Mohon tunggu...
Eko Gondo Saputro
Eko Gondo Saputro Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menjadikan menulis sebagai salah satu coping mechanism terbaik✨

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Penerapan Sistem Food Sharing di Negara Maju: Tekan Jumlah Sampah Makanan hingga Bawa Dampak Ekonomi

23 April 2024   22:37 Diperbarui: 24 April 2024   09:00 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Relawan FOI sekaligus guru PAUD Mawar Sandi di Manggarai, Indri (54) sedang menyiapkan makanan dari sisa makanan di salah satu kelas yang diubah menjadi dapur pada Kamis (28/04/2022). KOMPAS/ALBERTUS KRISNA

Ketertarikan pada berbagai macam sajian makanan merupakan hal yang menarik bagi masyarakat. Mulai dari makanan tradisional hingga makanan kekinian, membuatnya menjadi sebuah peluang yang menjanjikan namun juga mendatangkan isu penting yang tak banyak orang ketahui dan pahami.

Mungkin hanya segilintir orang saja yang mengetahui permasalahan besar yang timbul di balik sebuah 'makanan'. Isu sampah makanan bagi beberapa orang mungkin bukan merupakan masalah yang besar karena kita terbiasa dengan persepsi bahwa 'sampah kemasan' adalah penyebab utama dari permasalahan lingkungan seperti pencemaran hingga bencana banjir.

Padahal kita punya stigma dan persepsi yang baik soal makanan di Indonesia ini. Mulai dari mayoritas masyarakat kita yang muslim sehingga membuat kita lebih dekat dan kenal dengan persepsi dan konsep mubazir khususnya dalam makanan, membuat kita seharusnya bisa lebih bijaksana dalam untuk tidak membuang makanan begitu saja.

Belum lagi orang tua zaman dulu yang menerapkan pola pikir pada anak-anaknya bahwa apabila mereka tidak menghabiskan makanannya maka makanan tersebut akan sedih dan menangis.

Dari dua contoh ini saja seharusnya sudah bisa membuat masyarakat  Indonesia lebih memperhatikan sampah makanan ini sebagai sesuatu hal penting dan serius.

Menurut Food Waste Index Report 2021, Indonesia setidaknya menghasilkan 20 juta ton sampah makanan rumah tangga per tahunnya. Indonesia juga menduduki peringkat ke-1 diantara negara-negara lain di Asia Tenggara dalam hal sampah makanan rumah tangga ini.

Setelah tiga tahun kemudian Indonesia mampu menurunkan angka sampah makanan rumah tangga ini menjadi 14 juta ton per tahun pada tahun 2024 yang dilansir dari Food Waste Index Report 2024. Namun Indonesia juga tetep bertahan dan masih menjadi negara penghasil sampah makanan rumah tangga terbesar se-Asia Tenggara.

Saat ini juga sudah mulai muncul perhatian pemerintah untuk menangani isu sampah makanan ini yaitu melalui pemebentukan organisasi volunteer GRASP 2030 atau Gotong Royong atasi Susut & Limbah Pangan di Tahun 2030 yang juga merupakan sebuah proyek jangka panjang Indonesia untuk mencapai salah satu tujuan dari Sustainable Development Goals (SDG) 12.3.

GRASP sendiri masih diaplikasikan pada sektor bisnis makanan dan belum dikenal oleh masyarakat secara luas. Sehingga ini menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki tugas tambahan yaitu bagaimana cara agar masyarakat dapat lebih aware secara personal kepada isu sampah makanan ini.

Apabila kita lihat contoh negara-negara maju, terdapat beberapa cara unik yang dilakukan masyarakatnya agar bisa lebih peduli terhadap sampah makanan ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun