Anies-Sandi kembali menjadi korban fitnah. Kali ini Anies-Sandi difitnah terkati kontrak politik berisi penegakan syari’at Islam di Jakarta. Kontrak politik palsu itu berisi perjanjian antara Anies-Sandi dan tiga ormas Islam, yakni Forum Ummat Islam (FUI) Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Fitnah tersebut sebenarnya terkesan lucu. Dari bentuk kontrak politik itu terlihat betapa cara berpikir tukan fitnah ini sangat dangkal dan mengerjakan fitnahnya juga secara sembarangan. Sayangnya, beberapa media pro Ahok-Djarot justru menyebarkan berita fitnah tersebut yang menunjukkan mereka juga tidak kalah bodohnya.Â
Karena itu, wajar jika Anies dalam suatu kesempatan menyindir orang yang menyebarkan fitnah tersebut didorong melakukannya oleh perasaan panik. Artinya, tidak peduli bagaimana isi fitnahnya, bagaima bentuknya, yang penting fitnah itu tersebar dulu. http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/17/03/20/on3l07384-anies-sudah-sepanik-itukah-sehingga-membuat-fitnah-seperti-itu
Ada beberapa alasan kenapa fitnah itu secara isi maupun sistematikanya terkesan ngawur dan bodoh. Pertama, Anies-Sandi merupakan pasangan yang secara personal tidak memiliki latar belakang ormas keagamaan yang berideologikan penegakan syari’at Islam. Anies Baswedan bahkan lulusan Amerika Serikat dan pernah memimpin Paramadina, salah satu universitas yang mendorong Islam yang lebih progressif. Kedua, pasangan ini adalah akademisi dan pengusaha yang memiliki cara berpikir sangat maju terkait agama, ekonomi, politik, dan kemasyarakatan. Ketiga, meski Anies-Baswedan didukung oleh berbagai ormas Islam, bukan berarti Anies-Sandi tidak menyadari bahwa masyarakat Jakarta sangat kompleks. Keempat, secara sitematika, kontrak politik palsu tersebut dibuat dengan sangat semabarangan, yang terlihat dari pemalsuan tanda tangan Anies-Sandi yang tidak mirip sama sekali.
Kita tentu bersyukur, tukan fitnah yang menyebarkan kontrak politik palsu tersebut sangat tidak pintar melakukan fitnahnya. Sebab, kita tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika tukang-tukang fitnah ini memiliki kemampuan dan memegang sumber daya.Â