Arsitektur itu bersifat universal. Ketika kita berwisata, keindahan sebuah masjid, gereja, kuil, kastil, istana atau bangunan lainnya sering begitu menakjubkan. Seribu kata pun tidak cukup melukiskannya. Bahkan tidak pernah cukup kata untuk mendeskripsikannya secara tepat. Begitu memesona!
Sejak era Romawi, kita menemukan berbagai gaya arsitektur mewarnai konstruksi begitu banyak bangunan di mana-mana. Di benua Eropa, misalnya, kita telah melihat banyak gereja dan istana dibangun dengan berbagai gaya dan seni arsitektur yang sungguh menawan hati. Dari gaya Klasikal, Byzantium, Romanesque, Gothic, Renaissance, Baroque, Rococo, dan lain-lain.
Sedangkan di belahan dunia lainnya, khususnya di negara-negara Timur Tengah dan sebagian Eropa selatan, kita tidak kalah takjub dengan pembangunan banyak istana, benteng dan khususnya masjid-masjid dengan gaya arsitektur yang kental bernuansa Islami.
Dari berbagai literatur, arsitektur Islam awalnya berkembang setelah kebudayaan Islam memadukannya dengan gaya arsitektur Romawi, Persia dan Byzantium.
Salah satu bangunan suci yang populer di era awal arsitektur Islam adalah 'Dome of the Rock', yang dibangun pada tahun 688-692 di Jerusalem. Bangunan indah yang dalam bahasa Arab disebut 'Qubbat al-Sakhrah' ini berada dalam satu kompleks dengan Masjid Al-Aqsa, salah satu masjid paling suci bagi umat Islam.
Dome of the Rock didirikan pada masa Dinasti Umayyah dengan disain arsitektur yang dipengaruhi gaya Byzantium hingga sentuhan Ottoman. Sultan Suleiman, penguasa Ottoman (1520-1566) ikut merestorasi sebagian besar bangunan suci ini dengan ubin Turki yang mewah, marmer mosaik dan ornamen lainnya. Kubah emas Dome of the Rock yang begitu indah telah lama menjadi ikon kota Jerusalem.
Di era selanjutnya, kita mulai menyaksikan gaya Moorish yang begitu kuat merambah ke wilayah Andalusia di Spanyol. Yang paling menonjol di masa itu adalah konstruksi Masjid Raya di Kordoba (784), serta istana dan benteng Alhambra di Granada, Spanyol. Masjid Kordoba, yang setelah kekalahan bangsa Moors mengalami berbagai renovasi dan perluasan, kini dikenal sebagai Masjid-Katedral Kordoba (Mezquita-Cathedral de Cordoba).
Bagi pecinta arsitektur, berada di dalam Masjid-Katedral ini seakan masuk ke lorong waktu. Arsitektur Moorish terlihat dari lengkungan dan kolom-kolom yang menghiasi ruangan utama. Dan dalam area yang sama, nyaris tanpa sekat, kita diajak pindah ke zaman berbeda dengan kehadiran Katedral bergaya Renaissance dan Barok.
Kehebatan arsitektur Moorish masih berlanjut hingga abad ke 20. Setidaknya kita bisa menyaksikan ini di negara Maroko, persisnya di kota Casablanca.Â
Berdiri di atas sebagian lahan reklamasi di tepi Lautan Atlantik, Masjid Hassan II tampil begitu memukau. Minaretnya yang menjulang setinggi 210 meter adalah yang tertinggi kedua di dunia. Masjid ini dirancang oleh arisitek Perancis bernama Michel Pinseau dan diresmikan tahun 1993.
Gaya arsitektur Utsmaniyah pun konon berkembang dari arsitektur Seljuk yang hadir lebih awal. Juga ikut dipengaruhi arsitektur Byzantium, Iran dan Mamluk.