Mohon tunggu...
Siti Yani Muva
Siti Yani Muva Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pengalaman dan Perjuangan Masuk SMA Negeri 16 Bekasi

22 Agustus 2017   03:22 Diperbarui: 22 Agustus 2017   03:43 3147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sebelumnya, saya ingin memperkenalkan diri saya kepada kalian khususnya para pembaca. Kebetulan sekali ini adalah kalipertama saya menulis di website ini, dan kalau bukan karena tugas Sosiologi dari guru 'terfavorite', sepertinya saya tidak akan mengetik sepatah katapun di sini. Baiklah. Nama saya Siti Yani Muva, sekarang berusia lima belas tahun dan duduk di bangku SMA kelas pertama.  

Jujur saja, saya sedikit mendapat kesulitan saat diharuskan untuk menulis pengalam ini. Kenapa? Karena sebenarnya tidak ada perjuangan yang begitu berat saat saya mendaftar untuk masuk di SMA Negeri 16 Bekasi. Hanya sesekali merasa cemas, gugup; takut tersingkir, tetapi selebihnya santai saja. Karena kemudahan inilah, rasanya cerita saya akan biasa-biasa saja. Ya, Kalau begitu, saya mulai kisah perjuangan saya untuk masuk SMA Negeri 16 Bekasi.

Hari itu--yang saya lupa tepatnya hari apa--adalah hari pengambilan nilai nem hasil Ujian Nasional di SMP saya. Waktu itu saya sampai dua kali bolak-balik ke toilet di sekolah karena mulas yang mendadak; dan perasaan gugup yang menimpa saya secara bersamaan. Bagaimana tidak? Hari itu benar-benar menjadi hari yang menegangkan. Pasalnya, hari itu benar-benar tergantung dari doa-doa yang saya panjatkan: mendapat nem tinggi atau nem rendah.

Sebenarnya, dari hari pertama mengawali masuk kelas akhir di SMP, saya sudah bertekad untuk mencantumkan SMAN 16 sebagai pilihan pertama dan tidak ada lagi. Akan tetapi, diam-diam, saya selalu berdoa untuk mendapat nem di atas tigapuluh, agar saya bisa masuk ke SMA yang memiliki jurusan Bahasa, yaitu SMA Negeri 6 Bekasi. Untuk masuk di SMAN itu, minimal saya harus memiliki nem senilai tigapuluh dua atau lebih. Ya, tentu saja sulit dan perjuangannya tidak main-main.

Setelah menunggu lama di ruang pengambilan nem--yang sebenarnya lebih lama waktu di toiletnya--tibalah saat seorang guru yang membuat semua jantung muridnya terlonjat keluar, mengumumkan hasil nem.

Pembagian nem saat itu berurut menurut absen. Saya sadar absen saya ada di urutan tigapuluh empat dan sekarang sudah sampai di urutan ke tigapuluh. Jika Anda ingin tahu, tangan saya tentu saja sudah berkeringat dingin. Ya, cocok sekali ciri khasnya dengan anak-anak SMP lainnya. Kemudian tibalah nama saya disebutkan oleh guru itu, dan hasil nem yang dia ucapkan seakan mewujud belati yang menusuk tepat di dada.

Nem saya Dua sembilan. Oh, astaga, Ya Allah! Itu benar-benar jauh dari perkiraan dan doa-doa saya. Sangat melenceng jauh, hingga saya sempat berfikir guru itu salah membacakan hasil nem saya, tetapi ternyata tidak. Hari itu benar-benar jadi hari yang tidak menyenangkan karena telah mematahkan semangat saya untuk bisa masuk ke SMA yang saya tuju.

Walaupun akhirnya saya sadar diri, menyadari bahwa nem saya sudah pasti tidak akan bisa masuk ke SMA yang bagus itu, saya tetap berusaha tegar dan tenang. Saya berhasil menyingkapi itu semua. Setelah hari itu berakhir, Saya pun segera menyantukkan hari pendaftaran masuk SMA di kalender. Dan tujuan pertama saya adalah SMA Negeri 16 Bekasi.

Hari-hari terasa berlalu begitu cepat. Di SMP saya, walau sudah megetahui berapa hasil nemnya, sekolah tetap meminta murid-muridnya untuk hadir walau tidak ada kegiatan belajar mengajar. Saya bukanlah tipikal orang yang rajinnya ketelaluan seperti itu, jadi tentu saja setelah hari pengambilan nem, saya tidak pernah datang ke SMP itu. Ya, Anda boleh tertawa sepuasnya, saya akan tetap bercerita.

Setelah melewati beberapa hari di rumah, tibalah hari pendaftaran pertama dimulai; yang artinya, saya harus segera siap-siap berangkat menuju ke tempat tujuan karena tepat pada pukul tujuh pagi, saya mendsftar langsung di sana. Segalanya sudah lengkap, sudah saya siapkan dari beberapa hari sebelumnya. Mulai dari berkas-berkas penting dari sekolah, biodata pribadi saya; Akta Kelahiran, Kartu Keluarga, Hasil Rapot. Setelah semuanya beres, saya pun berangkat ke tempat tujuan bersama kakak saya, ke SMAN 16 Bekasi.

Hari pertama saya ke sana, jujur rasanya sudah tidak asing karena saya sering ikut berkunjung ke sekolah itu saat kakak saya masih menjadi salah satu murid di sana. Saya fikir memang ada sedikit perubahan di sana. Mulai dari bertambah luasnya gedung di sana, fasilitas yang jauh lebih baik, tempat parkir yang luas dan masih banyak lagi. Hanya saja, satu yang jadi kekurangan. Di mana lapangan sekolah ini? Tertawa saya, saya juga tertawa sampai terbahak. SMAN 16 memang memiliki lapangan, tapi terlihat tidak layak di sebut begitu karena ukuran dan bentuknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun