Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Temukan Dalang Kampanye Hitam Emak-emak

25 Februari 2019   23:03 Diperbarui: 26 Februari 2019   09:50 1726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Kumparan.com

Masa kampanye yang terlalu panjang terus menyumbang isu-isu tak sedap di negara ini. Setidaknya itulah yang saya rasakan sebagai masyarakat. Setelah gaduh dengan aksi serang lewat puisi yang dilakukan elite politik, muncul kasus terbaru yang masih sangat panas, dan kali ini melibatkan emak-emak sebagai pemainnya.

Seperti yang kita semua tahu, belakangan beredar sebuah video yang viral di media sosial. Video tersebut berisi kampanye hitam yang dilakukan oleh emak-emak. Tak tanggung-tanggung, isu yang disosialisasikan emak-emak dalam video itu antara lain, dilarangnya suara azan di masjid, dilarangnya pemakaian jilbab, hingga melegalkan pernikahan sejenis jika pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin memenangkan pilpres 2019.

TKN Jokowi-Ma'ruf Amin pun mengecam aksi tersebut dan menduga kampanye hitam seperti itu terjadi di banyak tempat. Ma'ruf sebagai wakil Jokowi pada pilpres kali ini mengutuk keras tindakan tersebut dan mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh emak-emak itu fitnah. Salah satu fitnah yang tak masuk akal adalah akan dibubarkannya Kementerian Agama jika Jokowi menang.

Video itu sendiri konon diduga diunggah pertama kali oleh akun xena the warior princess @citrawida5 pada 13 Februari 2019. Dari video yang berbahasa Sunda tersebut dicurigai berasal dari Karawang, atau yang jelas masih ada di Jawa Barat. Kondisi terkini, pemilik akun @citrawida5 dan 3 emak-emak yang diduga melakukan kampanye hitam terhadap capres Jokowi sudah diamankan dan Bawaslu juga sedang mendalami motif ketiga wanita tersebut.

Banyak juga netizen yang berbelas kasih pada para pelaku agar tak perlu dipenjara, melainkan diberi peringatan saja. Menurut hukum memang para pelaku dapat dijerat dengan UU Pemilu dan UU ITE dengan ancaman hukuman 6 tahun penjara. Untuk masalah itu kita percayakan saja sama pihak kepolisian untuk menyelesaikannya.

Terhadap kejadian ini, Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga Uno segera melakukan pengecekan apakah para pelaku merupakan relawan Partai Emak-Emak pendukung Prabowo Sandi (PEPES). Direktur Hukum dan Advokasi BPN Sufmi Dasco Ahmad sendiri mengakui bahwa ada instruksi untuk melakukan sosialisasi, tapi bukan kampanye hitam seperti itu.

Terungkapnya kasus ini membongkar strategi kampanye Prabowo-Sandi yang cerdas. Memanfaatkan keluwesan ibu-ibu dalam bergaul, diharapkan akan banyak warga yang terpengaruh untuk memilih Prabowo. Dalam dunia marketing pun strategi word of mouth terkenal jitu. Konon mereka yang sudah mencintai sebuah brand akan dengan sendirinya mempromosikan brand tersebut kepada teman-temannya, bahkan akan membela mati-matian jika ada yang mencela brand tersebut.

Dari siapa strategi ini didapatkan? Bisa jadi dari Sandiaga Uno yang adalah pengusaha sukses. Bisa juga strategi inilah yang dipakainya untuk memenangkan pilgub DKI Jakarta ketika itu. Menurut saya penting untuk menemukan aktor intelektual di balik kampanye hitam ini. Hal itu bisa menyetop serangan bawah tanah yang terus diarahkan ke pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin.

Lagi pula penting bagi Prabowo-Sandi untuk membuktikan diri bersih dari kampanye-kampanye kotor. Jika dalangnya sudah jelas, dan hanya tindakan pendukung fanatik yang kebablasan, serta didasari inisiatif sendiri, maka dapatlah Prabowo mengambil kredit melalui tindakan mengingatkan pendukungnya untuk tidak melakukan fitnah dalam memenangkan dirinya.

Tapi siapa sangka bahwa akhirnya tindakan emak-emak tersebut menginspirasi tim sukses Jokowi-Ma'ruf. Militansi emak-emak itu akan ditiru untuk menyebarkan kebenaran tentang Jokowi-Ma'ruf dan membunuh hoax yang sudah terlanjur beredar di kalangan bawah. Militansi setidaknya memang jadi kekuatan pendukung Prabowo saat ini.

Contohnya saja aksi 212 yang sudah berjilid-jilid, dan melahirkan berbagai reuni serta event baru sesuai dengan kepentingan siempunya acara. Dari kubu Jokowi tak ada yang begini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun