yang harganya lumayan di kantong.

Saya tidak punya waktu banyak, hanya diberi waktu 2 hari untuk menyelusuri sejarah Islam yang dibawa Sunan  Gunung Jati dan Sunan Kalijaga. Sampai di Cirebon, saya langsung tancap gas ke makam Sunan Gunung Jati yang letaknya enggak jauh dari stasiun dan bisa dijangkau naik satu kali angkot.

Turun dari angkot saya enggak lewat pintu utama, tapi gang-gang kecil dan tetep ada toko-toko yang menjajakan kembang, air, apalah sampai seperangkat sesajen. Masuk sekitar 100m dari gang, saya sempat bingung ternyata yang saya masukin bukan makam sang sultan tetapi masjid sunan Gunung Jatinya. Di sini salah satu ada sumur keramat dari 7 sumur keramat.

Baru deh ditunjukkin letak makamnya di mana. mulai dari makam sampai masjid semuanya di dipasangin keramik khas China. Usut punya usut ternyata keramik-keramik ini adalah hadiah yang diberikan mertuanya Sunan Gunung Jati dari China. Dalam sejarahnya Sunan Gunung Jati pernah menikah dengan putri dari kerajaan China.

Oke lanjut, di makam sunan saya sempet doain mereka dulu, trus baru memburu deh narasumber. Yang pertama disasar adalah abdi dalam dari makam ini. Ekspetasi saya awalnya mereka bakalan susah untuk terbuka eh ternyata saya salah mereka baik-baik banget.

Saya bertemu dengan seorang kakek yang sedari awal tampak tulus banget mengabdi sebagai penjaga makam Sunan Gunung Jati. Dari sorot matanya saya merasa di benar-benar ikhlas bekerja di sana sebagai wujud pengabdian turun temurun di keluarganya. Beragam ritual pun dilakukan, untuk diterima sebagai abdi dalam makam Sunan Gung Jati. Ini cerita lengkapnya. 

Dari sana, saya langsung menuju ke rumah juru kunci  makam Sunan Gunung Jati yang letaknya enggak jauh dari makam. Ada tulisan besar-besar di depan rumahnya, dari penuturannya sama seperti abdi dalam, posisi juru kunci juga diteruskan turun temurun di sini

Segelas air minum menemani cerita dia dengan saya yang berlangsung hampir satu jam lamanya. Banyak hal-hal yang saya enggak tahu sebelumnya, padahal saya sudah ke sini tiga kali untuk ziarah tapi banyak fakta yang baru saya tahu. Ya gini deh, baru setelah jadi wartawan tau semua.

Si juru kunci bilang enggak semua orang diperbolehkan masuk ke makam Sunan hanya orang-orang tertentu yang diperbolehkan, dari penuturan abdi dalam pun begitu, bahkan tokoh-tokoh presiden di Indonesia banyak  yang udah pernah masuk ke makam untuk mencari berkah, biasanya sebelum pemilihan umum. Namun wasiat Sunan Gung Jati mengatakan tidak diperkenankan siapapun masuk selain para pengawalnya yang sekarang menjadi abdi dalam. Menurut abdi dalam lagi, kalaupun banyak yang nekat masuk dengan membayar sejumlah uang atau memaanfaatkan posisinya biasanya mereka kena bala paling apes mereka meninggal. Cerita ini lumayan bikin saya merinding.

Tapi setelah bertemu dengan juru kunci, saya ketemu sama seorang warga yang ortunya pernah masuk ke dalam sana dengan ritual yang diharuskan, termasuk masuk ke makam sambil merangkak-rangkak. Orangtuanya berhasil masuk setelah membayar sejumlah uang kepada juru kunci. Gitu katanya. Ya mungkin juru kunci juga butuh makan, jadi enggak melulu harus mengikuti aturan. Menurut saya.

Dari rumah juru kunci, saya menyeberang ke tempat yang konon merupakan tempat semedi Sunan Gunung Jati sekaligus makam kerabat atau gurunya. Saya lupa. hehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun