Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Hindari Kebocoran Keuangan dari Hal yang Tampak Sepele

24 Agustus 2017   09:42 Diperbarui: 24 Agustus 2017   19:51 1352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Depositphotos

Mengawali Bisnis Jangan Langsung Mau Bergaya  Boss Besar

Kecuali mendapatkan warisan dalam jumlah miliaran rupiah,ya bolehlah begitu mulai berbisnis,langsung bergaya Boss besar. Beli gedung,bikin kantor yang wah. Gaji sekretaris cantik ,karyawan beberapa orang,beli kendaraan baru dan semua asesoris yang dapat menunjang penampilan sebagai Boss besar.Akan tetapi bilamana baru mulai usaha dengan modal pas pasan, apalagi masih perlu ditunjang dengan pinjaman uang dari mertua,maka janganlah buru buru bergaya. 

Rancanglah dengan seksama dan sehemat mungkin. Apalagi dizaman milenial ini,tidak musti berkantor di jalan utama.Bisa saja ruangan dirumah sendiri,dijadikan kantor.Apalagi kalau perusahaan kita bergerak dibidang jasa .Kalau sudah mulai berhasil dan keuangan perusahaan sudah memadai,barulah melangkah lebih jauh.

Bilamana perusahaan yang digeluti ,adalah dibidang produksi,maka tentu perlu gudang yang terpisah dari rumah tinggal kita,sehingga kehidupan privacy anggota keluarga yang lain tidak terganggu.Dan sebagai pemilik usaha,jalan terbaik adalah kita ikut serta dalam mengawasi bidang produksi .Karena dengan demikian,kita tahu persis apa yang mereka kerjakan dan apa saja kesulitan yang dihadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Kalau sudah berjalan dengan baik,barulah kita dapat menyerahkan bagian produksi kepada karyawan yang mengerti dan bertanggung jawab.

Penghematan Disegala Bidang

Hancurnya perusahaan atau gagalnya sebuah perusahaan yang baru berdiri,sebagian besar adalah karena kebocoran dalam pengeluaran. Yang mungkin dianggap kecil dan sepele,tapi ternyata berpotensi merongrong keuangan perusahaan.

Sebagai contoh :

Untuk mengirim barang,biasanya Pembeli akan menentukan beberapa syarat .Salah satunya adalah :"Packing with  double gunny " dan "Nett Weight 100 Kg" . Nah,dalam dua hal ini saya  :"new gunny" berarti kita boleh menggunakan karung goni bekas didalamnya dan diluarnya karung goni baru. Ada selisih harga yang lumayan.Karena yang dikirim bukan 10 -20 karung,tapi ratusan goni. Kemudian penimbangan barang harus benar benar jeli .Jangan berlebih dan jangan sampai kurang. Kalau karena kecerobohan dari karyawan digudang,sehingga masing masing karung ada  kelebihan 1 atau 2 ons,bayangkan berapa kg akan terkirimkan secara gratis kepada Pembeli.

Dan sebaliknya kalau kurang,maka Pembeli akan mengklaim,jumlah yang kurang dengan harga yang kita jual kepadanya. Karena itu,perlu ditimbang terlebih dulu 2 lembar karung goni yang akan digunakan sebagai packingnya.jangan lupa bahwa karung goni bekas -pasti akan lebih berat sekitar 1 ons dibandingkan karung goni baru. Kalau goni baru beratnya 1,1 kg,maka karung bekas beratnya adalah 1,2 kg. Jadi total berat karung adalah 1,1 +1,2 = 2,3 Kg.Maka setelah diisi dengan kopi atau barang lainnya,Brutonya seharusnya : 100 + 2,3 Kg= 102 ,3 Kg.

Merk Pada Karung Goni

Merk yang harus di tulis di karung goni,tentu harus sesuai dengan permintaan dari Pembeli. Karena Pembeli di Singapore belum tentu membeli untuk perusahaannya sendiri.Bisa jadi langsung menjualnya kepada Pembeli lainnya.Maka perlu pengawasan ketat,agar jangan sampai salah menuliskan merk di karung. Biasanya di buat cetakan merk dari seng yang dipahat,agar seragam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun