Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pulang

23 Mei 2019   14:18 Diperbarui: 23 Mei 2019   14:42 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tingneng...tingneng..!"

Suara lonceng delman membuyarkan lamunan Hasan, tatapan teduh perempuan berhijab warna biru muda di depannya membuat Hasan sedikit kikuk, ketahuan ngelamun membuat Hasan tersenyum kecil.

"Sedari tadi Aa diem melulu, ngelamun ya?" Tanyanya dengan suara lembut.
"Iya nih, terkenang kampung dan akhirnya tiba juga aku kembali," ujar Hasan setengah bergumam.

Kampung kecil di kaki gunung Ciremai selalu memantik hasrat untuk kembali, namun Hasan menguatkan hati untuk tidak bersegera pulang kampung.Luka lama itu teramat perih untuk di obati, ia merasa telah membuat Abah menanggung malu sampai maut menjemput nyawa Abah, terkenang kembali puluhan tahun silam saat ia dipermalukan oleh sang Paman dengan tuduhan mencuri gabah, tuduhan yang menyakitkan karena ia tak melakukan hal tersebut. Namun sang Paman dengan arogansinya tetap keukeuh menuduh Hasan meski tanpa bukti yang jelas.

Yang membuat Hasan sedih, Abah ikut ikutan kecewa dan menganggap Hasan anak yang kurang ajar karena berani beraninya mencuri gabah milik paman sendiro, sejak peristiwa tersebut, Abah sakitnya bertambah parah hingga akhirnya Abah tutup usia.

Usai pemakaman Abah, Hasan memutuskan merantau dan kampung bukan lagi tempat yang nyaman untuk di tinggali, apalagi Paman begitu membencinya dan hinaan hampir ia terima tiap hari. Mentang mentang punya jabatan seenaknya saja menghina orang.

"Sudah sampai.."

Suara pak kusir  mengejutkan Hasan, ada tawa tertahan dari perempuan yang menemaninya dalam perjalanan. Hasan membayar ongkos delman, pak kusir mengucapkan terima kasih berkali kali saat Hasan mengatakan kembaliannya ambil saja.

Hasan menggapit tangan perempuan berhijab biru, tatapan Hasan memandang arah rumah berpagar bambu, dan mereka pun melangkah menuju rumah bercat putih.

"Assalamualaikum."

Tak lama kemudian terdengar jawaban dan pintu pun terbuka, beberapa jenak suara terdengar riuh antara tangis dan dan seruan kegembiraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun