"Wowww, barangnya gede banget”.
Kamu jangan berpikiran jorok, jangan porno ya.
Itu dialog seseorang yang dapat kiriman hadiah, terbungkus kardus besar. Gak nyangka, kalo kadonya besar banget. “Kulkas 2 pintu”. Pantes gede banget, ekspresi yang boleh-boleh saja dong. Saking senengnya bilang, “Woww..barangnya gede banget”.
[caption caption="Woww, barangnya gede banget. AMBIGU"][/caption]
Contoh lain lagi, ada yang bilang "lihat barang elo dulu dong”. Apakah kamu masih berpikiran jorok? Jangan gitu dong. Itu kan cuma dialog 2 orang yang lagi transaksi jual beli online. Lagi nawarin handphone yang masih baru tapi gak kepake. Ditawarin ke temennya, ya wajar dong mau lihat barangnya dulu.
Entah kenapa, orang kita kalo denger kata "barang", konotasinya langsung jorok atau jelek. “Barang” dipersepsi banyak orang seolah pornografi. Padahal menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kata “barang” itu berarti benda umum, semua perkakas, muatan. Jadi, kata “barang” gak ada hubungan sama sekali dengan selangkangan. Kamu tuh ya, jorok banget pikirannya.
Ini soal bahasa kita doang kok. Kamu tahu gak kata “kemaluan”?
Kata dasarnya adalah “malu” yang artinya merasa tidak enak hati. Malu itu kata sifat. Cuma setelah mendapat imbuhan “ke-an” jadi “kemaluan” yang berarti “alat kelamin”, di samping ada juga arti lain “mendapat malu” atau “hal malu”. Terus terang, kata “malu” kemudian jadi “kemaluan” agak ambigu. Dari kata sifat menjadi kata benda yang artinya tidak senonoh.
Padahal ada kata lain, seperti: kemarahan, kesedihan, kesenangan, kebahagiaan, kebanggaan. Semua kata itu juga kata dasarnya kata sifat marah, sedih, senang, bahagia, bangga. Tapi ditambah “ke-an” tetap menjadi kata benda yang senonoh.
Ahh sudahlah, itu cuma soal bahasa. Bahasa yang AMBIGU. Bahasa yang bermakna ganda, bahasa yang dipersepsikan berbeda. Bahasa mah emang gitu, suka bikin bingung. Bikin beda pemahaman.
AMBIGU, gak cuma bahasa doang kok.
Manusia juga banyak yang ambigu. Gak jelas antara sedih atau malah gembira. Lihat aja kejadian teror di Thamrin lalu. Ada teror, ada bom, malah ditonton. Keadaan bahaya malah foto-foto. Polisi lagi kerja, yang diliatin malah ganteng-nya ama pakaiannya. Korban berjatuhan bukan didoain, malah ngebahas tukang sate, tukang mangga, tukang go-jek. Sungguh, manusia-manusia itu ambigu; bahkan cenderung aneh. Makin banyak manusia ambigu.
AMBIGU kamu. Ngakunya wakil rakyat tapi malah menghancurkan kepercayaan rakyat. Bilangnya cinta tapi malah menyakiti. AMBIGU sekali. Lain di mulut, lain di hati, lain pula di perilaku.
AMBIGU kamu.
Pagi sampe siang ngumpul ketawa-ketawa gak berhenti. Giliran malam nangis.
Pagi sampe siang doyan ke tempat rame. Giliran malam sok kesepian.
Pagi sampe siang makan melulu. Giliran malam bilang kelaparan.
Sungguh, kamu itu ambigu. Gak jelas yang dituju, gak jelas yang dimau. Kamu.
AMBIGU, kamu itu.
Dulu gak punya kerja, gak punya uang sedih. Sekarang udah punya uang, udah sukses masih bilang capek dan gak bahagia. Gak bersyukur. Lagian sok tahu banget kamu ya? Emang bahagia itu apa sih ?
AMBIGU, kamu itu.
Katanya “sedikit bicara banyak bekerja, tapi sedikit bekerja malah tidak bisa bicara”.
Katanya “ketawa itu menyehatkan, tapi ketawa berlebihan dibilang menyudutkan”.
Katanya, “bahagia itu ada pada diri kamu, tapi kamu nyari bahagia pada orang lain”.
Aneh dan ambigu, kamu itu.
Wowww… barangnya gede banget. Kalimat itu sama ambigu-nya dengan kamu.
Gak usah deh AMBIGU berkepanjangan. Sudahilah menjadi orang yang ambigu.
Seremm … lama-lama warna "putih" dibilang "hitam" lagi.