Mohon tunggu...
Sigit Priyadi
Sigit Priyadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Padang rumput hijau, sepi, bersih, sapi merumput, segar, windmill, tubuh basah oleh keringat.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

'Pengalihan Isu' Versus Konsentrasi Ingatan

21 Maret 2011   06:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:35 1038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_95732" align="alignleft" width="300" caption="Dart (unduhan dari Google)."][/caption] Berita silih berganti bersliweran di depan mata kita, tiada henti-hentinya, mengusik ketenangan dan kesadaran nalar pikiran kita. Berbagai macam jenis berita menyangkut politik, hukum, kriminal, ekonomi, sosial masyarakat, bencana alam, bencana lingkungan, dan lain-lain, harus kita cerna setiap hari. Berjubelnya berbagai macam berita tersebut, memaksa kita untuk selalu meregang urat syaraf dan pikiran, berusaha mencerna pokok masalah yang sebenarnya, serta duduk perkara yang sebenar-benarnya. Apalagi bagi yang suka nongkrong di warung kopi atau pos-pos ronda kampung, pada sore atau malam hari, tentulah berita itu menjadi bahan obrolan hangat sambil ngopi. Setelah mencermati persoalan-persoalan yang sedang menjadi pemberitaan utama, kita selanjutnya akan mencoba menerka-nerka jawabannya atau menduga-duga seperti apakah penyelesaian yang hendak diambil oleh pemegang kekuasaan atas masalah tersebut. Namun yang 'disesalkan' oleh kalangan pemerhati (baca: publik masyarakat), biasanya penyelesaian masalah-masalah itu tidak sesuai dengan yang diharapkan.  Apalagi bila kemudian muncul topik pemberitaan lainnya yang juga menghebohkan (harap dimaklumi sebab saat ini adalah jaman informasi terbuka, jaman internet, yang mampu menangkap berita apapun dalam waktu cepat). Berawal dari bermunculannya berita-berita susulan, yang sebenarnya dalam perkembangannya sering membuat saya tertawa geli, misalnya: bom buku (yang belakangan bukan berujud buku lagi, sebab bentuknya seperti yang sudah pernah terjadi berulang-ulang......., entah karena latah ikut-ikutan pusat, lalu beralih rupa, misalnya: magic jar, dan lain-lain), kemudian muncullah istilah: 'Pengalihan Isu'. Terjemahan 'Isu' yang (dalam bahasa Inggrisnya: Issue), berarti: pokok bahasan (the point being discussed), pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam perdebatan (debate an issue, raise a new issue, argue political issues), atau dampak, hasil dari proses,  dan akibat ( bring a campaign to a successful issues, a problem that involves important issues, await the issue). Kamus 'The Advanced Learner's Dictionary of Current English'. Mengacu kepada arti kata' isu' tersebut, maka tentunya perdebatan yang sedang menghangat di masyarakat tidak perlu teralih oleh munculnya berita lain.  Jadi kesimpulan saya: Isu utama tetaplah ada. Isu utama tetap akan menjadi ingatan masyarakat, sampai akar masalah yang dijadikan isu tersebut bisa diselesaikan oleh pihak berwenang hingga memuaskan publik pemerhati. Adapun berita-berita susulan lain, yang belakangan ikut menyita perhatian publik, bagi saya tetaplah merupakan berita tambahan. Sekarang pilihan ada pada kita, apakah masih mau berkonsentrasi dengan menu berita yang lama dengan kualitas dampaknya yang 'menggoncangkan sanubari' ataukah ikut teralihkan oleh menu berita yang 'remeh-temeh'. [caption id="attachment_95735" align="alignright" width="300" caption="Dart (unduhan dari Google)"]

130068802018747660
130068802018747660
[/caption] Belum selesai dengan isu-isu dalam negeri, kita sudah harus menderita oleh masalah-masalah lainnya yang terjadi di luar negeri, yaitu: kebocoran PLTN di Jepang dan krisis Libya yang tentu akan mendorong kenaikan harga minyak dunia. Bukan 'pengalihan isu' yang sebenarnya terjadi, namun sekuat apakah konsentrasi  daya ingatan kita pada isu utama negeri ini (!) "Wuuuuihh ...... marilah kita tetap berkonsentrasi dengan penuntasan isu-isu  utama." Cileungsi, 21 Maret 2011.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun