Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Emang Kita Tahu Banyak...??

7 Maret 2015   22:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:00 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1425742604968535738

Maaf nih mau tanya. Emang kita tahu banyak apa dikit sih?

Tentang apa? Tentang segala hal yang TV, di koran, di mana aja.

Syukurlah kalo kita tahu banyak. Emang sebanyak apa yang kita tahu? Semuanya dari A sampai Z. Ngerti dari dulu sampe sekarang. Hebat dong. Selamat ya, kalo tahu banyak.

[caption id="attachment_401411" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber; Pribadi - Gak Tahu Banyak"][/caption]

Emangnya kenapa kalo kita tahu banyak?

Ya gak kenapa-kenapa. Suka bingung aja. Banyak orang komentarin si Ahok, si DPRD. Sampe si Presiden. Dikulitin abis, ini salah itu salah. Apalagi sampe nyinyir, kayak punya dendam pribadi. Padahal kenal juga kagak. Kata kita, harusnya gini, harusnya gitu. Kok gini, gitu. Itu mah orang puyeng namanya.

Kalo ada “dana siluman”, mungkin juga di antara kita banyak “komen siluman”. Ya, siluman. Gak jelas, dari mana dan untuk apa. Karena kita merasa tahu banyak.

Emang kita tahu banyak? Gak lah. Kita ini, sungguh, tahu cuma sedikit saja. Tidak banyak. Hanya gaya dan cara kita menyampaikan “sedikitnya” kita seperti tahu “banyak”. Itu cuma gaya dan cara kita doang. Aslinya sih, kita gak tau banyak kok. Tentang apa saja, tentang apapun. Sungguh deh, kita gak tau banyak kok. Sangat-sangat terbatas.

Lalu, mengapa kita seolah tahu banyak di segala hal?

Entahlah. Mungkin, ini saat yang tepat untuk kita introspeksi diri. Kita memang pandai menghitung salah dan khilaf orang lain. Tapi kita sedikit sekali menghitung salah dan khilaf diri sendiri. Jarang muhasabah. Cuma bisa nyuruh orang lain yang muhasabah, mengukur diri sendiri.

Manusia, dimanapun, sebenarnya gak tahu banyak. Cuma kadang sok tahu aja. Istilahnya, kita suka terlalu PD alias percaya diri. Komen banyak tentang Presiden, tentang orang lain. Lagaknya kayak yang ngelahirin aja. Ibu kita yang ngelahirin aja kadang suka lupa manggil nama anak-anaknya. Lha, kita ngomongin negara, ngomongin Presiden, ngomongin Gubernur kagak ada abisnya. Sok tahu banyak. Padahal, tahunya cuma dikit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun