Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jovanka Mardova, Sahabat Pena, dan Filateli

29 Maret 2024   03:07 Diperbarui: 1 April 2024   09:37 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: perkumpulan filatelis Indonesia. (Foto: KOMPAS/LASTI KURNIA)

Dalam satu bulan ini, Kompasiana sepertinya gencar menaikkan topik pilihan. Selain kolaborasi dengan 4 (empat) pakar yang diprediksi baru akan turun setelah ramadan, topik pilihan dengan tema baru naik lebih cepat. 

Terbaru ada tema magang ke luar negeri, aman beramal dan pindah ke Jepang. Sayangnya, tema yang bertepatan dengan hari ini, hari filateli tidak ikut dinaikkan. 

Padahal tema ini adalah cikal bakal terjadinya komunikasi antar ruang dan waktu. Cara konvensional berkomunikasi sebelum kemunculan era media sosial. 

Di antara tahun 1995-1998, jauh sebelum platform media sosial semacam friendster, facebook, twitter atau instagram dikenal sebagai cara mencari dan mendapatkan pertemanan atau dating, banyak orang masih akrab dengan istilah sahabat pena. 

Sahabat pena mengacu pada makna orang yang saling tukar menukar surat untuk berteman dengan seseorang yang belum pernah ditemui sebelumnya. Lalu siapa Jovanka Mardova dan apa hubungannya dengan sahabat pena serta filateli? 


Jovanka Mardova merupakan salah seorang foto model dan pemeran atau aktris yang populer sejak tahun 1995-an. 

Wajah imut dan cantiknya kala itu kerap menghiasi berbagai cover majalah remaja hingga menjadi pembawa acara, bintang iklan dan bermain peran pada beberapa judul sinematografi. 

Lahir di tahun 1978 dari ayah keturunan Minangkabau dan ibu Slowakia-Tionghoa, dengan wajah blasteran tentu saja tidak bisa menafikan kecantikannya dari sudut pandang manapun. Terlebih popularitasnya yang juga sedang naik daun dan memiliki banyak fans. 

Buat saya pribadi, peran ikoniknya adalah ketika menjadi pendukung di sitkom Bajaj Bajuri sebagai Debby, salah seorang sahabat Oneng dalam kurun waktu 2002-2006.

Sumber gambar: instagram/jovanka Mardova/wowkeren.com
Sumber gambar: instagram/jovanka Mardova/wowkeren.com

Namun tidak seperti penggemar di masa sekarang, yang bisa sepuasnya dapat melihat foto dan video hingga berkomunikasi via media sosial pada idolanya, selain lewat majalah, acara televisi dan sinematografi, para penggemar hanya punya kesempatan komunikasi lewat kirim surat. Itupun dengan kemungkinan berbalas yang sangat kecil. 

Melalui kegiatan berkirim surat itulah para penggemar menyampaikan keinginan atau rasa suka pada tokoh idolanya. Begitu pula yang saya lakukan ketika itu. 

Berawal dari kegemaran berkirim surat kepada sahabat pena yang alamatnya didapat dari kolom-kolom sahabat pena di berbagai majalah dan surat kabar untuk menjalin pertemanan, pada masanya kegemaran itu merambah ke tokoh idola. 

Beberapa nama artis atau tokoh idola yang pernah saya kirimi surat di antaranya ada Cut Keke, Dina Lorenza, Jovanka Mardova, Maudy Wilhelmina, Desy Ratnasari, Lisa A. Rianto, Camelia Malik, Lia Waroka, Inneke Koesherawati, Mega Mustika, Karina Suwandi, Evi Tamala, Shopia Latjuba, Tamara Blezinsky, Puput Novel, Djaduk Ferianto, Butet Kertarajasa dan beberapa lainnya. 

Aktivitas berkirim surat dengan sahabat pena dan kepada artis atau tokoh idola tentu tidak terlepas dari kegiatan pembelian perangko berjenis definitif. Dari sinilah saya tahu bahwa pada zamannya, terdapat komunitas kolektor perangko atau biasa disebut komunitas filateli. 

Jenis perangko lainnya adalah perangko non definitif yang terdiri dari perangko istimewa, peringatan, amal dan prisma. 

Perangko jenis inilah yang sepertinya dikoleksi oleh para filatelis. Untuk memperingati perkembangan perangko nasional dari masa ke masa setiap tanggal 29 Maret ditetapkan sebagai hari filateli. 

Tentang filateli, saya lebih mengenalnya ketika salah seorang teman di Sekolah Menengah Atas (SMA) menunjukkan koleksi perangko dan bercerita soal bagaimana ia mendapatkan koleksi perangko dari berbagai belahan dunia yang dimilikinya. 

Sementara mengenai sahabat pena, dari sekian banyak sahabat pena yang saya punya dan pernah melakukan komunikasi melalui surat secara rutin, hanya satu orang sahabat pena yang pernah saya temui. Itu pun untuk pertemuan pertama dan terakhir kali lantaran saya kecewa dengan sebuah pengakuannya. Sejak itu pula saya berhenti berkirim surat pada sahabat pena. 

Demikianlah sekilas komunikasi penggemar kepada idolanya, dan komunikasi seorang teman pada teman penanya di masa lalu, hanya melalui surat-menyurat. 

Namun tanpa keberadaan perangko, interaksi sahabat pena dan aktivitas berkirim surat pada artis atau tokoh idola pada masa-masa itu tidak akan bisa berlangsung. Sebab perangko adalah denyut nadi kehidupan dalam korespondensi. Bagaimana dengan Jovanka Mardova? 

Seorang Jovanka Mardova sepertinya adalah satu-satunya yang bisa membuat saya tersenyum terhadap proses perkembangan masa remaja sekaligus satu-satunya artis atau tokoh yang memberi saya kepercayaan diri kala itu. 

Bahwa masih ada orang dengan popularitas yang dimiliki, berkenan merespon dengan membalas sebuah surat yang bersamanya saya kirimkan sebuah lukisan pose dirinya di sebuah majalah dengan media pensil charcoal. 

Ya. Dari sekian banyak artis atau tokoh yang saya kirimi surat dan buah tangan, balasan datang dari Jovanka Mardova saja. 

Saya ingat ketika surat balasannya saya terima, tidak banyak kata-kata kecuali ucapan terima kasih dan selembar foto dengan cap bibir warna merah seukuran kartu pengenal. 

Bagi seorang penggemar, pemberian sebuah foto dari idolanya sudah cukup membangkitkan harga diri dan motivasi. Terima kasih teteh Jovanka Mardova. 

Selamat tinggal sahabat pena. Waktu kita telah lama usang tergerus waktu. Selamat hari filateli untuk para filatelis. Tetaplah pada hobimu meski zaman barangkali akan coba menghapus keberadaanmu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun