Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Jangan Tinggalkan Kami

6 Mei 2020   22:00 Diperbarui: 6 Mei 2020   22:11 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Opsi wong sekampong Mukidi sederhana saja. Hanya 3 suku kata.  

"Jangan Tinggalkan Kami" 

Maestro M tersipu malu bercampur sendu. Begitu besar harapan mereka agar diikutkan mudik.  Tahun tahun lalu walau dengan segala keterbatasan rombongan mampu mencarter bus. 52 orang menikmati fasilitas gratis plus 3 nasi bungkus selama perjalanan. 

Tahun ini bukan Mr M tidak mampu mencarter bus tetapi larangan mudik dari pemerintah itulah yang menjadi halangan. Pulang kampong bukan sekedar mudik di musim lebaran tetapi seperti ada kekuatan magis menarik perantau. Rasanya seperti ada yang hilang disepotong kehidupan ketika tidak sungkem ke si Mbok. 

Campur aduk perasaan Mukidi mamandang karton bertulisan " jangan tinggalkan kami". Sebegitu   besar harapan teman sepertinya andalan terakhir agar bisa mudik ditumpukan kepadanya. 

Sebenarnya seperti sudah diniatkan dan tertulis di proposal mudik Mukidi diam diam mau jalan sendiri. Jalan kaki adalah pilihan utama setelah menggunakan analisa SWOT.

Namun apa lacur rencana tersebut bocor. Teman sekampong tampaknya tidak peduli mau jalan kaki keq mau ngesot pokoknya mudik dibawah pimpinan komando Mukidi. 

Mukidi pusing tujuh keliling mencari solusi. Satu hal pasti dia tidak tega sampai  mengecewakan teman sekampong seperjuangan diperantauan ibukota. 

Sementara itu beberapa modus sukses mudik di terimanya atas budi baik tante yahoo. Ada perantau naik angkot dari satu kota ke kita lain. Syaratnya tidak membawa koper besar dan bawaan oleh oleh. 

Melenggang saja tangan kosong sambung menyambung naik angkot sehingga dianggap warga setempat dan pasti tidak curigai petugas sebagai orang mudik. Memang perjalanan agak merepotkan dan melelahkan tetapi lebih baik dari pada tidak pulang kampong. 

Ada juga modus mudik pura pura sakit terus carter ambulans. Lancar  sampai di kampong. Pak petugas tampaknya  segan menghentikan sirene ambulance. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun