Mohon tunggu...
Terry Sie
Terry Sie Mohon Tunggu... -

Male

Selanjutnya

Tutup

Nature

Manusia Tidak Pernah Mendarat di Bulan?

30 Agustus 2013   13:39 Diperbarui: 4 April 2017   18:07 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pendaratan Manusia di Bulan

Dimulai pada tahun 1957, Rusia (waktu itu Uni Sovyet) memulai sebuah perlombaan teknologi ruang angkasa dengan menerbangkan Sputnik dan melanjutkan misi tersebut pada tahun 1961 dengan mentahbiskan Yuri Gargarin sebagai manusia pertama yang berhasil terbang di atas orbit Bumi dengan menggunakan pesawat Vostok I. Sejarah mencatat, Uni Sovyet adalah bangsa pertama yang berhasil menggapai ruang angkasa. Naluri kebangsaan Amerika Serikat sebagai Negara Super Power terusik. Seperti kita ketahui, Amerika Serikat (USA) dan Rusia (Uni Sovyet) saling bersaing di bidang teknologi dan saling melacarkan “Perang Dingin”. Merasa tertinggal selangkah, Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy merasa perlu membalas keberhasilan Uni Sovyet dengan program yang lebih spektakuler. Pada tahun 1961, Presiden John F. Kennedy mengumumkan program Apollo dengan tujuan untuk mendaratkan manusia di Bulan. Sebuah proyek yang sangat ambisius dengan nilai uang yang sangat besar di masa itu (US$ 20 Milyar). Rencana tersebut disetujui oleh Konggres Amerika Serikat dengan tujuan menunjukkan kepada dunia kehebatan mereka dalam penjelajahan antariksa. Genderang perlombaan Space Race Tecnologies pun telah dimulai, dengan target yang lebih besar lagi yaitu Bulan.

Hanya dalam waktu 9 tahun sejak program ini diresmikan, tepat pada tanggal 20 Juli 1969, Apollo 11 dikabarkan telah mendarat di Bulan. Neil Armstrong dan Edwin Aldrin ditahbiskan menjadi astronaut pertama yang menjelajah permukaan Bulan. Sebuah prestasi yang sangat luar biasa atas nama peradaban umat manusia di seluruh dunia. Perjalanan menuju Bulan adalah perjalanan terjauh yang pernah dilakukan oleh umat manusia. Dengan jarak tempuh 384.400km (768.800km pulang pergi), misi tersebut berhasil diselesaikan dalam waktu 195 jam (16 Juli 1969-24 Juli 1969) tanpa melakukan pengisian bahan bakar ulang.

Histeria dan euphoria massal melanda dunia. Masyarakat Internasional tercenggang atas prestasi yang berhasil dicapai NASA. 600 juta manusia menjadi saksi dalam peristiwa tersebut yang disiarkan melalui radio dan televisi. Berbagai lontaran kekaguman, seremonial dan diskusi diselenggarakan untuk menyambut keberhasilan misi tersebut. Melihat dari sisi pencapaian teknologi, Apollo 11 dianggap sebagai puncak keberhasilan teknologi roket (Saturn V) yang berhasil membawa awak manusia keluar dari orbit Bumi dan mendarat di permukaan Bulan. Tidak hanya sampai disitu saja, NASA kembali mengirimkan program  Apollo 12, 14, 15, 16 dan yang terakhir Apollo 17 yang menjadi wahana terakhir yang dapat mendarat di Bulan pada tahun 1972.

Teori Konspirasi

Teori ini muncul di Amerika Serikat pada tanggal 20 Juli 1969, justru pada saat Apollo 11 dinyatakan telah mendarat di Bulan. Telaah kritis mulai dikembangkan ketika foto-foto pendaratan Apollo 11 disebarluaskan melalui media cetak. Berbagai rekaman video di Bulan menjadi bahan perdebatan menarik tanpa henti. Tantangan pembuktian yang dilontarkan generasi Baby Boomers terhadap NASA menimbulkan gejolak berkepanjangan. Hal ini dikarenakan generasi baru Amerika Serikat menginginkan pembuktian terbaru. Pertanyaan: “MENGAPA NASA TIDAK SANGGUP LAGI UNTUK MENGIRIMKAN MANUSIA KE BULAN?” menjadi sebuah lagu wajib kaum muda yang kritis dan bergema hingga kini.

NASA seolah berusaha mengacuhkan beragam pertanyaan yang dikirim setiap hari melalui e-mail dan lainnya dengan mencoba mengalihkan perhatian melalui pembuatan program ruang angkasa baru termasuk rencana untuk mengeksplorasi planet Mars. Berbagai ketidakmengertian melanda banyak pengamat dan generasi muda yang menaruh minat terhadap proyek-proyek NASA. Salah satu pertanyaan yang menarik adalah “Mengapa NASA hingga tahun 2000 hanya sanggup untuk mengirimkan astronaut mereka untuk melayang di orbit Bumi dengan pesawat ulang-aliknya? Mengapa mereka tidak sanggup lagi untuk mengirimkan pesawat berawak keluar dari orbit Bumi?” Artinya, setelah pendaratan Apollo 17, pesawat-pesawat berawak (Chalengger, Colombia, Discovery) buatan NASA tidak sanggup untuk mengudara melebihi batas 1000 mil (1609km) dari permukaan Bumi. Bandingkan dengan pernyataan NASA bahwa mereka telah mencapai Bulan pada tahun 1969 dengan roket berawak yang jaraknya dari Bumi lebih dari 350.000km!

Bulan

Bulan, adalah benda angkasa yang terdekat dengan Bumi, satelit abadi yang setia menemani umat manusia menikmati kegelapan malam dalam mengarungi galaksi yang mahaluas. Bulan melakukan orbit penuh mengitari bumi setiap 27,5 hari. Dengan waktu rotasi yang sama mengakibatkan kita hanya dapat satu sisi permukaan Bulan yang menghadap ke Bumi. Manusia baru mendapatkan sisi gelap Bulan yang tidak pernah dilihat umat manusia ketika Amerika Serikat mengirimkan pesawat tanpa awak (space probe) yang mengirimkan foto-foto permukaan Bulan pada tahun 1959.

Kini, tiba saatnya kita bersama-sama melangkah pada pembahasan yang berisi tentang teori konspirasi. Anda saat ini akan memasuki sebuah pemahaman tentang teori konspirasi sesungguhnya. Cobalah membuka cakrawala berpikir secara logika dan menghilangkan barikade yang membentengi kerasnya hati. Saatnya mencoba menerima pendapat yang berbeda, menganalisis dan mencari sudut positif dari perbedaan tersebut. Pada saat penulis mencoba menyusun buku ini, berbagai analisis dan logika bertemu menjadi sebuah pemikiran. Penjelasan ini lebih bersifat analisis ringan yang ‘menyehatkan’, mencoba tidak membuat Anda ‘berkerut’ tetapi membuka sisi pandang yang berbeda.

Selama 30 tahun lebih setelah pendaratan manusia di Bulan, NASA tidak dapat lagi melanjutkan program pendaratan ke Bulan. Padahal, ilmuwan roket Von Braun sejak dari era Apollo telah meramalkan bahwa di tahun 2000, akan ada kemungkinan manusia melahirkan bayi pertama kali di Bulan. Impian Braun ternyata tidak kesampaian, hingga saat ini NASA tidak pernah lagi bisa membuktikan teknologi mereka menjangkau jarak 350.000 km dari atas Bumi. Proyek penerbangan antariksa terakhir yang terkenal dengan program pesawat ulang-alik, yang telah berumur 20 tahun, ternyata tidak ada yang mampu menyamai kehebatan proyek Apollo. Pesawat-pesawat ruang angkasa berawak terhebat Amerika Serikat di Era 1980-2000 hanya dapat mencapai ketinggian orbit Bumi, 1/200 pencapaian jarak yang ditempuh Apollo. Apa yang terjadi? Apakah NASA telah kehilangan semangat? Atau memang mereka tidak pernah mencapai Bulan? Berbagai kecurigaan dan tantangan datang bertubi-tubi diarahkan ke Badan Antariksa terbesar di dunia itu. NASA mencoba untuk tidak menanggapi hal itu, mereka malah memutuskan untuk membuat program spektakuler lainnya: Rencana pendaratan manusia di Planet Mars!

Planet, Bulan dan Radiasi

Berpergian ke ruang angkasa dengan tujuan melakukan perjalanan jarak jauh mempunyai resiko yang sangat tinggi. Bahaya radiasi terbesar didapat dari ‘Sabuk Radiasi Van Allen’ (Radiasi yang terdiri dari Radiasi Matahari, Radiasi Kosmis, Panas dan Suhu Tinggi). Tinggal di dalam lingkungan Bumi yang terkondisi dan dilindungi oleh atmosfer adalah pilihan pertama dan terakhir umat manusia. Pilihan untuk keluar dari orbit Bumi dan menjelajahi ruang angkasa seperti yang diimpikan dan divisualisasikan dalam film Star Trek hampir mustahil dilakukan bahkan dengan ternologi terkini yang ada.

Bayangkan betapa panas dan tidak nyamannya lingkungan di Bulan! Kita mengetahui bahwa permukaan Bulan tidak dilindungi atmosfer. Artinya, tidak ada kelembaban, udara dan lapisan pelindung yang menghambat jatuhnya sinar matahari ke Bulan. Mungkin kondisinya mirip dengan padang pasir atau Gurun Sahara, tetapi tidak ada udara maupun air sedikitpun istilah lainnya kering kerontang. Kondisi di Bumi sangatlah berbeda, panas Sinar Matahari berkurang sepersekian kali lebih rendah dibandingkan panas Sinar Matahari di Luar Orbit Bumi.

Pada ruang hampa udara, efek panas yang luar biasa sangat membahayakan kehidupan. Panas dalam ruang hampa udara akan lebih lama bertahan karena sulit dinetralisir dan diserap oleh lingkungan sekitar. Anda pernah mengamati tabung termos di rumah? Perhatikan, air panas akan bertahan lama dalam tabung hampa udara!

Pergerakan Panas

Panas didefinisikan sebagai getaran molekul dalam suatu kejadian. Semakin cepat molekul bergerak, semakin tinggi suhu yang dihasilkan. Sebaiknya, semakin lambat molekul bergerak, semakin rendah suhunya. Pada ruang hampa udara, kecepatan pesawat dan segala hal yang bergerak akan bergerak lebih cepat karena tidak adanya hambatan udara dan factor-faktor resistensi gerak lainnya. Dalam ruang hampa, kecepatan gerak tidak terpengaruh oleh iklim, cuaca dan segala kondisi seperti yang terjadi di Bumi. Kondisi hampa udara adalah kondisi dimana tidak ada satu pun molekul. Ruang hampa adalah insulator (penahan panas) yang sempurna. Hal ini yang menerangkan mengapa botol termos digunakan untuk menyimpan panas dan menjaga temperature di dalamnya lebih lama

Ruang angkasa tidaklah panas ataupun dingin. Objek yang memanas akibat radiasi tidak dapat didinginkan oleh ruang angkasa. Objek yang terkena radiasi panas matahari harus dihindarkan dari pengaruh penyinaran untuk menurunkan temperaturnya. Pada ruang hampa, sebuah objek yang terletak di ruang hampa dan mendapatkan panas akibat radiasi sinar matahari akan sukar didinginkan walaupun matahari tidak bersinar lagi!

NASA bersikeras bahwa pakaian astronaut yang dikenakan para awak Apollo cukup menahan radiasi matahari karena “Air Conditioned”. Tetapi tunggu dulu, AC dalam bentuk apapun tidak akan bekerja jika tidak ada system pembuangan panas! Jika pakaian astronaut yang diklaim NASA mampu melakukan hal tersebut, dipastikan para astronaut akan kehabisan oksigen karena oksigen yang mengalir dalam pakaian tersebut akan terbuang melewati system pembuangan panas. Dalam suatu system pembuangan panas, terjadi perpindahan panas yang dikumpulkan dalam sebuah medium seperti Freon (pada AC) dan dipindahkan ke tempat lain (dibuang keluar). Namun, untuk membuang panas di pakaian astronaut tidak dapat dilakukan karena AC tidak dapat bekerja di ruang hampa udara!

NASA juga mengklaim bahwa pakaian astronaut didinginkan dengan menggunakan system aliran air yang dipompakan mengelilingi badan astronaut. System tersebut dikendalikan dari ransel besar yang dibawa oleh setiap astronaut. NASA mengklaim bahwa air yang disemprotkan melalui system tersebut dapat menimbulkan lapisan es. Lapisan es tersebut ‘diharapkan’ dapat menyerap panas dan membuangnya keluar? Ada beberapa masalah disini yang tidak dapat dijelaskan, jika diketahui bahwa panas di Bulan adalah 265F (titik didih air 212F setara dengan 100C), dipastikan pakaian astronaut tidak akan mampu menahannya. Masalah lainnya, astronaut melakukan ‘tugasnya’ di permukaan Bulan (katanya) rata-rata selama 2 jam! Kita dapat membuat percobaan sendiri jika memanaskan air sekitar 10 liter dengan titik didih 212F (setara 100C), dapat dipastikan bahwa air tersebut akan menguap tidak sampai 2 jam! Lalu apa yang terjadi dengan astronaut tersebut? Secara logika para astronaut tersebut akan mati terpanggang walaupun jika baju mereka dilengkapi dengan AC, tapi ingat bahwa mengunakan AC pada ruang hampa udara tidak dapat dilakukan karena tidak terjadi pertukaran antara kondisi di dalam pakaian dengan kondisi Bulan.

Teori Tabung Termos secara sederhana menerangkan bahwa panas adalah sesuatu yang dapat bertahan lama pada ruang hampa udara. Agar dapat melakukan perjalanan ruang angkasa, diperlukan cadangan air berton-ton sebagai pendingin mesin (seperti air radiator di mobil). Namun dalam kenyataanya, tidak ada literature yang menyebutkan bahwa Apollo menggunakan air dalam jumlah banyak untuk melindungi mesin dan badan pesawat dari panas.

Sumber: Manusia Tidak Pernah Mendarat di Bulan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun