Mohon tunggu...
Teha Sugiyo
Teha Sugiyo Mohon Tunggu... mea culpa, mea maxima culpa

guru dan pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berhenti dan Berpikir

1 November 2016   21:37 Diperbarui: 1 November 2016   21:42 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: www.sesawi.net.

BERHENTI DAN BERPIKIR

Konon, seekor harimau yang akan menangkap mangsanya, ia akan mundur beberapa langkah,  diam, dan... tiba-tiba dengan kekuatan penuh ia meloncat dan menubruk mangsa itu. Kegiatan untuk mundur beberapa langkah dan diam itu dimaknai sebagai ancang-ancang dan mengumpulkan tenaga untuk sepenuhnya dimanfaatkan dalam mempertahankan hidupnya.

Manusia yang bijak juga akan melakukan hal yang sama jika akan melakukan kegiatan penting yang sangat menentukan kehidupannya. Perjuangan untuk mendapatkan hasil optimal dari kebutuhan dan keinginan hidupnya, tentu dilakukan dengan sepenuh daya dan upaya. Kita mengenal puasa, matiraga, tirakat dan doa yang tak kunjung putus saat mengharapkan peristiwa besar akan terjadi dalam kehidupan kita. Kegiatan mundur sejenak, ambil ancang-ancang itulah yang disebut “Berhenti dan Berpikir” (Stop & Think).

Sepuluh tahun telah berlalu. Setiap awal bulan, selama 5 tahun, sahabat saya Krishnamurti, sang mindset motivator, tidak pernah absen mengirimkan surat elektronik kepada saya tentang kegiatan “berhenti dan berpikir” yang harus saya lakukan. Sejak saya mengikuti pelatihan beliau, yang diberi judul Awareness Before Change (ABC) sekitar sepuluh tahun silam, beliau tak pernah lupa mengirimkan kepada saya “peringatan” tersebut. Kalau dihitung, berarti sudah sebanyak 60 bulan atau 60 kali beliau “mengingatkan”saya untuk melakukan kegiatan “berhenti dan berpikir” ini. Kegiatan itu terhenti karena saya sudah purna bakti dari sebuah perusahaan eceran. Mengapa? Karena surat elektroniknya menggunakan alamat kantor. Heu heu heu!

Dulu, jika saya sedang tidak ada di tempat kerja, artinya ada tugas ke luar kota, saya tidak membuka surel pada awal bulan, saya tidak melakukan kegiatan itu. Namun,  begitu saya kembali ke meja kerja dan membuka surel, maka pada saat itu juga kegiatan “berhenti dan berpikir” itu saya lakukan. Sekarang, meskipun saya sudah tidak lagi bekerja di perusahaan eceran itu, memang tidak rutin, namun jika akan menghadapi suatu peristiwa penting, saya menyempatkan diri secara khusus melakukan kegiatan itu.

Setelah saya melakukan berulang-ulang, nampaknya memang ada sesuatu yang dapat saya rasakan, yaitu suatu kedamaian dan kesejukan di hati, sekalipun pada saat itu saya sedang bete atau dalam suasana hati yang tidak menyenangkan.

Pada beberapa bulan awal ketika saya menerima peringatan itu dan melakukannya, memang tidak begitu terasa dampaknya. Bahkan, jujur saja, saya sering mengabaikan apa yang terasa dalam hati, karena kesibukan kerja. Kadangkala saya  tidak merasakan apa-apa, karena rutinitas tindakan yang sering mengalir tanpa saya sadari. Pada beberapa bulan terakhir, setelah saya mencoba melakukannya secara intensif, saya baru merasakan dampak dari kegiatan itu.

Ada anggapan bahwa keadaan seseorang pada hari ini merupakan gambaran dari pengalamannya pada masa silam. Semua orang pernah mengalami hal yang menyenangkan maupun sebaliknya. Jika hal itu kita maknai, maka muncul pertanyaan, mengapa saat ini ada orang yang berhasil, dan mengapa ada yang tidak?

Kita memang tidak sedang membicarakan nasib orang, sebab hal itu berada dalam otoritas Sang Maha Kuasa. Namun kita meyakini bahwa Yang Maha Kuasa mengamanatkan kepada kita untuk berdoa dan bekerja. Artinya, kita memang dituntut untuk saleh dan rajin bekerja guna meningkatkan kualitas hidup.

Benar, bahwa semua orang pernah memperoleh pengalaman yang menyenangkan dan menyusahkan dalam kadar yang berbeda. Kalau kemudian ternyata semua orang menjadi senang atau susah, ternyata penyebabnya yang dominan terletak pada caranya bereaksi terhadap pengalaman itu.

Konon, ada tiga macam cara orang bereaksi terhadap pengalamannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun