Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Essi Nomor 014, Berani Tidak Lupa

18 Agustus 2017   14:38 Diperbarui: 31 Agustus 2017   09:59 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Berani Tidak Lupa

Inilah berita yang lama ditunggu para warga negara,
Dari mata air jernih bening sang mantan bendahara.
Berani berkata, berani mengungkapkan semua data,
Dan berani tak lupa itulah aliran bening tanpa dusta.
Setelah kesekian kalinya, mondar mandir diperiksa,
Oleh KPK setelah geger Cartegena, akhirnya purna.
Mantan bendahara yang sempat amat ingat semua,
Lalu lupa, ingat, lupa lagi, sebelum selera akhirnya
Menyatakan berani, untuk selalu akan tak lagi lupa,
Pada anggota mulia, di komite kode etik pemeriksa,
Dalam kaitannya, dengan hentakan secara terbuka
Terhadap pelanggaran kode etik serta prilaku dusta
Sejumlah komisioner dan petinggi KPK, ya kok bisa,
Tapi itulah fakta, yang ditutupi pun tampak percuma.
Karenanya, ya bravo untuk anda mantan bendahara!

Anda sendiri tentu penuh dengan warna-warni dosa
Karena banyak sekali yang dikatakan adalah dusta.
Belum lagi anda ini jelas-jelas terlibat dan ikut serta
Menikmati hasil korupsi milyaran uang milik negara.
Pendek kata, anda layak disangka, harus diperiksa,
Lalu ditahan, diadili, kemudian ya masuk ke penjara,
Karena anda memang banyak, sendiri atau bersama
Manipulasi dana dan data, sambil berdusta berlama
Lalu kuras uang negara, tatkala sebagai bendahara,
Bendahara utama, pada partai yang slogan mottonya,
Anti korupsi dan pantang memanipulasi uang negara.
Hanya saja, tidak masuk akal, melawan nalar logika,
Jika korupsi milyaran uang negara dilakukan semua
Sendirian saja dan tanpa restu perintah siapa-siapa.
Anda kan hanya bendahara, dan jikalau bendahara,
Tentunya ya harus taat dan mengikuti perintah ketua.

Hari-hari masih akan sangat panjang dan amat lama
Khususnya jika bermasalah dengan pihak penguasa,
Tapi wahai mantan bendahara yang jadi narapidana,
Cobalah bertahan terus serta berani untuk tidak lupa.
Mungkin memang banyak ancaman serius berbahaya
Ditujukan bertubi-tubi untuk habisi anggota keluarga,
Tapi cobalah, untuk terus tegar hadapi para durjana,
Toh ancaman itu pastilah hanya ancaman coba-coba,
Mana berani pihak istana habisi anak serta istri anda,
Memangnya seisi dunia pada buta matanya sehingga
Tak tahu, jika ada apa-apa dengan anggota keluarga?
Bukankah dengan mudah, pelaku dikaitkan pada dia,
Dengan orang nomer satu dan yang paling berkuasa?

Ayo maju terus, jalani semua pemeriksaan pada KPK,
Lalu tatap saja segala hukuman laksana para ksatria.
Hanya saja ada satu pesan yang penting untuk anda,
Sederhana saja, hendaknya tak lagi pernah berdusta.
Ungkap semua yang ada, buka semua, toh kan sama,
Semua tentu akan diperiksa benar atau tidak adanya.
Yang penting, benar tak ada dusta, dusta dalam data,
Dusta dalam jumlah dana, dusta pada semuanya saja.
Sebut saja siapa siapa yang pernah gencar menerima
Ratusan milyar dana negara, dalam kocek pribadinya.
Tak perduli ia hanya tergolong pejabat berlabel biasa
Atau pejabat berasal dari lingkungan keluarga istana.
Dan bagi KPK yang kokoh ditopang konsitusi negara
Serta dapat tugas khas, guna menjaga uang negara,
Hendaknya berani sidik, tidak gentar periksa semua.
Jangan ada yang lolos atau sampai ada yang tersisa.
Jikalau KPK hanya bisa tangkap maling uang negara
Melalui data awal hasil sadapan komunikasi semata,
Lalu apa hebatnya karena polisi dan jaksa juga bisa.
Mereka bisa melakukan hal serupa, jikalau keduanya
Juga boleh menyadap calon koruptor dengan leluasa.

Ayo siap KPK, senyampang sang mantan bendahara
Busungkan dada serta mulai berani untuk tidak lupa,
Jangan biarkan momentum yang luar biasa istimewa
Seperti yang diharapkan banyak rakyat di ini negara,
Berlalu tanpa jejak sehingga sirna sia-sia begitu saja.
Pintu telah terbuka dan anda KPK tinggal masuk saja.
Bukti keras mungkin saja memang belum ada di meja
Tapi mana ada satu bendahara, cuma sendirian saja
Mengkorupsi beribu milyar uang rakyat uang negara,
Tanpa perintah dan dukungan serta restu sang ketua.
Juga mana ada seorang ketua, betapa pun berkuasa
Berani bermain gila jika tak ada restu sang pembina?
Ini memang logika kita rakyat jelata orang sederhana
Yang sekarang sudah muak menyaksikan sandiwara
Para pejabat dan penguasa saling menyandera dusta
Dengan simpan data dan fakta bobroknya moral etika
Bahwa hampir tak ada pejabat partai pejabat negara
Yang tidak berlomba untuk merompak uang negara?
Mereka tahu tetapi pura-pura lupa, baru akan bicara,
Gunakan data tatkala jerat merapat di leher mereka.
Mereka culas dan jahat, wahai KPK, jadi ya percuma
Mengandalkan mereka bicara, demi bangsa negara.

Dr. Tri Budhi Sastrio -- tribudhis@yahoo.com
HP. 087853451949 - SDA09092011 -- Essi no. 014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun