Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Woww… Barangnya Gede Banget?

17 Januari 2016   14:06 Diperbarui: 16 Mei 2016   07:57 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Wowww, barangnya gede banget”.
Kamu jangan berpikiran jorok, jangan porno ya.
Itu dialog seseorang yang dapat kiriman hadiah, terbungkus kardus besar. Gak nyangka, kalo kadonya besar banget. “Kulkas 2 pintu”. Pantes gede banget, ekspresi yang boleh-boleh saja dong. Saking senengnya bilang, “Woww..barangnya gede banget”.

[caption caption="Woww, barangnya gede banget. AMBIGU"][/caption]

Contoh lain lagi, ada yang bilang "lihat barang elo dulu dong”. Apakah kamu masih berpikiran jorok? Jangan gitu dong. Itu kan cuma dialog 2 orang yang lagi transaksi jual beli online. Lagi nawarin handphone yang masih baru tapi gak kepake. Ditawarin ke temennya, ya wajar dong mau lihat barangnya dulu.

Woww… barangnya gede banget.
Entah kenapa, orang kita kalo denger kata "barang", konotasinya langsung jorok atau jelek. “Barang” dipersepsi banyak orang seolah pornografi. Padahal menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kata “barang” itu berarti benda umum, semua perkakas, muatan. Jadi, kata “barang” gak ada hubungan sama sekali dengan selangkangan. Kamu tuh ya, jorok banget pikirannya.

Ini soal bahasa kita doang kok. Kamu tahu gak kata “kemaluan”?
Kata dasarnya adalah “malu” yang artinya merasa tidak enak hati. Malu itu kata sifat. Cuma setelah mendapat imbuhan “ke-an” jadi “kemaluan” yang berarti “alat kelamin”, di samping ada juga arti lain “mendapat malu” atau “hal malu”. Terus terang, kata “malu” kemudian jadi “kemaluan” agak ambigu. Dari kata sifat menjadi kata benda yang artinya tidak senonoh.

Padahal ada kata lain, seperti: kemarahan, kesedihan, kesenangan, kebahagiaan, kebanggaan. Semua kata itu juga kata dasarnya kata sifat marah, sedih, senang, bahagia, bangga. Tapi ditambah “ke-an” tetap menjadi kata benda yang senonoh.

Ahh sudahlah, itu cuma soal bahasa. Bahasa yang AMBIGU. Bahasa yang bermakna ganda, bahasa yang dipersepsikan berbeda. Bahasa mah emang gitu, suka bikin bingung. Bikin beda pemahaman.

AMBIGU, gak cuma bahasa doang kok.
Manusia juga banyak yang ambigu. Gak jelas antara sedih atau malah gembira. Lihat aja kejadian teror di Thamrin lalu. Ada teror, ada bom, malah ditonton. Keadaan bahaya malah foto-foto. Polisi lagi kerja, yang diliatin malah ganteng-nya ama pakaiannya. Korban berjatuhan bukan didoain, malah ngebahas tukang sate, tukang mangga, tukang go-jek. Sungguh, manusia-manusia itu ambigu; bahkan cenderung aneh. Makin banyak manusia ambigu.

AMBIGU kamu. Ngakunya wakil rakyat tapi malah menghancurkan kepercayaan rakyat. Bilangnya cinta tapi malah menyakiti. AMBIGU sekali. Lain di mulut, lain di hati, lain pula di perilaku.

AMBIGU kamu.
Pagi sampe siang ngumpul ketawa-ketawa gak berhenti. Giliran malam nangis.
Pagi sampe siang doyan ke tempat rame. Giliran malam sok kesepian.
Pagi sampe siang makan melulu. Giliran malam bilang kelaparan.
Sungguh, kamu itu ambigu. Gak jelas yang dituju, gak jelas yang dimau. Kamu.

AMBIGU, kamu itu.
Dulu gak punya kerja, gak punya uang sedih. Sekarang udah punya uang, udah sukses masih bilang capek dan gak bahagia. Gak bersyukur. Lagian sok tahu banget kamu ya? Emang bahagia itu apa sih ?

AMBIGU, kamu itu.
Katanya “sedikit bicara banyak bekerja, tapi sedikit bekerja malah tidak bisa bicara”.
Katanya “ketawa itu menyehatkan, tapi ketawa berlebihan dibilang menyudutkan”.
Katanya, “bahagia itu ada pada diri kamu, tapi kamu nyari bahagia pada orang lain”.
Aneh dan ambigu, kamu itu.

Wowww… barangnya gede banget. Kalimat itu sama ambigu-nya dengan kamu.
Gak usah deh AMBIGU berkepanjangan. Sudahilah menjadi orang yang ambigu.
Seremm … lama-lama warna "putih" dibilang "hitam" lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun