Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sepuluh Tahun Lagi Kita Kesepian, Awas "Post Parental Syndrome"

4 Oktober 2015   17:25 Diperbarui: 4 Oktober 2015   18:56 1658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sahabat, gimana sih cara kamu mengatasi kesepian? Iya kesepian. Alias sendirian.
Emang gak mudah buat kita untuk mengatasi kesepian. Sepi akibat sudah tua, di usia lanjut. Setelah gak bekerja dan gak produktif lagi. Wajar aja, Sri Sultan Hamengkubuwono X merasa “kesepian dan rindu” karena anak terakhirnya, GKR Hayu yang diboyong KPH Notonegoro ke Amerika untuk tinggal di sana. Sultan aja merasa kesepian. Apalagi kita kali ya?

Lha kok kesepian?
Ya, itu cuma istilah aja. Kesepian emang udah kodrat manusia. Bagi siapa pun, kan merasakannya. Waktu 9 bulan di kandungan juga sepi. Waktu kematian tiba juga sepi. Iya gak? Kalo gak percaya, coba duluan aja. Apalagi bagi kita, kamu yang sekarang umurnya sudah di atas 45 tahun. Usia yang tidak lagi muda, tapi juga belum tua banget. Orang sebut usia paruh tua. Saya, kamu, dan kita, 10 tahun lagi bakal kesepian. Karena memasuki era “post parental”, era setelah anak-anak dibesarkan dan akan meninggalkan kita. Karena mereka punya dunia sendiri, bisa sedang kuliah, bekerja atau udah menikah.

Agak dilematis sih, kalo di usia tua malah kesepian. Sepi karena sindrom “post parental”.
Ketika anak-anak kita masih kecil, kita giat bekerja dan berjuang untuk membiayai sekolah mereka. Mereka sangat butuh perhatian kita sebagai orang tua. Di rumah pun penuh kehangatan, ramai dan banyak romantika keluarga. Tapi ketika anak-anak kita sudah besar, sudah dewasa, mereka punya dunia sendiri. Entah karena kuliah, bekerja, atau sudah menikah. Cepat atau lambat, mereka akan meninggalkan kita. Karena punya dunia sendiri, dunia yang tidak lagi sama dengan kita. Itulah yang disebut “post parental”.

Memang, kita pantas bersyukur. Sudah mampu mengantar anak-anak ke gerbang kemandirian. Senang hati, karena anak-anak kita sudah besar, bekerja dan berkeluarga. Tapi sesudah itu gimana? Awas kena sindrom “post parental”. Orang tua yang kesepian, bukan karena sendirian. Tapi karena usia sudah tua, udah pensiun, udah tidak kerja lagi dan kondisi fisik sudah gak boleh yang berat-berat.

Kalo gitu kita gak kesepian dong?
Iya itu tadi, kesepian memang udah kodrat manusia. Dan sifatnya juga relatif. Kesepian akibat “post parental” lebih karena kita sudah tua dan anak-anak kita sudah punya dunia sendiri. Sepi di usia lanjut. Mungkin nanti, setelah pensiun. Kita akan lebih banyak ibadah. Ikut pengajian. Ngemong cucu. Nonton TV atau berkebun. Pokoknya semua yang baik-baik selagi usia tua, sudah dilakukan semua. Terus mau ngapain lagi?

Sahabat, hati-hati aja dengan sindrom “post parental”, sindrom setelah kita usai menjadi orang tua.
Post parental, keadaan yang gak bisa kita tolak. Pasti datang, cepat atau lambat. Tapi di masa “post parental”, kita sudah kehilangan masa menjadi orang tua karena anak-anak sudah besar. Mungkin juga sudah meninggalkan kita karena udah berkeluarga. Di post parental kita juga gak tahu, apakah suami atau istri kita masih bersama atau tidak? Semoga masih sehat semua agar bisa mendampingi hari tua kita hingga akhir hayat. Di post parental, kita akan dianggap sebagai kakek atau nenek, dianggap sudah usia lanjut alias tua banget. Di situlah, kita akan merasa kesepian. Karena dunia di dekat kita berubah, dan tidak lagi seperti dulu….

Post parental, masa yang pasti datang hanya tidak semua orang siap menerimanya. Merasa gak siap ditinggal anak-anaknya. Merasa gak siap, orang-orang di sekitarnya sudah kurang memperhatikannya lagi, sudah tidak sesuai dengan zaman nanti.

Post parental, apa pun harus disiapkan. Kita, ketika masa iti datang, gak perlu meneteskan air mata karena sedih. Gak usah menangis karena merasa kesepian. Gak usah terlalu banyak termenung. Apalagi sampe diam-diam menciumi pakaian anak-anaknya yang dulu masih kecil dan kini telah meninggalkannya. Di usia post parental, kita lebih baik banyak ibadah. Bersyukur atas anugerah Allah sambil mempersiapkan kematian yang khusnul khotimah, mati yang baik. Insya Allah, amin.

Jadi, apa yang harus dilakukan saat masa “post parental” tiba?
Hahaha gak ada referensi, apa yang harus kita lakukan. Justru kita harus bersiap dan mengenali bahwa masa tua itu sebentar lagi tiba. Kurang lebih 10 tahun lagi, kita sudah pensiun. Post parental pun tiba. Kita harus siap dan jangan banyak bersedih. Gak perlu menangis, gak perlu juga menuntut perhatian anak-anak kita. Karena kita dulu juga begitu kepada orang tua kita.

Di era “post parental” nanti, kita perlu banyak bersyukur. Selalu berpikir yang positif saja agar kesehatan tidak terganggu. Olahraga juga udah gak boleh yang berat-berat kok, paling jalan kaki aja. Rajin ibadah dan ikut pengajian. Sambil seminggu 2 kali telpon anak atau cucu kita.

Nah, ini yang penting.
Saat “post parental” kita juga gak boleh kehilangan dunia kita, dunianya orang tua. Untuk tetap bisa tertawa dan bercerita lucu. Untuk bisa bersosialisasi dengan teman sebaya, sesama orang tua. Jangan ama anak muda ya. Untuk tetap bisa rileks ngejalanin hobi atau bercurah perhatian dengan teman-teman, dengan sahabat ketika masa sekolah atau kuliah. Maka, jalin terus silaturahim dan persahabatan yang sudah ada saat ini. Bersama teman-teman, bersama sahabat kita di masa sekolah dulu. Karena pasti, mereka akan sama tua akan sebaya umurnya dengan kita. Di situlah, kita tidak akan kesepian di usia tua, tidak merasa sendirian di masa “post parental”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun