Mohon tunggu...
Teguh Adi
Teguh Adi Mohon Tunggu... Wiraswasta - berpikirlah maka akan hidup

saya berpikir maka saya ada by Rene Descartes dan salah satu hasil dari berpikir adalah menulis

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Barter Sukhoi Su 35 Bukti Kekayaan Alam Kita

10 Agustus 2017   12:59 Diperbarui: 10 Agustus 2017   13:08 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pemerintah berencana melakukan peremajaan Alutsista TNI, salah  satunya dengan melakukan penjajakan ke Rusia untuk membeli 11 Pesawat Su  35. Lawatan Mendag Enggartiasto Lukita pada 3-5 Agustus 2017 lalu ke  Rusia untuk memuluskan rencana pembelian Su 35 sekaligus mengisyaratkan  bahwa pemerintah lebih memilih Sukhoi dibandingkan beberapa pesawat yang  sempat ramai dibicarakan seperti, Gripen, Falcon, dan Rafale dari  Prancis. Rencananya, Su 35 akan menggantikan pesawat F 5 yang sudah  uzur, dengan penggantian ini diharapkan tidak hanya meremajakan  alutsista tapi juga menambah kegarangan dan kemampuan TNI untuk terus  menjaga kedaulatan NKRI.

Perbincangan terkait pembelian Su 35 yang  akan dilakukan oleh pemerintah, lebih kepada cara pembeliannya yang  dianggap oleh orang awam sebagai pembelian yang tidak biasa dimana  pemerintah membeli 11 unit pesawat tersebut dengan jalan imbal dagang  atau Barter. dibelinya Su 35 dengan proses barter ini dianggap tidak  biasa, padahal menurut Menko Polhukam Wiranto "timbal balik pembelian  pesawat Sukhoi SU-35 dari Rusia dengan sejumlah komoditas telah  dilakukan sejak lama", beliau menambahkan bahwa 'sejak menjadi Panglima  TNI pada 1998 sudah memberlakukan hal itu.  Komoditasnya macam-macam  sesuai dengan penjual atau pihak ketiga,"  katanya.

Pembelian  dengan cara Barter memang bukan suatu hal baru bagi kita, bahkan  Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pernah melakukan penjualan  pesawat dengan cara barter. Pada tahun 1996 tercatat IPTN pernah barter 2  unit pesawat CN 235 dengan 110 ribu ton beras ketan dari Thailand.  Banyak cibiran yang diterima IPTN waktu itu bahkan ada yang menyebut  IPTN sebagai Industri Pertanian Tanpa Nanam dan menganggap produk IPTN  itu buruk, tapi apa pun itu pesawat kita terjual bahkan sekarang kita  dapat melihat bahwa pemerintah kita mampu membeli 11 pesawat Sukhoi Su  35 dengan cara barter dengan kopi, karet, minyak kelapa, dan teh. 

Dengan  pembelian ini kita apa kita menganggap bahwa pesawat Sukhoi Su 35 itu  buruk? inilah bedanya orang Indonesia dengan orang Rusia atau orang  eropa lainnya mereka tidak merasa sakit hati produknya di tukar dengan  hasil kebun, meskipun memang tidak semua negara bisa menerima pembelian  dengan cara barter namun hal itu bukan karena mereka sakit hati tapi  lebih kepada komoditas yang dipertukarkan tidak sesuai.

Hal lain  yang dapat kita tangkap dari pembelian dengan sistem barter ini  diantaranya adalah komoditas non migas kita memiliki kualitas yang baik,  selain itu juga menunjukan kekayaan alam Indonesia. Hanya dengan  sedikit saja hasil kebun kita bisa membeli pesawat, bayangkan jika kita  mampu mengolah komoditas tersebut dengan lebih baik dan tidak menjualnya  sebagai barang mentah, itu bisa menjadikan negara kita jauh lebih  makmur. 

Selain komoditas yang dianggap seimbang untuk menebus 11 pesawat  Sukhoi buatan Rusia, alam kita masih sangat kaya kita punya biji pala,  kayu manis, cengkeh, dan masih banyak lagi hasil kebun yang kita miliki.  Andai saja kita mampu lebih kreatif untuk mengolahnya, maka jangankan  11 unit pesawat Sukhoi, 100 pesawat pun mampu kita beli dari hasil  eksport komoditas yang tentunya sudah kita olah bukan dalam bentuk  barang mentah.

Saya secara pribadi mengapresiasi kemampuan  pemerintah Indonesia yang mampu melakukan negosiasi dagang untuk menukar  Sukhoi dengan komoditas perkebunan kita, tapi saya akan lebih  mengapresiasi pemerintah jika mampu mengolah kekayaan alam kita sehingga  tidak hanya dikenal sebagai negara eksportir bahan mentah, mari kita olah dan kita tingkatkan nilai jual hasil kekayaan alam kita sebagai  wujud syukur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun