Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Waspadai Risiko Berbisnis dengan Pasangan

13 Oktober 2016   10:38 Diperbarui: 13 Oktober 2016   16:12 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: meilleurcoach.com

Berbisnis antara Suami dan istri, Baik atau Tidak?
Pagi ini, sementara menunggu jemputan ,saya dan istri duduk di lobi apartemen Mediterania Boulevard, di mana kami tinggal selama berada di Jakarta. Belum beberapa menit duduk, sambil menjawab pesan pesan di WhatsApp yang sudah menumpuk, terdengar nada orang lagi bertengkar. Saya menengok ke arah suara yang hanya berjarak dua atau tiga meter dari tempat kami duduk. Terpana, dan saya berpikir, kok apartemen kayak di pasar saja ya? Ada yang bertengkar, padahal di sana lagi ramai yang duduk menanti jemputan.

Wanita muda yang lagi berdiri dengan wajah tidak sedap dipandang, terus mengoceh, "Mas, masa sama istri sendiri mau ambil untung? Kata mbak Ayu, baju batik yang mas bilang modalnya Rp 400.000, ternyara cuma Rp 350.000,- Gimana toh mas ini?” Walaupun tidak berteriak, tapi karena suasana di lobi hening, maka suara si wanita tadi bergema keseluruh ruangan.

Tampak sang suami langsung berdiri dan tidak kurang sengitnya menjawab, ” Yang namanya bisnis itu ya tentunya mau untung. Gimana sih! Kalau memang suaminya si Mbak Ayu mau ngasih dengan harga lebih murah, ya silakan ambil saja sana atau sekalian ikut sama suaminya Si Ayu!”

Wah yang bertengkar nggak merasa risih, malah saya yang tipe baper ini jadi merasa sungguh-sungguh nggak enak hati. Lalu saya mengajak istri saya keluar dari medan pertempuran ini karena bisa terkena energi negatif dari pasangan suami istri yang aneh ini.

Baik atau Buruk?
Walaupun bukan urusan kami, tapi kejadian ini masih menyisakan rasa heran dalam diri saya. Sebegitu pentingkah arti uang bagi mereka berdua? Sehingga tega-teganya saling mempermalukan di depan orang banyak?

Hal ini sesungguhnya bukanlah pertama kali saya saksikan. Antara lain adalah putra teman saya sendiri. Suami dari keluarga sederhana, sedangkan si istri dari keluarga berada. Keduanya membuka usaha barang barang kelontong. Istri bertindak sebagai bos, suami sebagai  salesman yang mengantarkan barang barang ke warung-warung. Masing-masing punya penghasilan sendiri. Istri dapat untung dari hasil penjualan dan suami dapat komisi sebagai salesman.

Aneh memang, tapi itu tentu urusan rumah tangga orang lain. Dan kita tidak berhak untuk ikut campur. Ternyata akibat main hitung-hitungan antara suami istri, walaupun mereka tinggal serumah, bahkan tidur sekasur, tapi sesungguhnya dalam kenyataannya mereka adalah partner bisnis yang hidup bersama. Rumah tangga mereka hanya mampu bertahan selama satu tahun dan kemudian bubar. Ternyata bagi sebagian orang, uang adalah segala galanya.

Tapi tentu saja, karena ada beberapa pasangan suami istri yang rumah tangganya berantakan karena berbisnis antara suami dan istri, tentu saja tidak dapat digeneralisasi bahwa berbisnis antara suami dan istri adalah tidak baik. Semua terpulang pada masing-masing orang.

Suami dan istri adalah Satu Paket
Ibarat sekeping mata uang yang selalu memiliki dua belah sisi,maka seharusnya antara suami dan istri adalah satu paket. Kata kata yang sebelum menikah selalu di ucapkan:

  1. Ini uang saya,
  2. Ini milik saya,
  3. Ini hak saya, 
  4. Ini wewenang saya,
  5. Saya maunya begini,
  6. Saya maunya begitu.

Seharusnya, begitu sudah sepakat untuk membentuk sebuah rumah tangga,maka sudah harus menggantinya dengan kata-kata:

  • Uang kita
  • Milik kita
  • Bagaimana kalau kita beli ini
  • Bagaimana kalau kita traveling
  • Bagaimana kalau kita berbisnis ini

Uang Saya dan Uang Kamu adalah Uang Kita Bersama
Ketika saya mulai berbisnis, maka orang pertama yang saya ajak untuk mendampingi dalam mengembangkan usaha adalah istri saya sendiri. Bukan lantaran tidak mampu bayar gaji karyawan, tapi istri adalah orang yang dapat dipercayai luar dalam. Orang yang memahami kita dan dapat dipercayai seratus persen. Sosok yang mustahil akan mengkhianati diri kita. Saya bertindak selaku direktur utama dan istri saya sebagai komisaris dan sekaligus memegang keuangan perusahaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun